RAMADHAN 2025

Merawat Kemabruran Puasa saat Ramadan oleh Menag RI Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA

Menteri Agama RI (Menag), Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA mengulas cara merawat kemabruran puasa saat bulan suci Ramadan 1446 Hijriah.

TribunBatam.id via kemenag.go.id
MENAG RI - foto Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI), Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA dari laman kemenag.go.id. Menag RI mengulas kemamburan puasa saat bulan suci Ramadan 1446 Hijriah. 

Merawat Kemabruran Puasa (2)

Dimulai dengan Niat Yang luhur


oleh: Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA


Niat yang luhur untuk selalu menyadarkan diri merupakan  salahsatu upaya untuk merawat kemabruran ibadah. 

Penciptaan kondisi batin yang diawali dengan niat dan tekad yang suci merupakan unsur yang amat penting di dalam merawat kemabruran ibadah. 

Niat yang luhur bukan diucapkan, tetapi dihayati dan diresapi sedalam-dalamnya sehingga terasa bahwa sesungguhnya usaha dan pekerjaan yang kita lakukan kita berbagi (share) dengan Tuhan. 

Keunggulan yang kita miliki ialah kekuatan niat. 

Kita tidak boleh lupa bahwa diri kita sebagai manusia berduplikasi dengan unsur mineral (jasadiyyah), tumbuh-tumbuhan (nabatiyyah) dan hewan (hayawaniyyah). 

Baca juga: Balap Liar Berujung Maut di Gorontalo, Satu Orang Meninggal Dunia di Awal Ramadan

Kita berada setingkat di atas binatang karena unsur spiritual (ruhiyyah). 

Dengan mengingat itu semua maka segenap tantangan bisa diatasi. 

Kita sadar betul bahwa yang membedakan kita dengan binatang hanyalah unsur spiritualitas itu. 

Perbuatan yang kita lakukan tanpa melibatkan niat dan perencanaan yang matang maka sesungguhnya itu adalah perbuatan binatang (animal working)

Jika perbuatan itu dilakukan melalui niat dan perencanaan yang matang maka itulah perbuatan manusia (human working)

Baca juga: Kemenag Batam Pantau Hilal di VTS Center Sengkuang Tentukan 1 Ramadhan 1446 Hijriah

Jika perbuatan yang dilakukan di samping dengan niat dan perencanaan matang, juga dilakukan dengan melibatkan unsur spirutualitas kita yang lebih dalam maka sesungguhnya perbuatan itu disebut perbuatan yang berkeilahian (Divine working)

Divine working inilah yang akan menghadirkan berkah dalam kehidupan kita.

Jika diilustrasikan pada perbuatan suami isteri yang tidak melibatkan niat dan spiritualitas, melainkan hanya nafsu semata, maka sesungguhnya yang berhubungan suami isteri itu adalah binatang (animal sexuality)

Akibatnya pun bisa ditebak bahwa yang lahir dari perbuatan itu adalah 'anak binatang'

Jangan melulu menyalahkan anaka-anak remaja sekarang diwarnai dengan tawuran dan pekelahian, karena mereka itu adalah produk animal working

Apapun pruduk animal working akan berpotensi merugikan orang lain, sungguhpun menguntungkan dirinya sendiri.

Baca juga: Kemenag Batam Mulai Amati Hilal Tentukan Awal Ramadhan 1446 Hijriah

Penyingkiran dunia spiritual di dalam prilaku manusia bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi juga akan merugikan orang lain, bahkan juga lebih para akan dialami alam raya. 

Despiritualisasi dan dehumanisasi setiap dunia usaha, sebagaimana yang menggejala di dalam masyarakat, sudah sangat memprihatinkan. 

Ada kecenderungan semua paradiga cenderung didominasi oleh unsur kebinatangan kita. 

Pertimbangan nilai-nilai luhur kemnusiaan dan keagamaan sudah tergerus oleh nilai-nilai fragmatisme.

Segalanya diukur berdasarkan untung-rugi, bukan lagi wajar atau tidak wajar, baik atau tidak baik, benar atau salah. 

Akal-budi atau akhlaqul karimah tidak lagi aktif di dalam masyarakat. Bahkan banyak orang yang tega berpesta dan membangunistana di atas puing-puing kehancuran saudaranya sendiri.

Baca juga: Semangat Penjual Bunga di TPU Sei Panas Batam, Berlari ke Peziarah Demi Rupiah Menjelang Ramadhan

Jika pola kehidupan sudah seperti itu dan tidak ada usaha untuk mengatasinya, maka itu pertanda ‘lampu kuning’ bagi dunia kemanusiaan kita. 

Jika demikian adanya maka alam raya pun enggan menerima kehadiran kita sebagai khalifahnya. Bahkan sebaliknya ia akan menunjukkan pembangkangannya dengan berbagai cara. 

Termasuk di antaranya dengan anomaly cuaca yang sulit diprediksi, bencana alam merajalela, gunung-gunung  batuk berjamaah, dan virus asing bermunculan di mana-mana. 

Jika hal-hal seperti ini muncul maka mungkin inilah yang disebut Nabi sebagai tanda-tanda kecil (‘alama al-shugra) hari kiyamat akan tiba. 

Dengan demikian niat luhur untuk senantiasa merawat kelestarian kemabruran ubudiyah selama sebulan Ramadhan diharapkan bisa terpelihara kesuciannya dengan niat yang luhur dan keinginan yang kuat untuk selalu dekat dengan Allah SWT. (*) 
 
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved