LONGSOR DI NATUNA

Kisah Jurnalis Tribun Batam Liput Longsor di Serasan Natuna, Terkendala Internet

Jurnalis Tribun Batam di Natuna, Muhammad Ilham membagikan pengalamannya saat meliput korban longsor di Serasan Natuna.

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/istimewa
Muhammad Ilham, Jurnalis Tribun Batam di Natuna saat berangkat ke Pulau Serasan naik kapal untuk meliput korban longsor, Senin (6/3/2023) 

NATUNA, TRIBUNBATAM.id – Bencana longsor di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Senin (6/3/2023) lalu tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarga korban yang ditinggalkan.

Tetapi juga memiliki cerita tersendiri, terutama terkait kisah para jurnalis saat meliput musibah yang memakan banyak korban jiwa ini.

Berikut pengalaman jurnalis Tribun Batam, Muhammad Ilham saat meliput bencana longsor di Pulau Serasan, Natuna.

Tepat sekira pukul 14.30 WIB, Senin 6 Maret 2023, kala itu Kota Ranai tengah diguyur hujan.

Saya Muhammad Ilham, jurnalis Tribun Batam dan rekan jurnalis lainnya mendapat kabar, telah terjadi longsor yang memakan puluhan korban jiwa di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna.

Untuk mengetahui kebenarannya, saya yang ditugaskan di Natuna langsung mengonfirmasi kabar tersebut kepada Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Natuna, Raja Darmika.

Bupati Natuna Wan Siswandi dan tim gabungan di Pulau Serasan pascalongsor
Bupati Natuna Wan Siswandi dan tim gabungan di Pulau Serasan pascalongsor (tribunbatam.id/Muhammad Ilham)


Orang yang saya cari ini berhasil ditemui di kantornya.

Saat itu Raja Darmika bersama anggota BPBD Natuna lainnya tampak sibuk mengemas barang dan diangkut ke mobil pikap.

"Kenapa sibuk sekali pak? Ada apa? Kabarnya di Serasan ada longsor ya pak?," tanya saya.

Baca juga: Operasi SAR Bencana Longsor di Serasan Natuna Dihentikan, 4 Korban Masih Hilang

Raja Darmika menjelaskan sembari mengemasi barang-barang miliknya.

"Ya, di Serasan ada longsor besar. Pukul 15.00 WIB kami akan berangkat ke sana menggunakan kapal ferry Indra Perkasa,” tuturnya.

Raja melanjutkan, saat itu jaringan telekomunikasi dan internet di Pulau Serasan terputus. Sehingga pihaknya belum dapat memastikan sebesar apa longsor yang terjadi di Serasan.

Selain BPBD, saya juga mengonfirmasi kabar tersebut kepada Basarnas Natuna melalui Kasi Ops Basarnas Natuna, Budiman.
Saat dihubungi, Budiman membenarkan hal tersebut dan mengatakan, pihaknya juga akan berangkat ke Serasan menggunakan KN Sasikirana bersama KM Indra Perkasa.

Korban longsor di Serasan Natuna saat berada di posko pengungsian
Korban longsor di Serasan Natuna saat berada di posko pengungsian (tribunbatam.id/Muhammad Ilham)

"Pukul 15.00 WIB berangkat bang. Kalau mau ikut langsung ke Pelabuhan Penagi,” kata Budiman.

Tanpa pikir panjang, saya pun langsung pulang ke kosan untuk mengambil tas dan pakaian. Setelah itu berangkat ke Pelabuhan Penagi.

Di sana tampak kedua kapal cepat milik Basarnas dan Pemda Natuna sudah siaga untuk diberangkatkan ke Pulau Serasan.

Baca juga: Enam Ekor Anjing Pelacak Bantu Pencarian Korban Longsor di Serasan Natuna

Saat itu cuaca gerimis. Kami pun bertolak ke Serasan. Sekitar 10 menit meninggalkan pelabuhan, ombak masih belum terasa, namun langit tampak sangat gelap.

Benar saja, tak lama kemudian ombak besar pun melengkapi perjalanan kami menuju Pulau Serasan.

Ombak itu sangat besar. Kisaran tingginya mencapai 4 hingga 5 meter.

Dan ini merupakan pengalaman pertama saya di laut melihat ombak sebesar itu.

Banyak dari rombongan kami yang mabuk dan muntah.

Di tengah cuaca ekstrem itu, kami akhirnya tiba di Pulau Serasan dan berlabuh di Pelabuhan Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan sekitar pukul 23.00 WIB, Senin malam.

Tim SAR Gabungan saat mengevakuasi jenazah korban longsor di Dusun Genting Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Senin (13/3/2023). Tim menemukan dua jenazah korban longsor di Natuna.
Tim SAR Gabungan saat mengevakuasi jenazah korban longsor di Dusun Genting Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Senin (13/3/2023). Tim menemukan dua jenazah korban longsor di Natuna. (TribunBatam.id/Muhammad Ilham)

Bupati Natuna, Wan Siswandi bersama Kepala Basarna Natuna Abdul Rahman dan Kapolres Natuna AKBP Nanang Budi Santosa dan rombongan lainnya langsung menuju PLBN.

Di sana banyak sekali masyarakat yang berkumpul.

Mereka berbaring di atas tikar dan ada pula yang menangis.

Suasana kala itu sangat mencekam. Raut wajah masyarakat di sana tampak sangat ketakutan.

"Longsor di Kampung Genting, ada puluhan orang tertimbun,” kata seorang pengungsi.

Hujan di malam itu membuat suasana semakin panik.

Seusai melihat dan berinteraksi dengan warganya, Bupati Natuna langsung mengumpulkan seluruh rombongan yang baru saja tiba.

Tak lama kemudian, para rombongan langsung menuju ke lokasi kejadian di Dusun Genting, Desa Pangkalan untuk melihat kondisi pascalongsor.

Sekitar belasan menit mengendarai sepeda motor, akhirnya kami tiba di lokasi longsor.

Bau lumpur sangat menyengat di lokasi itu. Tampak tanah dan lumpur menutup jalan raya di sana.

Sementara tiang listrik dan puing-puing rumah warga terlihat porak-poranda.

Saat itu terdengar suara gemuruh yang diduga longsor susulan.

Suara gemuruh itu pun membuat kami para rombongan panik dan segera meninggalkan lokasi untuk kembali ke PLBN.

Sementara yang lain beristirahat, saya dan rekan jurnalis lainnya masih sibuk mencari sinyal untuk mengirim informasi ke kantor masing-masing.

Syukurnya kami menemukan titik akses internet BAKTI Aksi di SMPN 1 Serasan yang tak begitu jauh dari lokasi.

Dengan internet yang sangat lelet, akhirnya kami pun dapat mengirim informasi keluar.

Namun kadang-kadang jaringan internet itu menghilang, sehingga pengiriman informasi juga terhambat.

Seteleh behasil mengirim berita keluar, kami pun beristirahat dan tidur di SMPN 1 Serasan.

Besok harinya, pada Selasa (7/3/2023) pagi, cuaca masih hujan dan interner masih saja gangguan.

Saya bersama sejumlah awak media datang ke lokasi kejadian. Di sana sudah ada Tim SAR Gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, Damkar, BPBD Natuna.

Baca juga: Korban Selamat Longsor di Serasan Natuna Masih Trauma Dengar Suara Gemuruh Keras

Mereka tengah mencari para korban yang diduga masih terjebak sisa material longsor, dengan menggunakan alat seadanya berupa cangkul, sekop, parang dan kayu.

Dikarenakan cuaca masih hujan, pencarian tak dapat dilakukan secara efisien.

Bahkan baru dua jam mencari korban, terpaksa tim ditarik kembali sebab dikhawatirkan terjadi longsor susulan.

Kami pun kembali ke posko utama di PLBN.

Di sana tampak dapur umum pun dibuka. Semua logistik yang dibawa bersama rombongan dari Ranai dialokasikan ke sana.

Di hari kedua pascalongsor, bantuan logistik dan tambahan personel terus bertambah untuk menemukan para korban longsor.

Namun jaringan internet dan telekomunikasi masih gangguan hingga hari ketiga, Rabu (8/3/2023).

Hal ini sangat menghambat pekerjaan kami sebagai awak media untuk mengirim informasi keluar.

Di sisi lain, operasi SAR pencarian korban terus belanjut dan dibantu dengan dua unit ekskavator.

Pada hari ketiga pencarian dengan alat berat ini, tim berhasil menemukan 12 korban meninggal dunia.

Cuaca di hari itu pun berangsur-angsur membaik, sehingga pencarian para korban dapat dilakukan dengan maksimal dan efisien.

Akibat longsor di Dusun Genting Desa Pangkalan dan beberapa titik lainnya, jumlah pengungsi kala itu meningkat hingga 2 ribu jiwa.

Meski tidak terdampak langsung, masyarakat sangat khawatir terjadi longsor susulan di pemukiman mereka.

Baca juga: Korban Tewas Longsor di Serasan Natuna Bertambah, Tim Evakuasi 9 Jasad Kamis Ini

Pasalnya, pemukiman di Pulau Serasan terbilang ekstrem. Sebab rumah warga banyak yang berada di atas tebing dan kaki bukit.

Yang menjadi hambatan dalam liputan kali ini, jaringan internet mengalami gangguan.

Sehingga, informasi dan perkembangan terkini terkait bencana longsor yang menewaskan 54 jiwa di Dusun Genting, Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, jadi terhambat.

Kesulitan itu kami alami selama tiga hari pertama.

Saat itu internet dan telekomunikasi terputus total.

Kondisi itu seakan membawa kami ke tiga dekade lalu yang masih buta akan jaringan internet dan telekomunikasi.

Syukurnya, internet BAKTI AKSI yang telah dipasang pemerintah di 19 titik di Serasan dapat digunakan, meski sangat lambat dan lelet.

Selain jaringan internet dan telekomunikasi, cuaca juga ikut melengkapi perjuangan dalam peliputan ini.

Terlebih saat hujan lebat di malam hari, kami seakan tak bisa tidur. Sebab khawatir terjadi longsor susulan.

(Tribunbatam.id/Muhammad Ilham)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved