Sosok Pejuang Wisata Batam Kampung Tua Bakau Serip Raih Prestasi ADWI 2022
Sosok Gery D Semet menjadi orang dibalik destinasi wisata Batam Kampung Tua Bakau Serip Pandang Tak Jemu meraih penghargaan ADWI 2022.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Kabar baik datang dari wisata Batam tepatnya Kampung Tua Bakau Serip di Kecamatan Nongsa.
Kampung Tua Bakau Serip salah satu destinasi wisata Batam mendapat penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI tahun 2022.
Desa wisata Batam Kampung Tua Bakau Serip itu dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pandang Tak Jemu.
Destinasi wisata Batam ini memang sudah lama mencuri perhatian, karena dikelola oleh warga sekitar dan mengangkat tema ekowisata mangrove.
Selama beberapa kali, Pokdarwis Pandang Tak Jemu berhasil mengantarkan desa wisata ini masuk sebagai finalis ADWI 2022.
Baca juga: WISATA ALAM BATAM, Lepas Penat dari Kehidupan Kota di Hutan Mangrove Pandang tak Jemu
Kali ini, pencapaiannya jauh lebih memuaskan, karena Desa Wista Bakau Serip berhasil masuk ke dalam 50 besar desa wisata terbaik ADWI, dan membawa pulang penghargaan Juara 3 Kategori Souvenir.
Pencapaian ini tentunya tidak akan diraih apabila sejak awal Kampung Tua Bakau Serip tidak disulap sedemikian rupa menjadi destinasi wisata yang kini menjadi favorit wisatawan dan warga Kota Batam.
Di balik kesuksesan tersebut ada sosok warga lokal yang sangat menginspirasi, yaitu Gery D. Semet.
Pria ini adalah sosok pelopor terbentuknya Desa Wisata Bakau Serip, dan merupakan Ketua Pokdarwis Pandang Tak Jemu.
Sebagai ketua Pokdarwis, ia juga mengelola destinasi wisata mangrove Pandang Tak Jemu di Kampung Tua Bakau Serip.
"Desa ini pertama kali dibentuk sebagai destinas wisata pada tahun 2018. Terbentuknya desa wisata berawal dari kepedulian warga sekitar terhadap lingkungan tempat tinggal kami," ujar Gery, ketika diwawancarai, pada Selasa (1/10/2022).
Baca juga: Wisata Batam Pantai Tanjung Bemban, Bisa Lihat Sunset dan Asyik Jadi Tempat Healing
Sejak kecil, Gery memang sangat mencintai lingkungan alam.
Ia tumbuh besar di Kampung Tua Bakau Serip yang dulunya adalah wilayah hutan belantara.
Tumbuh di lingkungan hutan membuat Gery sangat peduli dengan alam sekitarnya.
Tidak seperti warga lainnya, Gery justru melihat potensi yang besar dari lingkungan tempat tinggalnya.
Terutama potensi pariwisata. Meski mulanya ia tidak terpikirkan untuk menjadikan lokasi pesisir Bakau Serip sebagai tempat wisata berbasis konservasi mangrove.
"Awalnya saya hanya ingin membersihkan tempat ini, yang dulunya adalah tempat pembuangan sampah. Kalau dilihat kondisinya dulu, tidak akan ada orang yang mau ke sini untuk berwisata," jelas Gery.
Ambisinya untuk membersihkan dan menata daerah pesisir kampungnya itu sempat dicemooh oleh beberapa orang yang dikenalnya.
Baca juga: Kampung Tua Bakau Serip Batam Masuk 50 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022
Menurut mereka, visi yang Gery cita-citakan adalah ide gila yang mustahil bisa terwujud dengan mudah.
Nyatanya memang, membersihkan lahan mangrove di pesisir itu bukan hal yang mudah.
Namun, Gery berhasil mengedukasi dan mengajak beberapa warga di tempat tinggalnya untuk ikut bahu membahu menyulap kawasan hutan dan pesisir Bakau Serip menjadi lebih bersih dan tertata.
Melihat banyaknya pohon mangrove yang tumbuh di pesisir desa ini, Gery kemudian memutuskan untuk menjadikan lokasi ini sebagai kawasan ekowisata bakau yang sebelumnya jarang dapat ditemui di Kota Batam.
Bersama dengan warga sekitar, sampai saat ini ia terus menjaga kawasan ekowisata dengan baik.
Tujuannya, selain untuk melestarikan lingkungan, Gery juga berharap penduduk setempat yang kini hampi mencapai 200-an KK, bisa merasakan dampak positif dari pengelolaan desa wisata ini.
"Berawal dari ketulusan hati, kami ingin agar hutan bakau ini tetap terjaga, sekaligus dapat memberikan penghidupan bagi warga yang mendiaminya," tegas Gery.
Baca juga: Jembatan I Barelang, Destinasi Wisata Batam Penghubung Antar Pulau Kepri
Kini, Desa Wisata Bakau Serip, khususnya destinasi ekowisata mangrove Pandang Tak Jemu, sudah cukup terkenal dan menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi di Batam.
Keunikannya, ekowisata ini ditumbuhi oleh pohon-pohon bakau berusia tua yang tingginya melebihi seratus meter.
Adapun beberapa jenis pohon bakau yang bisa ditemukan di lokasi ini, seperti Pohon Perepat (Sonneratia alba), Pohon Buta-buta (Excoecaria agallocha), dan aneka jenis bakau lainnya.
Bahkan, di antara bakau-bakau yang tumbuh subur ini, terdapat Pohon Perepat yang tumbuh di bagian luar hutan menghadap ke laut, yang merupakan salah satu pohon tertua di tempat ini. Usianya diperkirakan mencapai ratusan tahun.
"Bakau Perepat yang batangnya besar itu usianya mencapai ratusan tahun. Sudah berdiri sejak kakek saya masih kecil," ujar Gery.
Ia mengungkapkan, sejak dahulu, lokasi ini sudah ditumbuhi aneka pohon bakau. Penduduk sekitar yang tinggal di tempat ini, menjaga hutan bakau karena rawan ditebang untuk dijadikan arang atau produk perabotan.
Baca juga: Kampung Tua Bakau Serip Batam Masuk 50 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022
Ketika itu, kakek Gery, melarang warga atau pun pendatang untuk menebang pohon-pohon bakau tersebut, karena dinilai sangat penting bagi keberlangsungan desa mereka.
Oleh karena sejak dulu, Bakau Perepat kerap jadi incaran, maka area ini pun akhirnya dijadikan tempat wisata.
"Kami jadikan tempat wisata agar jelas ada yang mengelola, sehingga orang luar segan untuk masuk dan mengambil kayu-kayu itu," tambah Gery.
Meski diperuntukkan sebagai tempat wisata, hutan bakau Pandang Tak Jemu tak luput dari perawatan warga sekitar. Biasanya, pengelola wisata kerap memeriksa kondisi pohon-pohon bakau, serta melalukan pembibitan, penyulaman, dan penanaman bibit bakau tambahan, baik dengan polibag atau dengan propagul.
Perjuangan warga yang tergabung dalam Pokdarwis Pandang Tak Jemu pun membuahkan hasil berupa penghargaan ADWI yang telah diperoleh tahun ini.
Atas penghargaan ini, Gery mengaku bangga dan senang serta berterimakasih kepada pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah yang turut mendukung pengembangan desa wisata di Batam.
Ia berharap, ke depannya pencapaian ini dapat menjadi motivasi bagi warga untuk semakin mengembangkan desa wisatanya, serta memberi inspirasi bagi desa wisata lainnya untuk berinovasi menjadi lebih baik.
"Alhamdulillah, penghargaan 50 besar desa wisata terbaik, dan Juara 3 itu suatu pencapaian yang luar biasa bagi kami. Pada akhirnya perjuangan kami membuahkan hasil," ucap Gery.(TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google