FEATURE

Kisah Sukses Sutati Warga Tanjungpinang Jual Jamu Sampai Turki

Warga Tanjungpinang Sutati yang menjual jamu sampai menembus pasar Turki memang menyukai jamu sejak kecil.

TribunBatam.id/Rahma Tika
Penjual Jamu Sehat Tati, Sutati sedang mengolah aneka rempah untuk diracik menjadi jamu. Produknya bahkan sudah menembus pasar Turki. 

TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Tangan Sutati, seorang warga Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tampak cekatan mengupas sejumlah rempah yang akan ia olah menjadi jamu racikannya.

Wanita berhijab asal Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) berumur 52 tahun yang bermukim di Tanjungpinang itu sudah berjualan jamu sejak 2014.

Market jualannya pun tak main-main. Warga Tanjungpinang ini menjual jamu sehat racikannya hingga Turki

Minuman jamu biasanya sering kita jumpai di pasar atau langsung dijajakan oleh ibu - ibu menggunakan bakul yang digendong berhasil ia ubah 'image'-nya menjadi lebih eksklusif.

Jamu Sehat Tatik nama produk Sutati itu.

Baca juga: KISAH Sumiati, Penjual Jamu Gendong di Batam, 14 Tahun Jalan Kaki Berkilo-kilo Demi Hidupi 3 Anak

Jamu Sehat Tatik warga Tanjungpinang tembus pasar Turki
Penjual Jamu Sehat Tati, Sutati menunjukkan jamu sehat aneka rempah untuk ia racik sendiri. Produknya bahkan sudah menembus pasar Turki.

Berbeda dari jamu kebanyakan yang dijual di pasar atau digendong menggunakan bakul, jamu buatan Sutati ini ternyata sudah merambah ke kancah Internasional.

Selain Turki, jamu Sutati juga sudah beredar di negata tetangga terlebih dahulu, Malaysia dan Singapura.

Sutati yang saat ditemui sedang membuat olahan jamu sehatnya merasa senang minuman khas masyarakat Indonesia ini cukup digemari di luar negeri.

Sambil mengupas beberapa rempah yang akan dijadikan jamu, Sutati membuka pembicaraan awal mula ia menjual jamu sehat tersebut.

“Saya keturunan orang Jawa dan sudah dari kecil menyukai jamu dan sering minum juga,” ucap Sutati, Selasa (13/9/2022).

Baca juga: Bentuk Jamu Makin Beragam, Lebih Baik Olahan atau Tradisional?

Berawal dari kecil menyukai jamu, perempuan usia 52 tahun asal Cilacap, Jawa Tengah ini sudah membuka usaha Jamu Sehat Tati sejak tahun 2014 silam.

“Bukan cuma suka minum jamu saja ya, saya juga awalnya terinspirasi dari jamu gendong, cuma bedanya jamu yang saya buat ini bahannya lebih banyak dan lengkap dan tentunya berbeda dari yang lain,” ujarnya.

Masih berkutik dengn rempah - rempah yang akan ia olah menjadi jamu, Sutati menunjuk satu persatu bahan - bahan yang ia gunakan sebagai campuran jamunya.

Di situ ia sudah menyiapkan jahe merah, jahe putih, kunyit, daun sirih, buah pinang, daun serai, gula merah, dan asam jawa.

“Nah rempah - rempah ini khasiatnya banyak ya, bisa menurunkan darah tinggi, kolesterol, asam urat, nyeri, dan masalah pada kewanitaan,” tutur Sutati.

Sejak pandemi covid-19 jamu Sutati mulai banyak diminati masyarakat Tanjungpinang.

Baca juga: RESEP Jamu Tradisional untuk Menambah Daya Tahan Tubuh dari Covid-19

Bahkan pesanan jamunya sempat meningkat drastis, terlebih lagi masyarakat yang terpapar covid-19 banyak yang memesan jamu ke Sutati.

“Mereka yang beli waktu jamu waktu itu bilangnya ini bagus untuk kesehatan orang terpapar corona, dan beberapa pembeli lain juga menyampaikan hal yang sama kepada kami,” katanya.

Tidak hanya di Tanjungpinang saja, sejak Sutati mulai mencoba dunia sosial media, ia mulai memposting kemasan jamunya ke Facebook. Saat itulah mulai banyak pesan masuk yang menanyakan khasiat jamu ini.

“Setelah itu mulai banyak yang nanya kan, terus mereka pesan, kita kirimnya pakai kapal ferry, kalau ada pesanan dari Turki biasanya saya kirim pakai jasa pengiriman barang, untuk harga sama dan tidak ada kita bedakan,” ucapnya.

Ada berbagai macam jamu yang dikemas dalam bentuk botol plastik. Ukuran 500 liter dijual Rp 25 ribu, ukuran 1,5 liter Rp 50 ribu.

Baca juga: Setelah Minum Jamu Kuat, Kakak Ipar Tenteng Golok ke Rumah Adik Perempuan

Selain itu ada juga kemasan yang dibuat dalam olahan sari pati yang dijual Rp 250 ribu per setengah liternya.

Sekarang ini produksi jamu lengkap itu diproduksi sekitar 22 liter setiap hari, dengan omzet yang bervariasi mulai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta dalam per hari dan dalam satu bulan ia bisa meraup untuk mencaapi Rp 30 juta.(TRIBUNBATAM.id/Rahma Tika)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved