LINGGA TERKINI

TRADISI Turun Temurun di Lingga, Makan Ketupat Bareng saat Rabu Terakhir Bulan Safar

Warga Kampung Suak Rasau, Desa Sungai Buluh, Singkep Barat, Lingga, berkumpul dan makan ketupat bareng di Rabu terakhir di bulan Safar.

Penulis: Febriyuanda |
TRIBUNBATAM.id/Febriyuanda
Warga Kampung Suak Rasau, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Lingga, Kepri makan ketupat bersama di penghujung bulan Safar, Rabu (21/9/2022) pagi 

"Udah seperti hari raya aja," sambungnya.

Memang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Kabupaten Lingga setiap tahunnya di bulan Safar, untuk memanjatkan doa syukuran atau keselamatan setelah melalui bulan Safar.

Mereka mempercayai bahwa bulan Safar merupakan bulan nahas, sehingga sebelumnya di hari Rabu pertama bulan safar, mereka terlebih dulu memanjatkan doa menolak bala, agar dijauhkan dari segala mara bahaya.

Tepat di Rabu terakhir bulan Safar, masyarakat kembali memanjat doa sebagai ungkapan syukur karena telah diberikan keselamatan dalam bulan syukur.

Sebagian wilayah lain di Kabupaten Lingga, khususnya di Daik ditambah adanya mandi safar setelah makan bersama.

Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardi mengatakan, bahwa tradisi mandi Safar ini sudah dilaksanakan turun temurun oleh masyarakat di Kabupaten Lingga.

Hal itu juga sudah bermula sejak zaman terakhir Sultan Riau-Lingga, yakni Sultan Abdulrahman Muazamsyah.

Ia pun mengatakan, tradisi itu masih melekat hingga zaman sekarang oleh masyarakat Lingga dan terus dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan Lingga.

"Mandi Safar itu dilakukan pada hari Rabu minggu ke empat atau minggu terakhir bulan Safar," tutur Lazuardi.

Saat ini, kegiatan Mandi Safar sudah menjadi agenda kegiatan yang dilaksanakan di Dinas Kebudayaan (Disbud) Lingga. (TRIBUNBATAM.id/Febriyuanda)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved