RAMADAN

Tiga Tingkatan Puasa yang Perlu Diketahui Sebelum Datangnya Bulan Suci Ramadan

Ada tiga tingkatan orang berpuasa di bulan suci Ramadan. Hal ini dijelaskan K Ahmad Junaidi dari MUI Batam dalam ceramah ramadannya 'Tingkatan Puasa'

|
Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM
K Ahmad Junaidi dari MUI Batam jelaskan tiga tingkatan puasa 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Berpuasa di bulan Ramadan tak hanya dimaksudkan untuk menahan haus dan lapar.

Lebih dari itu, ada hal lain yang bisa didapatkan dari puasa Ramadan.

Di antara manfaat puasa itu, yakni untuk membentuk pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Dalam sebuah hadist, Baginda Nabi Muhammad SAW mengatakan: Betapa banyak orang yang melakukan ibadah puasa, namun ia tidak mendapatkan, kecuali lapar dan dahaga.

Baca juga: Cara Minum Obat di Bulan Ramadan Tanpa Membatalkan Puasa, Silakan Atur Waktunya

K Ahmad Junaidi dari Majelis Ulama Indonesia atau MUI Batam pernah mengulas pembahasan tingkatan puasa ini dalam rubrik kerja sama MUI Batam dan Tribun Batam.

Disampaikan, ada tiga tingkatan puasa sebagaimana yang dijelaskan para ulama.

Apa saja tingkatan puasa itu?

1. Puasanya orang-orang yang awam;

K Ahmad Junaidi mengatakan pada tingkatan pertama, orang menahan diri dari berbagai hal yang kiranya dapat membatalkan ibadah puasa sepanjang hari dengan niat tertentu, hanya sebatas itu.

Tanpa memikirkan apakah puasanya akan membentuk pribadinya menjadi pribadi yang bertaqwa, pribadi yang semakin dekat kepada Allah SWT atau tidak.

"Puasa yang hanya meninggalkan makan dan minum, hubungan suami-istri, namun di sisi lain, ia masih melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT," katanya.

"Dalam beribadah, kita tidak hanya sekadar berusaha bagaimana agar ibadah kita dianggap sah, tapi kita juga harus berusaha bagaimana agar ibadah kita diterima dan diridhoi oleh Allah SWT," sambungnya.

Baca juga: Bacaan Niat Puasa Ramadan, Berikut Syarat Wajib dan Rukun Puasa yang Perlu Diketahui

Oleh karena itu, kita perlu menaikkan tingkatan puasa kita ke tingkat yang kedua.


2. Puasanya orang khusus dan istimewa;

KH Ahmad Junaidi mengatakan, yang dimaksud dengan puasa orang istimewa, adalah puasanya orang yang tidak hanya sekadar meninggalkan hal-hal yang berpotensi membatalkan ibadah puasa, tapi juga meninggalkan hal-hal yang kiranya berpotensi meninggalkan pahala ibadah puasa.

Bagaimana hal itu terjadi? Yaitu, orang yangh berusaha semaksimal mungkin menjaga seluruh anggota tubuhnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved