BERITA EKONOMI

Warga Batam Sebut Alasan Suka Transaksi Pakai QRIS Dibandingkan Uang Cash

Sebagian warga Batam, terutama kaum milenial, lebih memilih menggunakan cara-cara pembayaran digital untuk transaksi. Baik menggunakan QR Code Indones

Editor: Eko Setiawan
bca.co.id
Ilustrasi QRIS BCA 

TRIBUNBATAM.id, Batam - Transaksi digital semakin menarik minat dan perhatian masyarakat, khususnya di Kota Batam, Kepulauan Riau.

Sebagian warga Batam, terutama kaum milenial, lebih memilih menggunakan cara-cara pembayaran digital untuk transaksi. Baik menggunakan QR Code Indonesia Standard (QRIS), hingga mobile banking (m-banking), transaksi digital dianggap lebih memudahkan.

Seorang warga Batam Center, bernama Yulitavia, mengungkapkan, dirinya bahkan sudah tidak pernah lagi mengambil uang di anjungan tunai mandiri (ATM) sejak Maret 2024. Terakhir kali, ia sengaja mengambil uang fisik dalam jumlah besar untuk membayar suatu transaksi yang memerlukan cash.

"Saya sudah lama nggak ambil uang di ATM. Hampir seluruh pembayaran saya gunakan QRIS atau transfer," ujar Yuli, ketika diwawancarai, pada Selasa (4/6/2024).

Menurutnya, cara pembayaran digital lebih mudah dan cepat diandalkan. Jika ingin membeli makanan siap saji, Yuli lebih memilih mencari restoran atau warung makan yang menyediakan kode QRIS. Dengan begitu, dia bisa bertransaksi dengan lebih praktis.

Namun, Yuli masih tetap mengandalkan uang cash di beberapa kesempatan, seperti berbelanja bahan pokok di pasar, atau makan di warung yang tidak menyediakan QRIS. Ia menyayangkan, kode QRIS masih belum tersedia di semua warung, terutama pasar tradisional. Para pedagang pasar masih lebih banyak yang memilih bertransaksi dengan uang cash.

Baca juga: BI Catat Transaksi QRIS Meningkat 194 Persen, Pembayaran dengan Kartu Debit Menurun

"Saya mikirnya, kalau pakai QRIS, kita nggak perlu repot cari-cari uang pas, atau nunggu kembalian. Langsung scan, beres," ujar Yuli.

Selain QRIS, Yuli juga mengandalkan transfer melalui m-banking untuk membayar tagihan rumah. Misalnya, untuk membayar air, listrik, paket data, hingga uang keamanan, ia mengandalkan e-Wallet dari aplikasi Shopee. Tinggal transfer uang sesuai saldo yang dibutuhkan, Yuli bisa membayar semua tagihan tanpa perlu beranjak dari rumah.

Meski demikian, ia mengaku, keberadaan ATM masih dibutuhkan. Di beberapa kesempatan, misalnya hari besar keagamaan seperti Lebaran, uang cash sangat dicari. Terbukti, di momen jelang lebaran, antrean di mesin-mesin ATM selalu panjang. Selain itu, masih banyak pula warga yang lebih suka memegang uang cash karena dirasa lebih aman.

"Megang uang cash memang bikin kita jadi tenang, tapi di sisi lain, saya juga menghindari risiko jadi korban kejahatan di ATM. Seperti kita ketahui, banyak kejahatan yang selama ini terdengar, terkait skimming, atau penjambretan," tambah Yuli.

Hal yang sama dirasakan oleh warga Tiban, Ilham. Ia mengaku hanya beberapa kali seminggu sempat mengambil uang di ATM. Hampir seluruh transaksi yang ia lakukan merupakan transaksi digital, contohnya untuk membayar makanan, membeli pulsa, hingga membayar parkir dengan e-Wallet.

Baca juga: Cara Cek Detail Tagihan Livin Paylater di Livin by Mandiri, Kredit QRIS hingga Rp 20 Juta

Ia menilai, transaksi digital memang sangat memudahkan, tapi di sisi lain, ada sedikit rasa khawati yang ia rasakan apabila tidak memegang uang cash sedikit pun. Pasalnya, ada risiko aplikasi m-banking yang ia gunakan mengalami eror atau kehilangan sinyal, sehingga ia tidak bisa membayar menggunakan QRIS. Meski hal itu sangat jarang ia alami.

"Kadang, kalau nggak megang uang cash rasanya agak was-was, saldonya cukup nggak buat bayar, atau sinyalnya bagus nggak, dan lain sebagainya," ujar Ilham.

Bank Indonesia telah mencatat, transaksi digital di Indonesia telah bertumbuh cukup signifikan sampai pertengahan tahun 2024 ini. Pada April 2024, transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) meningkat 18,65 persen (yoy) mencapai Rp 13.112,22 triliun. BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik antar Bank dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan per transaksi secara individual.

"Sementara itu, transaksi BI-FAST tumbuh 56,70 persen (yoy) sehingga mencapai Rp 612,90 triliun," ungkap Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, beberapa waktu lalu.

Nominal transaksi digital banking tercatat sebesar Rp 5.340,92 triliun, atau tumbuh sebesar 19,08 persen (yoy). Nominal transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 33,99 persen (yoy) sehingga mencapai Rp 90,44 triliun. Sedangkan nominal transaksi QRIS tumbuh 194,06 persen (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 48,90 juta dan jumlah merchant sebanyak 31,86 juta.

Sementara itu, nominal transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM/D justru turun sebesar 12,49 persen (yoy), yakni mencapai Rp 619,19 triliun. Nominal kartu kredit masih meningkat 11,67 persen (yoy) mencapai Rp 34,39 triliun.

"Kemudian, dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) meningkat 2,64 persen (yoy) sehingga menjadi Rp 1.058,23 triliun," tambah Perry. (TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)

Baca berita lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved