Firli Digoyang Orang Lama KPK, Dilaporkan ke Dewas oleh Eks Pimpinan Anti Rasuah

Sejumlah mantan Ketua KPK dan penyidik senior serta aktivis melakukan aksi di depan gedung lama KPK dan melaporkan Ketua KPK Firli Bahuri ke Dewas

Tribunnews/Ilham Rian Pratama
Ketua KPK Firli Bahuri - Sejumlah mantan Ketua KPK dan penyidik senior serta aktivis melakukan aksi di depan gedung lama KPK dan melaporkan Ketua KPK Firli Bahuri ke Dewas 

TRIBUNBATAM.id - Internal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) digoyang isu tak mengenakkan.

Beredar informasi dokumen penyelidikan kasus korupsi di Kementerian ESDM yang tengah diusut KPK bocor.

Ketua KPK Firli Bahuri pun disebut terlibat membocorkan dokumen rahasia tersebut.

Jenderal polisi bintang tiga itu pun dilaporkan ke Dewan Pengawas alias Dewas KPK.

Tak sampai di situ beberapa orang termasuk mantan Ketua KPK melakukan aksi, Senin (10/4/2023).

Saut Situmorang, Abraham Samad hingga penyidik senior KPP Novel Baswedan melaporkan Firli ke Dewas.

Namun, saat itu Saut Situmorang malah mengaku dimarahi Ketua Dewas Tumpak Hatorangan Panggabean saat melaporkan dugaan pelanggaran etik Firli Bahuri.

Menurut Saut, Tumpak justru mengeluhkan Undang-Undang KPK membatasi wewenangnya.

"Tadi isinya justifikasi semua, malah kita dimarah-marahin gitu," ujar Saut Situmorang saat ditemui awak media di gedung ACLC atau KPK lama, Jakarta Selatan.

Saut mengungkapkan, Dewas belum mulai memproses laporan dugaan pelanggaran etik dan pidana Firli Bahuri.

Baca juga: Politisi PKS Nasir Djamil Minta KPK Tak Berpolitik Depan Firli Bahuri

Baca juga: Ketua KPK Firli Bahuri Beri Ultimatum Hakim Agung Sudrajad Dimyati Agar Bersikap Kooperatif

Tetapi, ia sudah menyerah dengan alasan tidak memiliki wewenang.

Saut memperkirakan laporan dugaan pelanggaran pidana Firli akan berakhir seperti eks Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar yang tidak ditindaklanjuti oleh Dewas.

Padahal, sebagai penyelenggara negara Lili diduga menerima gratifikasi.

"Belum apa-apa dia sudah menyerah, dia tidak punya wewenang," ujar Saut Situmorang dikutip dari kompas.com.

"Etiknya kita mungkin bisa berharap, tetapi tidak banyak," katanya lagi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved