KISAH Satgas Pasang Surut, Penjaga Pesisir Batam Bersih dari Sampah
Warga Batam mungkin banyak yang tak tahu Satgas Pasang Surut. Padahal tugas mereka vital menjaga pesisir Batam bersih dari sampah. Berikut kisahnya.
Sebelas tahun sudah Yamin atau lebih akrab disapa Param ini membersihkan sampah di pesisir Tanjung Uma.
Saat ia baru memulai pekerjaannya pada tahun 2011 lalu, sampah di sana setinggi lututnya.
"Mana bisa kita garu sampah setinggi lutut gitu. Langsung masukkan aja ke kantong," katanya mengingat kilas balik awal mula ia membersihkan sampah itu.
Kerja yang mereka lakukan, menurutnya harus diberi nilai lebih oleh pemerintah. Bagaimana tidak, kondisi sampah di lokasi itu sudah mulai berkurang dan terlihat lebih bersih.
Namun, nyatanya upah keduanya tak kunjung naik dan bertahan di angka Rp 3.5 juta. Mereka tak mengeluh, hanya saja berharap lebih jika memungkinkan.
SAMPAH Laut Tak akan Pernah Habis
Param menilai sampah di laut tempat biasa ia dan Raja bersihkan tampaknya sulit untuk habis, karena sampah itu datang bersama air pasang. Saat air surut sampah-sampah akan mengendap.
Pekerjaan Param dan Raja akan berlipat ganda kala masuk di musim Utara. Angin kencang beserta arus turut membawa sampah entah dari mana asalnya.
Baca juga: Sampah Berserakan di Pasar Tos 3000 Batam Buat Warga Tutup Hidung saat Melintas
"Sampah ini kan bukan murni dari warga, walaupun memang ada juga yang buang ke laut, ini juga datang dari pasar TOS 3000 dan Pasar Induk Jodoh. Pengaruh air naik juga, apalagi musim Utara, pas bulan sepuluh [Oktober] sampai Februari. Sampah jauh lebih banyak, 20 kantong yang biasa, bisa jadi lebih. Bisa sampai 60 kantong," ujarnya sembari sesekali melihat ke arah ponselnya.
Param bercerita, dulu Satgas Pasang Surut pernah menggunakan perahu untuk mengangkut sampah di laut. Namun, di 2015, perahu itu rusak dan tak lagi bisa diperbaiki. Saat ini ia hanya memungut sampah di pinggiran dengan alat seadanya.
“Pompong yang kayu rusak, jadi yang bisa kita jangkau saja. Saya sudah ajukan lagi yang fiber tapi takada dapat. Saya sudah lapor Kecamatan, DLH. Pompong itu dulu untuk keliling laut Harbour Bay sampai Batu Ampar, 2011 sampai 2015. Anggaran perawatan ada. Diperbaiki rusak, perbaiki dempul dan cat saja. Boat speed aja. Mesin sudah ada,” katanya.
Permasalahan sampah juga ada di Kampung Agas RW 04, Kelurahan Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja. Nasib berbeda meski satu Kelurahan.
Sampah di RW 04 takada yang mengurusinya. Sampah itu dibiarkan mengendap, dan mengeluarkan bau-bau tak sedap.
Param mengatakan, RW 04 bukanlah tanggung jawab mereka. Meski lokasinya tak begitu jauh dengan wilayah kerja Param dan Raja, RW 04 tidak masuk dalam wilayah yang harus dibersihkan Satgas Pasang Surut.
"Wilayah kerja kami sini saja (RW 08). Kalau di sana bukan wilayah kita, bawah kolong rumah orang macam mana hendak ngambil. RW 04 dari dulu tak pernah diangkut, di sini tiap hari diambil," katanya sembari mengelap butiran keringat di wajahnya.
Baca juga: Polsek Bengkong Batam Buru Pelaku Pembuang Bayi di Tong Sampah