Ksatria Batam Bantu Korban Banjir Malaysia, Kawasan Batu Pahat Terparah

Pengungsi terdampak banjir di Malaysia terbantu dengan kedatangan Komunitas Ksatria Batam. Mereka mendatangi sekolah di Batu Pahat.

TribunBatam.id/Ucik
KSATRIA BATAM - Anggota Ksatria Batam saat membantu menyediakan minuman bagi pengungsi yang terdampak banjir di Malaysia. Sekolah Dasar Bukit Soga di kawasan Batu Pahat menjadi tempat pengungsian sementara. 

MALAYSIA, TRIBUNBATAM.id - Banjir di Malaysia menjadi perhatian Komunitas Ksatria Batam.

Banjir di Malaysia tepatnya di Batu Pahat menjadi fokus Komunitas Ksatria Batam ini.

Kawasan Batu Pahat Malaysia diketahui merupakan daerah yang paling parah terdampak banjir di Malaysia pada Maret 2023.

Bersama pimpinan Halo Telco dan Rombongan, Ksatria Batam mendatangi Pusat Pemindahan Sementara (PPS) di kawasan Parit Besar, Batu Pahat, Jumat, (10/3/2023).

Kedatangan rombongan Ksatria Batan dan Halo Telco guna turut membantu menyiapkan hidangan dan persiapan kebutuhan untuk makan siang korban banjir di dapur umum posko tersebut.

Beberapa makanan dan minuman sudah disajikan di meja makan pengungsian.

Tidak hanya memberikan bantuan makanan dan minuman serta tenaga.

Ksatria Batam dan rombongan turut membelikan sepeda kepada anak-anak pengungsi terdampak banjir di Malaysia.

"Seneng aja bisa bantu orang-orang yang ada disini, ya walaupun ngga bisa bantu banyak, tapi kami seneng bisa ikut merasakan kesusahan mereka disini, berasa bantu keluarga sendiri juga," ucap Yudha, seorang anggota Ksatria Batam kepada TribunBatam.id.

Pantauan TribunBatam.id SD Bukit Soga yang berubah menjadi tempat pengungsian ini memiliki area cukup luas.

Terlihat anak-anak yang menjadi korban banjir bisa bermain di arena sport sekolah tersebut.

Dilansir dari akun resmi NADMA Malaysia posko di SD Bukit Soga ini merupakan satu diantara 185 posko pengungsi aktif di Malaysia update per 10 Maret 2023.

"Lebih kurang ada 400 orang, dan 99 Kepala Keluarga yang mengungsi ditempat ini," ungkap Kepala SD Bukit Soga, Salwiyah.

Wanita 50 tahun itu menambahkan, korban banjir di Malaysia yang memilih mengungsi di antaranya mulai dari anak-anak, dewasa, hingga lansia.

Sementara sorang pengungsi, Liza mengaku sudah enam hari tinggal di lokasi itu.

Ia bersama keluarganya merupakan warga yang bertempat tinggal tidak jauh dari Pusat Pemindahan Sementara.

"Kami tinggal tak jauh dari sini kak. Orang-orang yang berada di PPS ini juga bertempat tinggal tak jauh dari kampung kami yang dekat dengan Sungai Mustaffa di ujung sana," sebutnya.

Wanita 47 tahun itu menjelaskan, banjir di Malaysia terjadi saat curah hujan yang cukup tinggi dan berlangsung selama berhari-hari.

Kondisi ini membuat air mulai masuk ke dalam rumah.

"Tinggi air sampai lutut waktu itu. Sebab tinggal dekat sungai, kami takut ada ular atau hewan lainnya masuk dalam rumah. Terpaksa kami cabut dan pilih buat mengungsi di sini," ujarnya.

Ketinggian air yang mencapai lutut orang dewasa, hal itu dibenarkan juga oleh Salwiyah.

"Memang benar air sampai selutut orang dewasa. Air tak kunjung surut sebab air tuh tenang, tak gerak. Sebab daerah di sini datar," ungkapnya.(TribunBatam.id/Ucik)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved