Harga Bahan Pangan dan Angkutan Udara Picu Deflasi di Kepri pada November 2022
Kepri alami deflasi pada November 2022. Hal ini didorong penurunan harga sejumlah komoditas, seperti cabai merah, angkutan udara, kangkung dan bayam
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengalami deflasi di bulan November 2022 sebesar -0,20 persen (month-to-month) jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Deflasi bulan tersebut terpantau jauh lebih dalam dibandingkan pada bulan Oktober 2022 yang sebesar -0,07 persen (mtm).
Hal ini didorong oleh penurunan harga sejumlah komoditas, seperti cabai merah, angkutan udara, kangkung dan bayam.
"Penurunan harga cabai dan sayuran sejalan dengan pasokan yang mulai normal seiring dengan panen di beberapa sentra produksi di Kepri maupun daerah luar," ujar Wakil Ketua TPID Provinsi Kepri, Musni Hardi K Atmaja, baru-baru ini.
Sementara itu, tarif angkutan udara juga mengalami penurunan sebagai dampak dari peningkatan jumlah armada, rute dan frekuensi penerbangan, sejalan dengan perbaikan mobilitas masyarakat.
Secara spasial, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,20 persen (mtm) dan -0,18 persen (mtm).
Dengan demikian, IHK November 2022 dibandingkan November 2021, di Provinsi Kepri mengalami inflasi sebesar 5,26 persen (yoy).
Baca juga: Inflasi Kepri 2023 Diprediksi Masih Tinggi, Ini 3 Strategi BI untuk Mengendalikannya
Inflasi tahunan tersebut terus melambat dalam 3 bulan terakhir namun masih di atas target sasaran inflasi nasional sebesar 3 ± 1 persen (yoy).
"Sinergi TPID di Provinsi Kepri terus mendorong implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)," ujar Musni.
Selama bulan November 2022, telah dilakukan operasi pasar murah di Kota Tanjungpinang, Kota Batam, dan Kabupaten Bintan.
Selain itu, TPID juga telah merealisasikan penyerahan paket bibit cabai dan pupuk kepada 5 kelompok wanita tani di Kabupaten Natuna.
Operasi pasar murah disertai dengan pemantauan harga di pasar juga dilaksanakan secara intensif demi menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen khususnya komoditas penyebab inflasi.
Kegiatan stabilisasi harga tersebut akan terus dilakukan terutama menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru yang secara historis mendorong peningkatan harga.
Dalam jangka panjang, TPID melanjutkan upaya peningkatan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan/petani, perluasan lahan, dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik seperti Program Lipat Ganda (Proliga) dan digital farming.
"Selain itu, pemasaran bahan pangan secara online yang diintegrasikan dengan pembayaran secara digital (QRIS) terus didorong untuk efisiensi rantai distribusi," jelas Musni.
Baca juga: Selama Oktober 2022, Kepri Alami Deflasi Akibat Harga Komoditas Pangan Turun