TRAGEDI KANJURUHAN
Update Tragedi Kanjuruhan, Ketum PSSI Iwan Bule Bakal Diperiksa Hari Ini
Ketum PSSI Iwan Bule rencananya menjalani pemeriksaan hari ini terkait Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan sedikitnya 133 jiwa, Sabtu (1/10/2022).
Sehingga, lanjut Dirmanto, kedua pihak terperiksa sebagai saksi itu akan dijadwalkan ulang agenda pemeriksaannya setelah Kamis (20/10/2022).
Baca juga: Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Bertambah Jadi 132 Orang, Komnas HAM Ungkap Penyebab Utama
"Semuanya saksi-saksi. Yang di-reschedule hanya DUA. Ketum dan wakil PSSI. Di atas tanggal 20 Oktober, sesuai permintaan yang bersangkutan," pungkasnya.
Sekadar diketahui, enam orang telah ditetapkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai tersangka atas kerusuhan usai pertandingan 'Derbi Jatim' Arema FC melawan Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan, Malang, hingga menewaskan 133 orang suporter Aremania dan Aremanita, Kamis (6/10/2022).
Para tersangka diduga melanggar Pasal 359 dan 360 KUHP tentang menyebabkan orang mati ataupun luka-luka berat karena kealpaan, dan Pasal 103 Ayat 1 Jo pasal 52 Undang-Undang nomor 11 Tahun 2022 tentang keolahragaan.
PSSI Harus Tanggung Jawab
PSSI dinilai harus bertanggung jawab atas semua kejadian sepakbola di Indonesia termasuk kejadian tragedi Kanjuruhan yang merenggut 133 orang meninggal dunia. Mulai ketua umum sampai panitia pelaksana (Panpel) yang paling bawah masuk PSSI.
Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jatim, Ahmad Riyadh dalam Sarasehan Ilmu Keolahragaan Sepakbola Damai di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa (18/10/2022) menerangkan, semuanya dipertanggungjawabkan PSSI karena ini disebut family football. .
Tetapi yang perlu diingat, kata Ahmad Riyad, pertandingan ini bukan 18 tim saja. Satu tim Liga ada 36 pertandingan. Liga tiga ada 700 pertandingan. Jika semua ini tanggung jawabnya ketua PSSI, maka tiap 6 jam sekali ketua PSSI dipanggil polisi karena suporter kejepit pintulah dan sebagainya.
Baca juga: LPSK Ungkap Ada Tenaga Medis Dipukul Oknum Aparat Saat Bawa Korban Tragedi Kanjuruhan
“Secara utuh semuanya tanggung jawab PSSI dan itu yang harus diperbaiki semuanya kedepan dan ini kita semua jalan bersama untuk memperbaikinya,” sebut Riyadh seperti dalam rilis Humas Unesa yang diterima Surya,co.id.
Riyadh mengakui ada ketidaksinkronan antara SOP pengamanan pertandingan dari kepolisian dengan regulasi di PSSI yang diadopsi dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dalam insiden Kanjuruhan.
“Memang ada yang kurang sinkron antara SOP kepolisian dan PSSI. Namun, hari itu juga Mabes Polri dan PSSI bentuk tim untuk mensinkronkan SOP tersebut dan hari ini akan difinalkan dengan FIFA di Jakarta,” terangnya.
“Kita berharap, orang nonton bola seperti nonton konser. Datang senyum dengan anak, istri atau tunangannya dan pulang dengan senang dan kesan yang menggembirakan,” harap pria yang juga angita Komite Eksekutif PSSI ini.
Soal pertandingan terlalu malam, Riyadh menegaskan, kejadian kerusuhan bukan perkara main malam atau sore. Semua kembali kepada karakter.
"Jam berapapun pertandingannya, kalau mau rusuh tetap rusuh. Pertandingan malam itu bukan yang pertama, ini sudah ratusan kali pertandingan malam,” terang Riyadh.
Kemudian, Riyadh membeberkan alasan FIFA dalam pertemuan di Kuala Lumpur tidak memberikan sanksi kepada Indonesia. Salah satunya karena kejadian Kanjuruhan bukan perbuatan pemerintah atau aparat, tetapi oknum yang saat itu bertugas yang harus bertanggung jawab.
“Buktinya pemerintah mengusut, kepolisian mengusut siapa yang bertanggung jawab dalam porsinya masing-masing,” jelasnya.(TribunBatam.id) (Surya.co.id/Luhur Pambudi)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google
Sumber: Surya.co.id