BAYI DI BATAM MENINGGAL USAI LAHIR
IDI Kepri Pelajari Dugaan Bayi Meninggal di Batam Setelah Lahir Karena Ibu Telat Dioperasi
IDI Kepri pelajari kasus dugaan bayi di Batam meninggal tak lama setelah lahir diduga pihak rumah sakit telat ambil tindakan ibu untuk operasi caesar
Penulis: Pertanian Sitanggang | Editor: Dewi Haryati
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kepri sedang mempelajari kasus dugaan dokter terlambat menangani pasien yang hendak melahirkan melalui operasi di Rumah Sakit Mutiara Aini Batam.
Ketua IDI Kepri dr Yanuarman SpOG KFM, mengatakan pihaknya belum mendapat laporan, namun informasi yang diterima akan segera diproses.
"Nanti kami akan koordinasi dulu dengan rumah sakit mengenai kejadian yang sesungguhnya," kata Yanuarman, Senin (6/1/2025).
Ia mengatakan, informasi yang diterima akan digali dari pihak rumah sakit.
Baca juga: Duka Pasutri di Batam, Kehilangan Bayi Usai Dilahirkan Diduga Ibu Terlambat Dioperasi
"Nanti kami koordinasi dulu ya, kami akan proses," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, pasangan suami istri di Batam, Sindak Rajagukguk dan Elsat Kristin Sitorus terpaksa menelan pil pahit atas kepergian putri pertama mereka yang baru saja dilahirkan.
Bayi mungil itu meninggal dunia tak lama setelah lahir lewat operasi caesar di RS Mutiara Aini yang terletak di Batuaji, Kota Batam, Provinsi Kepri.
Kematian sang putri diduga karena pihak rumah sakit terlambat mengambil tindakan operasi untuk segera mengeluarkan bayi itu dari badan ibunya.
Kepada Tribun Batam, Sindak menceritakan kronologis kejadian hingga akhirnya putri pertama mereka dinyatakan meninggal dunia.
Kejadian pahit yang mereka alami terjadi pada 9 Desember 2024 lalu di RS Mutiara Aini.
Sebelum ke rumah sakit, Sindak dan istrinya mendatangi bidan tempat mereka biasa cek kehamilan pada Minggu (8/12/2024), sekitar pukul 06.00 WIB.
Mereka datang karena sang istri merasa mulas dan sakit perut.
Sekitar pukul 06.30 WIB, mereka tiba di tempat bidan dan langsung dicek kondisi istrinya. Saat itu bidan mengungkapkan dari hasil pengecekan kondisi kehamilan istrinya sudah bukaan 3 dan tensi tinggi, sehingga harus dirujuk ke rumah sakit.
Atas arahan dari bidan tempat mereka periksa, mereka langsung ke rumah sakit terdekat dari rumah mereka, yakni RS Mutiara Aini. Mereka mendaftar menggunakan layanan BPJS Kesehatan.
"Kurang lebih pukul 07.00 WIB kami tiba di IGD Rumah Sakit Mutiara Aini dan langsung mendapat penanganan dan pihak rumah sakit memberikan penerangan tentang aturan rumah sakit yang menyatakan bahwasanya tidak boleh meminta operasi meskipun membayar pakai uang sendiri dan harus menunggu keputusan dokter," kata Sindak, Senin (6/1/2025).
Sekitar pukul 08.30 WIB, istrinya dibawa ke ruang bersalin. Hingga pukul 23.00 WIB, petugas rutin mengecek si ibu dan detak jantung bayi. Hasil pemeriksaan, detak jantung bayi normal, tensi turun namun kontraksi kurang dan diagnosa PEB.
Saat itu kata Sindak, bidan memberikan informasi kehamilan istrinya sudah bukaan 8.
"Satu jam kemudian bidan datang dan melakukan pemeriksaan, air ketuban sudah pecah," kata Sindak.
Baca juga: Bayi Lahir di Speedboat Diberi Nama Putri Karunia Dewi
Hingga Senin (9/12/2024), pukul 04.30 WIB dinihari, perawat atau bidan yang ada di rumah sakit selalu datang untuk melakukan pengecekan kondisi kandungan bayinya.
"Per satu jam selalu di cek dan mereka mengatakan kondisi jantung bayi normal," kata Sindak.
Sekira pukul 05.00 WIB, Sindak mengganti popok istrinya. Saat itu dirinya melihat kondisi air ketuban cukup banyak dan warnanya hijau.
Sekitar pukul 06.00 WIB, petugas kembali melakukan pengecekan. Saat itu kondisi istrinya sudah semakin lemas dan pihak rumah sakit memasang oksigen.
Sekitar 3 jam setelah itu, yakni pukul 09.00 WIB, istrinya menjalani operasi caesar.
Sindak pun menunggu di pintu ruang operasi. 30 menit kemudian, dia dipanggil oleh dokter anak untuk melihat kondisi anaknya.
Dari penjelasan dokter, bayi yang baru lahir itu mengalami kondisi sulit bernapas, jantung melemah, badan dipenuhi kotoran. Pihak rumah sakit lalu mengambil tindakan penyedotan dari dalam tubuh bayi itu.
"Sekitar pukul 09.40 WIB, saya dan adik ipar saya dipanggil kembali oleh dokter karena anak saya sudah dipindah dari ruangan operasi ke ruangan NICU," ujarnya.
Dokter kembali menerangkan untuk mengambil tindakan penghisapan lendir dari paru-paru si bayi, serta memasukkan obat pemacu jantung.
Selanjutnya pada pukul 09.45 WIB, adik ipar dan bibinya dipanggil kembali untuk menyaksikan dokter memasukkan obat pemacu jantung yang kedua.
"Pukul 10.00 WIB, saya dipanggil kembali oleh dokter untuk menyaksikan mereka memasukkan obat pemacu jantung yang terakhir atau yang ketiga. Sekitar pukul 10.05 WIB, putri saya dinyatakan meninggal," kata Sindak.
Kematian sang putri yang sudah lama dinantikan itu, meninggalkan duka bagi pasutri di Batam ini.
Sindak kecewa dan menduga anaknya meninggal karena lambat diambil tindakan operasi dari pihak rumah sakit kepada si ibu.
Sindak mengatakan, apa yang mereka rasakan sudah disampaikan kepada pihak rumah sakit. Namun pihak rumah sakit mengklaim, tindakan yang dilaksanakan sudah sesuai prosedur.
Terkait kejadian ini, Tribun Batam sudah berusaha melakukan konfirmasi ke Rumah Sakit Mutiara Aini.
Di depan pintu utama, pihak sekuriti meminta agar menghubungi langsung pihak informasi untuk bisa bertemu dengan bagian humas rumah sakit.
Sementara di bagian informasi, petugas menjelaskan agar menunggu terlebih dahulu. Karena bagian humas rumah sakit sedang ada keperluan.
Baca juga: Terungkap Modus Operandi Bidan DM dan JE Menjual 66 Bayi di Yogyakarta Sejak 2010, Segini Tarifnya
Wartawan Tribunbatam.id masih berusaha mendapatkan konfirmasi dari pihak rumah sakit terkait kejadian ini. Hingga berita ini diturunkan, pesan melalui WhatsApp Centre yang dikirimkan Tribunbatam, belum mendapat respons. (Tribunbatam.id/Pertanian Sitanggang)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.