KISAH Satgas Pasang Surut, Penjaga Pesisir Batam Bersih dari Sampah

Warga Batam mungkin banyak yang tak tahu Satgas Pasang Surut. Padahal tugas mereka vital menjaga pesisir Batam bersih dari sampah. Berikut kisahnya.

TribunBatam.id/Roma Uly Sianturi
Anggota Satgas Pasang Surut saat menjalankan tugasnya membersihkan pesisir Batam dari sampah rumah tangga. Berikut ini suka duka mereka dalam bertugas. 

Sebelas tahun sudah ia menjalani pekerjaan sebagai Satgas Pasang Surut, berbagai suka dan duka telah mereka lewati, tapi menurut Param, lebih banyak sukanya.

"Ada juga yang tak sedap, macam orang buang sampah pas petugas lagi mungut. Lagi sedap kerja warga buang sampah, macam mana tak marah. Bertekakklah, sampai saya bilang, ‘abang punya otak, tak?’ Mohon maaf. Kadang sudah saya laporkan, orang kita juga," sesalnya.

Di lokasi tempat keduanya mencari nafkah itu rencannya akan dibangun Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) oleh Badan Pengusaha (BP) Batam.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BP Batam, tak hanya Tanjung Uma, untuk Kota Batam sendiri rencannya akan ada tujuh titik pembangunan IPAL.

Jika IPAL benar dibangun, kemungkinan sampah di Tanjung Uma juga akan ikut berkurang. Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran bagi Param dan Raja. Mereka khawatir, lapangan pekerjaan mereka akan hilang, karena takada lagi sampah laut yang akan mereka bersihkan.

Baca juga: Wakil Walikota Batam Sedih Sampah Warga Perumahan Taman Yasmin Lambat Diangkut

"Harapannya kalau benar IPAL itu dibangun, kalau sampah bekurang Alhamdulillah. Tapi jangan sampai takade sampah, kami diputuskan kerje, saye dari 2012 kerja banteng tulang, jangan pulak bersih saya dibuang," ujarnya.

Di bagian Barat Kota Batam, berjarak 24 kilometer dari Tanjung Uma, tepatnya di Tanjung Riau, Sekupang, Batam, Khaidir (36) dan rekannya Rahmat Jufri juga bertugas menjaga kebersihan laut. Khaidir dan Param sama-sama memulai pekerjaan ini pada 2012 silam.

Menurutnya, Satgas ini ada di tiga wilayah Kota Batam, yakni Tanjung Uma (Kecamatan Lubuk Baja), Tanjung Riau (Sekupang) dan Bengkong Sadai (Bengkong).

"Kalau Bengkong Sadai, Wallahualam. Tak pernah dengar kabar lagi,” kata Khaidir saat ditemui.

Berbeda dengan nasib Param, Khaidir justru lebih beruntung. Meski tak dapat pompong fiber yang mereka ajukan, ia mendapat pompong kayu bermesin tempel 20 PK.

“Pompong ada, waktu itu masih di Dinas Kebersihan, boat itukan rusak sekitar 2018, diperbaiki tapi tak bisa, terlalu banyak yang rusak. Tapi kami Alhamdulillah baru tahun ini (2022) dapat hibahan dari Pariwisata. Memang pernah kami ajukan speed viber tapi namanya juga hibah,” ujar pria tambun itu.

Jika Param dan Raja Asri dalam sehari bisa memungut 20 kantong sampah, Khaidir hanya tujuh kantong. Sampah diTanjung Riau menurutnya tidak separah di Tanjung Uma.

Baca juga: Peringati World Cleanup Day 2022, Warga Batam Pilah Sampah dan Dijual ke Bank Sampah

"Hitungan sedang tujuh kantong, biasa kalau musim Utara lebih banyak,” katanya.

Terkait pengupahan, mereka mendapatkan jumlah yang sama. Hanya saja, mereka mendapat tambahan untuk perawatan pompong per tiga bulan sekali. Kurang lebih Rp1 juta.

"Paling ganti tali kalau bocor, cat sama minyak. Oli mesin,” katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved