Cerita Kasim Mampu Sekolahkan Anak hingga Kuliah dari Jualan Otak-otak

Sudah hampir 4 tahun, Kasim menjual otak-otak di pinggir pintu masuk Pelabuhan SBP Tanjungpinang. Dari hasil jualan itu, ia bisa sekolahkan anak

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Rahma Tika
Kasim, pedagang otak - otak di pintu masuk Pelabuhan SBP Tanjungpinang. 

TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Makanan khas Tanjungpinang otak-otak, masih jadi incaran wisatawan yang datang berkunjung ke Negeri Segantang Lada ini.

Otak-otak cukup mudah ditemui wisatawan. Selain menjadi oleh-oleh, makanan berbahan ikan laut ini juga dijadikan pilihan sarapan bagi masyarakat setempat.

Meski kehadiran otak-otak sudah ada sejak lama, namun makanan satu ini masih jadi primadona.

Pun begitu, pedagang otak-otak tetap eksis di tengah munculnya makanan kekinian.

Harga yang mereka tawarkan juga terjangkau. Cukup Rp 1.000 per keping, kita sudah bisa mencicipi makanan khas Kota Tanjungpinang ini.

Adalah Kasim, seorang pedagang otak-otak memilih tetap melestarikan makanan ini di Tanjungpinang.

Baca juga: Pedagang Otak-otak Kijang Mendapat Berkah Lebaran, Penjualan Meningkat

Ia menjualnya kepada pengunjung yang datang, khususnya dari luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.

Dari hasil jualan ini pula Kasim bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan keluarga, dan menyekolahkan anaknya hingga kuliah.

“Dari otak-otak ini saya bisa sekolahkan anak saya. Alhamdulillah anak saya ada yang sedang kuliah, sedikit - sedikit saya bisa menabung, istri saya jual minuman,” kata Kasim, Rabu (13/9/2023)

Berjualan di pinggir pintu masuk pelabuhan, sudah dilakoni Kasim hampir 4 tahun.

Sejak pagi laki-laki itu sudah mempersiapkan dagangannya untuk dibawa ke pintu masuk Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang.
Di sana ia akan membakar otak-otak apabila ada pembeli yang datang.

“Kita bakarnya pas ada pembeli yang datang, supaya masih hangat. Saya juga jual per kotak, biasanya saya kasih diskon Rp 5 ribu jika ada yang ambil per kotak,” tuturnya.

Rata - rata pembeli otak - otak ini datang dari masyarakat luar Kota Tanjungpinang. Ada yang dari Batam, Dabo, Karimun, bahkan Riau.

“Otak - otak ini kan bahannya sama saja semua pedagang. Cuma rasanya tentu berbeda. aAda yang ikannya terasa, ada juga yang kadang kurang, insya allah yang saya ini masih menjaga rasa," ucap Kasim.

Dalam sehari ia mampu menjual habis 400 keping otak-otak.

"Apalagi kalau hari libur (lebih banyak",” ujarnya.

Pilihan rasa otak-otak yang dijualnya ada dua rasa, yakni ikan dan sotong.

Dua rasa ini dibanderol dengan harga yang sama yakni Rp 1.000 per kepingnya.

Selama berjualan otak - otak, Kasim juga merasakan pasang surut.

Pernah ia membawa pulang otak - otaknya karena tidak habis terjual.

“Waktu itu saya bawa 500 keping, yang kejual cuma 200. Akhirnya bawa pulang lagi,” ungkapnya.

Meski demikian Kasim tetap semangat berjualan hingga kini.

Ia juga sudah mempunyai pelanggan tetap yang biasanya membeli otak - otak dagangannya. (TRIBUNBATAM.id/Rahma Tika)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved