Bintan Terkini

Tingkah Pencari Suaka di Kepri jadi Perhatian Publik, Begini Kondisinya di Bintan Kepri

Di Bhadra suasana tidak begitu ramai, sesekali sepeda motor yang dikemudikan para suaka keluar masuk tempat tampungan itu.

Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Eko Setiawan
Tribunbatam.id/Ronnye Lodo Laleng
Tampikan bagian depan hotel Bhadra di Toapaya, Kabupaten Bintan. 

TRIBUN BATAM.id, BINTAN - Para pencari suara baru -baru ini jadi perhatian publik di Batam, Kepulauan Riau. 

Itu pasalnya mereka kerap kali melakukan hal-hal melanggar hukum.

Di Kepulauan Riau beberapa hotel digunakan untuk menampung pencari suaka tersebut. 

Di Kabupaten Bintan para pencari suaka, ditampung di Bhadra Resorts, Toapaya, Bintan. 

Untuk memastikan aktivitas para pencari suaka tersebut,  Tribun Batam.id mencoba mendatangi lokasi yang dimaksud. 

Di Bhadra suasana tidak begitu ramai, sesekali sepeda motor yang dikemudikan para suaka keluar masuk tempat tampungan itu.

Mereka melewati pintu masuk yang dijaga oleh tiga sekuriti. 

Baca juga: Imigran Afganistan Pencari Suaka Cabuli Gadis 15 Tahun di Batam, Kenal Lewat Aplikasi

Mereka keluar masuk begitu saja, tanpa ditanya apa-apa oleh sekuriti yang bertugas.

"Selama ini mereka tidak pernah melakukan hal aneh-aneh apalagi bikin rusuh," kata seorang sekuriti bernama Yandi kepada Tribun Batam.id,  Selasa (16/7/2024).

Ditanya berapa banyak yang tinggal di hotel Bhadra,  Yandi tidak mengetahui secara pasti. 

"Yang saya tahu, mereka paling banyak dari Afganistan. Kami disini tugasnya jaga hotel bukan jaga para pencari suaka itu," kata dia.

Dia menyarankan untuk mengetahui lebih jelas, bisa tanya di kantor IOM di Batu 7 Tanjungpinang. 

Sementara itu,  seorang pencari suaka asal Afganistan,  Ahmad mengutarakan isi hatinya. 

Dia dan sejumlah rekannya berkeinginan untuk pindah dari Kabupaten Bintan ke negara ke tiga.

Baca juga: Pencari Suaka Asal Afghanistan Ricuh dengan Petugas Tanjungpinang Gegara Tenda

"Doa kan kami, segera pindah ke negara lain. Kami sudah 10 tahun tinggal di sini tidak ada perubahan apa-apa," tuturnya. 

Dia mengaku terkadang dia tak memiliki uang lebih. Dan terpaksa ngebon di warung milik warga depan, yang berada di depan pengungsiannnya.

Tribun Batam.id kemudian berusaha menggali informasi kepada pemilik warung di depan Bhadra.

Wanita bernama Nursia itupun menceritakan hal serupa.

Para pencari suaka ini, memang tidak pernah buat rese. 

"Paling berantem antar sesama kawan mereka saja. Lalu baikan lagi," sebut Nursia.

Mereka kalau berantem tidak lama-lama, paling hitungan hari saja.

"Kalau sama warga setempat tidak pernah ada masalah, semenjak saya jualan lima tahun di sini," jelasnya. 

Apalagi para pencari suaka tinggal di hotel Bhadra kurang lebih 10 tahunan ini.

"Mereka pun baik-baik saja tingkah lakunya. Beberapa diantara mereka bahwa menikah dengan wanita di Kabupaten Bintan," ungkapnya. 

Saking baiknya, kata dia, warung yang ada di sekitar Bhadra tak sungkan memberikan utang makanan dan minuman untuk mereka. 

"Terkadang mereka utang makanan sampai Rp 200 ribu," ungkapnya. 

Sementara itu, Camat Gunung Kijang Rahak saat dikonfirmasi menegaskan para pencari suaka tersebut memang tak pernah berbuat ulah di wilayah. 

"Selama saya jadi Camat kurang lebih 1 tahun ini belum ada laporan soal keributan yang dilakukan oleh mereka," kata Camat.

Sepengetahuannya, mereka hanya melalukan aksi demo, namun itu sudah cukup lama. (TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng)

Baca berita Tribunbatam.id lainnya di Google News
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved