Kisah Iptu Mardalis, Pernah Gagal Tes Masuk Polri hingga Kini Jadi Kapolsek di Batam

Sejak lulus SMA Taluk Kuantan, Riau pada tahun 1998, Mardalis sudah ingin mendaftar menjadi anggota polisi. Namun ia tak bisa ikut karena sesuatu hal

Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/istimewa
Kapolsek Bengkong Iptu Mardalis. 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Tahun 2001 merupakan waktu yang paling diingat dan berkesan buat Kapolsek Bengkong Batam Iptu Mardalis.

Momentum itu membuat dirinya senang lantaran lolos penerimaan anggota Polri.

Mengingat polisi merupakan salah satu profesi yang banyak menjadi impian masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.

Tak mudah bagi Mardalis untuk sampai di titik itu.

Ia pernah gagal ikut tes polisi. Alih-alih menyerah, Mardalis justru semakin semangat hingga akhirnya berhasil lolos tes masuk polisi.

Mardalis kemudian membagikan pengalamannya saat mendaftar sebagai seorang abdi negara.

Sejak lulus SMA Taluk Kuantan, Riau pada tahun 1998, Mardalis sudah ingin mendaftar menjadi anggota polisi.

Sayang, ia harus menelan pil pahit.

Pihak kepolisian setempat tidak mengeluarkan surat berkelakuan baik.

Baca juga: Kisah Inspiratif Bripka Zulhamsyah, Polisi Pencetus Razia Perut Lapar di Tanjungpinang

Saat waktu masih di SMA, Mardalis pernah dikenai wajib lapor Senin dan Kamis di Polsek setempat, karena kasus perkelahian.

"Saya memang sering ribut di sekolah menggunakan sajam. Akan tetapi saya bukan yang memulai, namun lebih ke membela kebenaran ketika ada rekan yang disakiti orang lain," ucap Mardalis, Selasa (18/10/2022).

Setelah tamat sekolah dan sempat gagal tes polisi, anak bungsu dari 9 bersaudara ini memutuskan untuk ikut tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Namun lagi-lagi dirinya tidak lulus.

Akhirnya, Mardalis memilih untuk bekerja menjadi buruh bangunan sekitar 6 bulan. Saat itu ia bekerja sebagai tukang renovasi sekolah dan kantor-kantor pemerintahan di wilayah Riau.

Pertengahan tahun 1999, ia diajak oleh abangnya ke Jakarta.

Namun tak lama setelah itu, ia pindah ke Surabaya dan tinggal di rumah saudaranya yang kebetulan Kapolsek di wilayah Surabaya.

Di sana, Mardalis melakoni berbagai pekerjaan termasuk menjadi sopir pribadi sang Kapolsek.

Ia mengaku banyak belajar dari Kapolsek. Dari mulai baris-berbaris, cara membela diri hingga sopan santun.

Berbekal pengetahuan itu, pada tahun 2000 ia ikut tes polisi di Surabaya. Namun tidak lulus. Ia kalah di kesehatan.

Seiring berjalannya waktu, Mardalis akhirnya kembali ke kampung halamannya di Riau. Saat itu ia masih belum berhenti mencari informasi terkait waktu penerimaan polisi.

Baca juga: Pengamen Ini Hobi Mabuk dan Todongkan Pisau ke Warga, Kini Ditangkap Polisi

"Saya tidak menyerah, pokoknya harus jadi polisi. Karena saya terobsesi dengan salah satu tokoh masyarakat setempat yang menjadi polisi dan sangat wibawa pada saat itu," katanya.

Hingga pada tahun 2001, Mardalis ikut tes polisi lagi. Lantaran pernah gagal, saat hari H pengumuman, ia tak sanggup melihat sendiri nama-nama yang ditempel di mading.

Kala itu, nama-nama peserta yang lolos tes Polri diumumkan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Pekanbaru.

Di situ, Mardalis meminta temannya untuk melihat, apakah namanya tertera di pengumuman itu atau sebaliknya.

"Saya masih ingat nomor tes saya, 0069. Alhamdulillah saya lulus," ujarnya.

Mengetahui hal itu, ia lantas mengucap syukur kepada Tuhan sembari sujud syukur. Hal yang tak terduga berpihak kepadanya.

Ia terus memilih diam dan tidak memberitahu kepada orangtuanya.

Karena memang waktu itu ia tidak memiliki handphone untuk berkomunikasi dengan keluarganya.

Setelah lulus, ia bersama 307 orang rekannya yang juga lulus tes, mengikuti pendidikan selama 6 bulan di SPN Pekanbaru, Riau.

Jiwa kepemimpinannya mulai muncul. Ia bahkan menjadi lulusan terbaik dari 307 orang yang saat itu mengikuti pendidikan.

“Selama pendidikan saya selalu aktif. Yang mana waktu saya dipercaya menjadi Kepala Lembaga Musyawarah,” jelas Mardalis.

Bermodal lulusan terbaik, ia akhirnya diminta oleh atasannya untuk memilih sendiri tugas atas kemauannya.

"Saya langsung saja pilih Polresta Barelang sebagai tugas pertama saya bersama 35 orang personel lainnya," kata pria kelahiran 28 Desember 1979 itu.

Ia berdinas di Polresta Barelang di Batam bagian Samapta, sejak tahun 2001 hingga 2007.

Lalu Mardalis pernah ditugaskan di Polres Natuna pada tahun 2007 hingga 2016.

Namun posisinya tetap ditempatkan di Bandara Hang Nadim Batam yang bertugas sebagai protokoler bagi pejabat yang hendak berkunjung ke Natuna.

Ia bertugas di Polres Natuna hingga 6 Kapolres berganti.

Tahun 2015, ia sempat ikut test perwira di Polda Kepri namun gugur karena kesehatan.

Mardalis kembali tes di tahun 2016 dan bisa lulus dengan nilai bagus. Ia ikut pendidikan di Sukabumi, hingga kembali ditetapkan di Polda Kepri bagian Sumber Daya Manusia (SDM) sejak 2016 hingga 2021.

Selanjutnya dipindahkan ke Samapta sebagai Danki di tahun 2022. Hingga kurang lebih tiga bulan yang lalu, diberikan mandat oleh pimpinannya sebagai Kapolsek Bengkong.

Ada kesan tersendiri baginya selama menjadi anggota polisi. Ia pernah membebaskan sandera di Panbil Mall pada tahun 2004, kebetulan waktu itu dirinya juga dipercaya untuk bertugas di wilayah tersebut.

"Penyandera itu ingin meminta uang kepada kasir Ramayana menggunakan senjata tajam.
Waktu itu saya berusaha untuk membujuk dan berkomunikasi, hingga berhasil menaklukkan pria itu," jelasnya.

Baginya yang namanya tugas menjadi polisi merupakan ketentuan Tuhan yang berlaku kepada seseorang.

Sifat pekerjaannya lebih kepada amanah.

"Saya harus senantiasa menjalankan tugas itu dengan bahagia. Ketika ada tekanan di lapangan, itu saya anggap sebagai risiko bukan duka. Kendati demikian tugas saya adalah memohon kepada Tuhan untuk keselamatan saya dalam bertugas," katanya.

(TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved