WHO Akhiri Status Darurat Covid-19, Tegaskan Virus Corona Masih Ada
Meski covid-19 bukan lagi darurat kesehatan pada Jumat (5/5/2023), WHO tidak mengumumkan awal atau akhir pandemi virus corona.
TRIBUNBATAM.id - Kabar baik datang terkait covid-19 setelah Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tidak lagi menjadikan virus corona sebagai darurat kesehatan global.
Pengumunan oleh WHO tentang berakhirnya status darurat virus corona yang disampaikan pada Jumat (5/5/2023) menjadi langkah besar menuju akhir pandemi Covid-19 yang telah menewaskan jutaan orang, mengganggu ekonomi global, dan memperdalam kesenjangan masyarakat.
WHO pertama kali menyatakan bahwa Covid-19 mewakili tingkat kesiagaan tertinggi pada 30 Januari 2020 atau lebih dari tiga tahun lalu.
Status darurat kesehatan global tersebut membantu memusatkan perhatian internasional pada ancaman kesehatan dari Covid-19.
Serta memperkuat kolaborasi dalam vaksin dan pengobatan penyakit itu.
Baca juga: Bintan Bebas Virus Arcturus Covid-19
“Kemarin, Komite Darurat bertemu untuk ke-15 kalinya dan merekomendasikan kepada saya agar saya menyatakan berakhirnya darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Saya telah menerima saran itu. Oleh karena itu, dengan harapan besar, saya menyatakan Covid-19 berakhir sebagai darurat kesehatan global," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Meski begitu, WHO memperingatkan, Covid-19 akan tetap ada.
Bahkan jika itu tidak lagi dalam status darurat.
Data WHO, tingkat kematian akibat Covid-19 telah melambat dari puncak, yakni 100.000 lebih orang per minggu pada Januari 2021 menjadi lebih dari 3.500 dalam seminggu hingga 24 April 2023.
“Namun, bukan berarti Covid-19 sudah berakhir sebagai ancaman kesehatan global,” kata Ghebreyesus, sebagaimana dikutip dari Reuters.
WHO tidak mengumumkan awal atau akhir dari pandemi.
Baca juga: Mengenal Virus Corona Varian Omicron BA.4 dan BA.5, Gejala hingga Asal Muasalnya
Meski begitu, istilah Covid terdata mulai digunakan pada Maret 2020.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada tahun lalu mengatakan jika pandemi telah berakhir.
Seperti sejumlah negara lain, ekonomi terbesar di dunia itu telah mulai membongkar keadaan darurat Covid-19 di dalam negeri, yang berarti AS akan berhenti membayar untuk hal-hal seperti vaksin.
COVID-19 Sub Varian Baru
Kasus Covid-19 varian baru sub varian Arcturus atau XBB 1.16 semakin mengkhawatirkan.
Pasalnya varian Arcturus meningkat dalam beberapa minggu terakhir.
Sejumlah gejala dari varian ini antara lain kasus konjungtivitis (mata merah) terutama pada anak-anak.
Demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare.
Tidak hanya di Indonesia, kasus Covid-19 Arcturus juga semakin menyebar di dunia.
Dikutip dari Mirror, Arcturus pertama kali terdeteksi pada bulan Januari 2023 dan telah menyebar ke setidaknya 34 negara.
Baca juga: Jokowi Beri Penghargaan, Kepri Terbaik Tangani Pandemi Covid-19 di Sumatera
Tak seperti Covid-19 yang selama ini dikenal, ada banyak kasus varian Arcturus menunjukkan gejala baru yakni adanya gejala konjungtivitis.
Konjungtivitis adalah mata merah akibat peradangan pada selaput yang melapisi permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam (konjungtiva mata).
"Gejala baru yang dibicarakan orang adalah gejala konjungtivitis, atau seperti yang kita ketahui mata merah muda. Hal ini terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa.” kata pakar dari Stanford Medicine, dr Neha Narula.
Munculnya gejala mata merah pada subvarian Arcturus ini mungkin memicu kekhawatiran tersendiri, apakah seseorang yang sedang mengalami mata merah sebenarnya terkena subvarian Arcturus atau tengah terkena iritasi mata biasa.
Lantas, apa perbedaan mata merah karena virus Covid-19 Arcturus dengan karena iritasi biasa?
Beda mata merah karena Arcturus dan iritasi
Dilansir dari Healthline, sebenarnya konjungtivitis bisa disebabkan oleh bakteri, virus, maupun alergi.
Sehingga sulit untuk mengetahui mana penyebab pasti dari munculnya mata merah, apakah karena bakteri, virus, dan faktor lainnya.
Virus dan alergi seringkali juga sangat mirip karena sama-sama dapat menyebabkan robekan yang jelas dan rasa gatal pada mata.
“Satu-satunya cara untuk benar-benar membedakan antara konjungtivitis virus, seperti Covid, atau alergi, atau konjungtivitis bakteri adalah evaluasi oleh dokter mata menggunakan pewarna dan peralatan khusus,” kata asisten profesor di University of Alabama, Sekolah Optometri Birmingham Nicholas Onken.
Ia mengatakan, untuk mengetahui kondisi pasti pasien, maka dokter juga akan menanyakan gejala lain yang dialami pasien untuk memastikan penyebab yang sebenarnya.
Termasuk akan menanyakan kapan waktu dimulainya mata merah dan apakah beberapa waktu terakhir terpapar orang yang sakit.
Dikutip dari kontan.co.id, belum ada dokumentasi ilmiah yang menerangkan keterkaitan Arcturus dengan konjungtivitis.
Akan tetapi, anggapan tersebut selama ini merupakan anekdotal dari para praktikal kesehatan yang menghadapi pasien secara langsung.
Tak sedikit para dokter yang mengatakan bahwa mereka melihat adanya konjungtivitis terutama pada anak yang dites Covid-19.
Selama ini memang banyak virus yang bisa menyebabkan gejala konjungtivitis di antaranya adenovirus.
Walaupun korelasi peer-review yang ditunjukkan secara ilmiah belum ada, namun sudah ada banyak kasus konjungtivitis dengan Covid-19.
American Academy of Ophthalmology juga telah mengindikasikan bahwa konjungtivitis dapat menjadi salah satu manifestasi dari Covid-19.
Meski demikian, seseorang sebaiknya melakukan pemeriksaan Covid-19 jika mengalami mata merah namun juga disertai gejala Covid-19 pada umumnya, yakni:
- Batuk
- Demam
- Pilek
- Sakit tenggorokan.(TribunBatam.id) (Kompas.com/Irawan Sapto Adhi)
Sumber: Kompas.com
Natuna Masih Nihil Varian Baru Covid-19, Kadinkes Minta Warga Galakkan PHBS |
![]() |
---|
Dinkes Kepri Minta Warga Jangan Panik Soal Muncul Kembali Covid-19: Tetap Terapkan Prokes |
![]() |
---|
Varian Baru Covid-19 Terdeteksi di Indonesia, Bintan Masih Nihil, Kadinkes: Tetap Pola Hidup Sehat |
![]() |
---|
Gubernur Kepri Ansar Ahmad Minta Warga Tetap Waspada Covid-19 |
![]() |
---|
Dinkes Kepri Pastikan Belum Ada Laporan Covid-19 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.