Pilpres 2024

Hubungan Megawati dan Jokowi Semakin Renggang setelah Pilpres 2024, Prabowo Sulit Jadi Jembatan?

Wacana silaturahmi antara Jokowi dengan Megawati dalam rangka Lebaran 2024 bakal sulit terwujud.

Editor: Khistian Tauqid
TribunBatam.id via Tribunnews.com/Irwan Rismawan
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani saat menghadiri Puncak Bulan Bung Karno 2023 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (24/6/2023). PDI Perjuangan menggelar konsolidasi akbar yang dihadiri ratusan ribu orang relawan, simpatisan hingga kader, sekaligus untuk memperingati puncak Bulan Bung Karno (BBK) dengan bertemakan Kepalkan Tangan Persatuan untuk Indonesia Raya. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNBATAM.id - Hubungan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi setelah Pilpres 2024 semakin merenggang.

Megawati dan PDIP sepertinya kecewa terlalu dalam pada Jokowi yang dinilai condong pada pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.

Bahkan, banyak yang beranggapan bahwa hubungan Jokowi dan Megawati hampir mirip dengan kerenggangan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dengan Ketua Umum PDIP tersebut.

Baca juga: PDIP Ogah Menyerah setelah Gugatan Ganjar-Mahfud Ditolak MK, Kini Gantian Ajukan Gugatan ke PTUN

Bahkan, wacana silaturahmi antara Jokowi dengan Megawati dalam rangka Lebaran 2024 bakal sulit terwujud.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin beranggapan serupa terkait wacana pertemuan Jokowi dan Megawati.

Ujang menilai penyebab hubungan dua tokoh tersebut semakin renggang karena pecah kongsi di Pilpres 2024.

Jokowi dalam gelaran Pilpres 2024 lalu dinilai condong mendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto.

Prabowo menggandeng putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden.

Di sisi lain, PDIP, partai Jokowi bernaung selama ini, mengusung calon lain, yaitu Ganjar Pranowo-Mahfud Md.

Lebih jauh, Ujang mengaku tidak bisa memprediksi apakah hubungan Megawati dan Jokowi akan renggang dalam waktu lama.

"Jika berkaca pada hubungan Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sampai saat ini belum akur. Mungkin saja kerenggangan itu akan bertahan lama," ujarnya.

Ia mengingatkan, hubungan Megawati dan SBY telah renggang sejak Pilpres 2004 hingga kini.

“Jika dihitung sudah hampir 25 tahun hubungan Megawati dengan SBY tidak pernah berlanjut dan tidak pernah ada ujung pangkalnya. Apakah hubungan Jokowi akan lama seperti itu atau tidak, saya tidak tahu. Semua tergantung sikap Megawati mau menerima atau tidak,” ujar Ujang.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan potongan pertama makanan tumpeng HUT ke-50 PDIP kepada Presiden Jokowi di JI Expo Kemayoran Jakarta, Selasa (10/1/2023). Di momen HUT PDIP ini, Megawati ternyata tak umumkan capres dari partainya.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan potongan pertama makanan tumpeng HUT ke-50 PDIP kepada Presiden Jokowi di JI Expo Kemayoran Jakarta, Selasa (10/1/2023). Di momen HUT PDIP ini, Megawati ternyata tak umumkan capres dari partainya. (Ist)

Baca juga: Prabowo Sudah Penuhi 1 Syarat untuk Bertemu Megawati, PDIP Malah Sengaja Tambah Ketentuan Lagi

Bisakah Prabowo Menjembatani?

Di sisi lain, hubungan Megawati dengan presiden terpilih, Prabowo Subianto, justru berjalan baik-baik saja.

Menurut Ujang, peluang pertemuan antara Megawati dengan Prabowo memang lebih besar daripada Megawati dengan Jokowi.

Sehingga, kata Ujang, Prabowo punya kans berperan sebagai jembatan rekonsiliasi antara Megawati dengan Jokowi.

"Pak Prabowo tentu punya tugas besar untuk bisa mendamaikan Megawati dan Jokowi yang sampai saat ini belum bertemu,” kata Ujang.

Jokowi Dianggap Bukan Kader PDIP

Di sisi lain, kekalahan di MK membuat hubungan PDIP dengan Jokowi dan Gibran semakin sulit diselamatkan.

Terbaru, PDIP menegaskan bahwa Presiden Jokowi dan putranya yang juga calon wakil presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka, tak lagi menjadi kader PDIP.

Presiden Jokowi dianggap sudah memihak calon presiden-calon wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran pada Pemilihan Presiden 2024.

Padahal, partainya sudah memutuskan untuk mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Wapres terpilih, Gibran Rakabuming Raka bahkan diberi pesan menohok dari PDI Perjuangan (PDIP) agar tidak berbohong.

Hal ini dikatakan Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun,

Awalnya Komarudin menyayangkan sikap pendamping Prabowo Subianto yang dianggap terlalu reaktif merespons pernyataan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

Ketua Umum Gerindra sekaligus capres Prabowo Subianto menyalami Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menjelang pengundian dan penetapan capres cawapres.
Ketua Umum Gerindra sekaligus capres Prabowo Subianto menyalami Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menjelang pengundian dan penetapan capres cawapres. (Tangkap layar akun YouTube KompasTV)

Komarudin mewanti-wanti Gibran agar tak lagi berbohong jika sudah secara resmi dilantik menjadi Wakil Presiden RI.

Hal itu disampaikan Komarudin untuk menanggapi aksi Gibran yang menyebut Hasto telah meresahkan.

"Tentang sikap Mas Gibran saya kira itu terlalu reaktif untuk menanggapi Pak Sekjen. Karena apa yang disampaikan Pak Sekjen itu benar terjadi dan itu benar berbohong, dua kali itu," kata Komarudin di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Senin (22/4/2024).

Menurutnya, justru Gibran memang pernah secara terang-terangan berbohong kepada PDIP, bahkan juga kepada Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

Komarudin menyampaikan kebohongan pertama yang disampaikan Gibran adalah kala dirinya dipanggil menemui Hasto dan Komar sendiri di Kantor DPP PDIP.

Kemudian kebohongan kedua adalah ketika ditanya langsung oleh Megawati saat acara pertemuan dengan para kepala daerah PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung.

"Kebetulan yang pertama saya panggil saya dengan Pak Sekjen di lantai 2 ruang Pak Sekjen dan waktu itu beliau sendiri yang ngomong bahwa dia sadar tahun depan bapaknya tidak presiden lagi. 'Mau kemana lagi saya pasti bersandar di PDI Perjuangan,'" tuturnya.

"Kemudian yang di Sekolah Partai, itu juga ada kan rekaman. Itu kan Ibu tanya Mas Gibran sama Bobby, 'Mau tetap di sini apa berpindah partai?' Mas Gibran sendiri maju ke mimbar lalu disampaikan waktu itu tetap bersama PDI Perjuangan," sambungnya.

Untuk itu, kata Komar jika saat ini Gibran menganggap Hasto meresahkan, justru Gibran yang dianggap paling bahaya dengan kebohongannya tersebut.

"Jadi kalau kemudian sampai beberapa waktu kemudian dia maju menjadi cawapres lalu sekarang Pak Sekjen meluruskan pembicaraan itu lalu dianggap Pak Sekjen wah berbahaya, justru yang berbahaya itu Mas Gibran," katanya.

Komarudin lantas mewanti-wanti Gibran bahwa orang yang akan menjadi pemimpin boleh berbuat salah, tetapi tidak untuk berbohong.(TribunBatam.id)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Pasca-Pilpres 2024, Hubungan Jokowi & Megawati Bakal Lebih Parah Dibanding Perang Dingin dengan SBY?"

Sumber: BolaSport.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved