BATAM TERKINI

Kisah Warga Tembesi Tower, Bertahan Dalam Rumah Meski Kondisi Banjir Sepinggang

Rumahnya yang bersebelahan langsung dengan parit yang saat ini tertutup pasir, menjadikan tempat berteduhnya menjadi jalur air selanjutnya. 

Penulis: Ucik Suwaibah | Editor: Eko Setiawan
Tribunbatam.id/Ucik Suwaibah
BANJIR DI BATAM - Kondisi pasca banjir di RT 01 RW 016 Tembesi Tower, Sagulung, Kota Batam, Rabu (24/4/2024) (Ucik Suwaibah/Tribun Batam) 

Ia lebih memilih bertahan di rumah dengan kondisi air masih setinggi pinggang orang dewasa. 

"Saya sama suami tetap tinggal di rumah, suami menyiasati pakai pelampung, kasurnya ditaruh diatasnya ya tinggal tidur saja di atasnya," kata Suharti.

Ia mengatakan tak ada pilihan lain selain tidur di rumah sendiri, selain lebih nyaman dan leluasa juga tidak ingin merepotkan tetangga.

"Lebih nyaman saja kalau di rumah sendiri. Biar enggak ngerepotin tetangga juga, sudah bantuin bersih-bersih, kita juga menginap. Pernah juga memang diharuskan karena parah banjirnya, kami sesekali menginap ke tetangga," imbuhnya. 

Suharti menunjukkan beberapa kamar dan ruangan di rumahnya, tampak lumpur masih berada di atas lantai keramik.

Barang elektronik seperti kulkas, rice cooker, dan sebagainya juga tidak terlihat, karena telah dipindahkan ke rumah tetangganya.

Pantauan Tribun Batam di lapangan kondisi banjir tak hanya dialami oleh Suharti, namun beberapa warga lainnya juga mengalami hal yang sama.

Ada sekitar 25 rumah yang terdampak banjir parah setinggi 50 cm lebih.

Ditengah perkampungan yang padat penduduk keselamatan, kebersihan, dan kesehatan tentu menjadi bahan pertimbangan.

Dilihat dari faktor tersebut, membuat sebagian pemilik rumah memilih pindah dari kampungnya hanya beberapa yang memilih menetap

Dwi Handayani, salah seorang warga yang rumahnya tak jauh dari Suharti mengungkap bahwa ia tak dapat lagi tenang saat hujan mulai datang.

"Hujan turun kami tak tenang. Banjir, anak saya 3 masih kecil-kecil semua. Jalan menuju rumah saya bahkan sudah lumpur semua tak bisa dilewati, belum lagi masalah kesehatan," ungkap Dwi dengan menahan air matanya.

Ia menyebut selama 6 bulan terakhir banyak warga yang sering mengalami sakit, baik batuk, demam, flu.

"Selain keselamatan, ini juga kesehatan kami. Selama 6 bulan ini, orang-orang sini lebih sering sakit, karena kondisi rumah yang kotor karena lumpur dan air, juga nyamuk semakin membludak tiap malam," kesalnya.

Tidak hanya Suharti dan Dwi yang merasakan dampak hebat dari banjir dari aliran parit besar yang tertimbun pasir yang diduga berasal dari proyek PT sebelah pemukiman, namun warga lain juga merasakannya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved