BERITA JAWA TIMUR
KISAH Balita Umur Tiga Tahun Lepas dari Kecanduan Rokok, Libatkan Orang Sekampung
Seorang balita yang sempat menjadi perokok aktif saat berusia 1,5 tahun kini berhasil membebaskan diri dari kecanduan rokok tersebut.
J juga mengakui bahwa kesehariannya dengan balita G lebih banyak dilewatkan di warung-warung di desanya karena panggilan bekerja memotong pohon tak setiap hari didapat.
“Kalau di warung ya ngopi sambil cari sarapan. Cucu saya ini senang nasi pecel,” ucapnya.
Sementara menurut pengakuan J, dia sendiri tidak tahu pasti apa yang menyebabkan cucunya tersebut menjadi perokok di usia 1,5 tahun waktu itu.
Dia mengetahui cucunya merokok saat rokok yang ditaruh di mejanya hilang.
“Saya tanya rokok mbah kung di mana, dia bilang dibakar. Sejak saat itu saya tahu dia merokok. Kadang rokok tamu di sini tiba-tiba hilang, pasti yang ambil G,” ucapnya.
J mengaku kebiasaan balita G merokok sebagai tingkah laku yang tidak biasa pada anak-anak.
Bahkan saat berada di warung, balita G tidak minta apa-apa, tapi dia justru mengambil rokok yang ada di toples di warung.
“Saat saya tanya dia ngakunya haji, saya kira dia kejelmanan (semacam kesurupan) tidak seperti anak-anak lainnya. Kalau saya ajak ke warung dia tidak minta apa-apa, tapi yang diambil ya rokok. Saya sudah melarang tapi biasanya dia lari kalau sudah dimarahi,” ujarnya.
Kini balita G disebut tidak lagi merokok sejak warga bekerja sama menyembunyikan toples rokok di warung-warung.
Sedangkan, balita G sampai saat ini belum pernah menjalani pemeriksaan kesehatan hingga menyeluruh sampai ke bagian paru-paru.
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Agus Yudi Purnomo mengatakan, anak balita sangat rentan terhadap bahaya asap rokok.
Sebab, di dalam sebatang rokok mengandung beragam zat yang membahayakan bagi tubuh.
Di usia balita G yang merokok saat 1,5 tahun, menurutnya sangat berisiko terkena penyakit pernapasan dan paru-paru.
“Di tangan saja asap rokok itu kan panas, bisa dibayangkan itu berada di paru-paru anak usia 1, 5 tahun. Risiko radang parunya tinggi bahkan resiko kanker,” katanya.
Dinas Kesehatan rencananya akan menindaklanjuti dengan melakukan pemeriksaan kesehatan pada balita G.
“Kita akan upayakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap anak tersebut, agar bisa menekan rIsiko efek asap rokok pada paru-parunya di kemudian hari karena efeknya jangka panjang baru terasa,” pungkas Agus. (kompas.com)
*Artikel ini telah tayang di Kompas.com
TEREKAM CCTV, Seorang Sopir Truk Molen Tewas Usai Terpeleset Masuk Tabung Mixer |
![]() |
---|
TERUNGKAP, Ini Identitas Mayat Penuh Luka di Jalan Tol Sumo Jawa Timur |
![]() |
---|
Dituding Sebar Konten Amoral hingga Viral, Akun IG Lek-Dahlan Dipolisikan LPKN |
![]() |
---|
GEGARA Bercanda Berlebihan, Warga dan Mahasiswa di Malang Terlibat Kericuhan |
![]() |
---|
Main Petak Umpet, Seorang Balita Tewas Tersetrum Kabel yang Terkelupas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.