LINGGA TERKINI

Pemkab Lingga Targetkan 10 Ribu Wisatawan Datangi Museum Linggam Cahaya Tahun Ini

Pemkab Lingga melalui Disbud Lingga juga gencar mensosialisasikan ke sekolah untuk mengunjungi Museum Linggam Cahaya.

Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Diskominfo Lingga
Potret Rombongan Kementerian PPN/Bappenas berkunjung ke Museum Linggam Cahaya, Daik, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri beberapa waktu lalu. Pemkab Lingga menagetkan 10 ribu kunjungan wisatawan ke museum pada tahun ini. 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Wisata sejarah di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) memasuki 2023 semakin ramai dikunjungi.

Salah satunya, Museum Linggam Cahaya di Daik, Kecamatan Lingga, yang saat ini ramai kunjungan dari berbagai kalangan.

Terlebih lagi bagi pelajar yang melakukan field trip, baik itu dari jenjang SD hingga SMA.

Dinas Kebudayaan (Disbud) Lingga menargetkan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Museum Linggam Cahaya di tahun 2023 ini, bisa mencapai 10 ribu kunjungan.

Berbagai alat yang di pamerkan di Museum Linggam Cahaya, mulai dari jejak peninggalan kerajaan Riau-Lingga.

Hingga kerangka hewan langka tulang gajah mina yang merupakan mamalia keluarga paus yang pernah terdampar di Pantai Lingga.

Baca juga: Museum Linggam Cahaya Lingga Jadi Tujuan Wisata Warga Tionghoa saat Libur Imlek

Serta ada juga jenis batu-batuan yang pernah ditambang oleh investor.

Kepala Bidang Sejarah, Pelestarian Cagar Budaya, dan Permuseuman di Museum Linggam Cahaya, Raja Hendri mengatakan, untuk meningkatkan kunjungan di tahun 2023 ini, Museum Linggam Cahaya akan mempromosikan ke sekolah-sekolah di Lingga.

Selain itu, pihaknya juga akan melaksanakan event foto museum, event arab melayu.

Untuk ke depan, pihaknya juga akan melaksanakan event yang lebih besar seperti festival layang-layang di sekitar Museum.

"Dan akan kita lakukan diskusi terbuka dengan masyarakat atau dengan calon pengunjung. Karena dalam beberapa hari ke depan kami telah menerima proposal kunjungan dengan jumlah besar," ungkapnya belum lama ini.

Museum Lingga cahaya di tahun 2022 lalu mencapai 8.500 pengunjung yang datang mulai dari warga lokal seperti Batam dan Tanjungpinang serta kunjungan dari warga negara Singapura dan Malaysia.

Rombongan Bappenas kunjungi Museum Linggam Cahaya di Lingga
Potret Rombongan Kementerian PPN/Bappenas berkunjung ke Museum Linggam Cahaya, Daik, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri beberapa waktu lalu.

KERANGKA Gajah Mina di Museum Linggam Cahaya Jadi Perhatian Pengunjung

Ribuan koleksi yang terpanjang di Museum Linggam Cahaya, merupakan benda-benda atau peninggalan lama, yang tidak pernah terlihat lagi di masa sekarang.

Selain itu juga, terdapat beberapa objek yang langka atau sering menjadi mitos bagi masyarakat

Salah satunya yang terkoleksi, yakni kerangka asli satwa laut langka yang banyak menjadi perhatian pengunjung di lantai 2 Musuem.

Kerangka Gajah Mina ini disimpan di tempat yang dilapisi kaca yang.

Kerangka ini merupakan hewan berupa sejenis ikan berkepala gajah, disertai gading.

Banyak sekali terucap di kalangan masyarakat, yang menyebutkan hewan ini merupakan mitos.

Namun terbukti nyata dan bisa dilihat di Museum Linggam Cahaya, Daik.

Hewan dengan ukuran 12,40 meter ini ditemukan pada 13 Januari 2005 di Pantai Dungun, Desa Teluk, Kecamatan Lingga Utara.

Dia memiliki panjang ekor 1,80 meter, panjang gading 2,40 meter, tebal kulit 10 sentimeter, panjang sirip bawah 78 sentimeter, dan lebar sirip bawah 47 sentimer.

Ciri lainnya dari gajah laut ini memiliki rambut, belalai, dan ekor seperti ikan.

Baca juga: Kerangka Gajah Mina di Museum Lingga Jadi Perhatian Pengunjung, Punya Gading dan Ekor

Namun, menurut Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardy menyebutkan, gajah mina ini masih banyak dianggap sebagai hewan mitologi.

Pasalnya hewan yang hampir serupa dengan ukuran paus ini, jarang ditemui oleh masyarakat.

Melalui kerangka yang disimpan di Museum Linggam Cahaya ini, masyarakat perlahan mengakui keberadaan nyata satwa laut langka ini.

"Pada awalnya gajah mina ini ditemui oleh masyarakat yaitu pak Umar di Pantai Dungun, dengan bentuk yang masih ada dagingnya," kata Lazuardy kepada TribunBatam.id sebelumnya.

Saat terdampar di pantai, hewan besar ini sudah membusuk atau menjadi bangkai.

Dengan kondisi yang masih utuh, gajah mina ini dikeringkan lebih kurang satu tahun, hingga tulang belulangnya dikumpulkan oleh keluarga pak umar.

"Hingga pada 16 Januari 2006 baru diserahkan ke pengelola museum," jelas Lazuardy.

Lazuardi mengungkapkan, sebenarnya ada tiga temua gajah mina di Kabupaten Lingga, namun tidak semuanya bisa ditampung di dalam Museum Linggam Cahaya.

Pada 2007 masyarakat juga menemukan bangkai gajah mina di Pantai Air Pandan, Desa Teluk yang tidak jauh dari pantai Dungun.

Kemudian ditemukan lagi pada tahun yang sama terdampar di Pulau Sebangka.

Selanjutnya di tahun yang sama, masyakarat kembali menemukan gajah mina yang terdampar di Pulau Belading, Desa Penaah, Kecamatan Senayang.

"Ini paling besar dengan panjang lebih kurang 18 meter, dengan panjang gading dua meter 2,70 meter. Di taroh di luar Museum," sebutnya.

Pelajar SMAN 2 Singkep Gelar Studi Wisata ke Museum Linggam Cahaya

Terkait dengan materi pembelajaran sejarah Kerajaan Melayu Riau-Lingga, pelajar kelas X di SMA Negeri 2 Singkep, melakukan Studi Wisata ke Museum Linggam Cahaya dan Istana Damnah serta Situs-Situs Sejarah lainnya baru-baru ini.

Guru Sejarah SMAN 2 Singkep, Nofianti mengatakan, studi itu kegiatan untuk mengenalkan situs-situs sejarah yang ada di Kabupaten Lingga kepada peserta didik mereka.

Tidak hanya itu, Nofianti juga menambahkan, bahwa kegiatan Studi Wisata tersebut juga berguna agar anak-anak didik mereka bisa ikut melestarikan situs-situs sejarah yang ada.

"Jumlah peserta yang mengikuti studi wisata ini berjumlah 150 orang, yang terdiri dari kelas X IPS dan kelas X IPA. Dalam pelaksanaannya kami membagi 3 kali dalam 2 gelombang. Gelombang I diikuti oleh kelas X IPS dan gelombang II nantinya diikuti oleh kelas X IPA,"jelasnya.

Raja Hendri mengatakan, bahwa pihak museum membuka akses bagi masyarakat untuk datang berkunjung ke sana.

"Kami membuka kesempatan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Lingga dan juga masyarakat Kepri untuk berkunjung ke Museum Linggam Cahaya ini. Karena kita memiliki berbagai koleksi," kata Raja Hendri.

Raja Hendri juga memberikan apresiasi atas kunjungan yang dilakukan oleh rombongan dari SMA Negeri 2 Singkep ini.

"Kunjungan dari rombongan SMA Negeri 2 Singkep ini adalah merupakan kunjungan yang mendukung, bahwasanya masyarakat lebih bisa mengenal museum kita yang sudah siap melayani masyarakat untuk berkunjung," tuturnya.

Raja Hendri mengatakan kalau keberadaan barang-barang di museum saat ini merupakan hibah dari masyarakat.

"Koleksi-koleksi di sini merupakan hibah dari masyarakat. Baik itu senjata, keramik maupun naskah," ujarnya.(TribunBatam.id/Febriyuanda)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved