Feature
Ridwan, Penjahit Tanjungpinang Bertahan di Tengah Gempuran Belanja Online Jelang Idulfitri 2025
Ridwan, penjahit di Tanjungpinang, akui pesanan jahit baju di tempatnya mulai berkurang seiring tren belanja online
Penulis: Yuki Vegoeista | Editor: Dewi Haryati
TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id – Mesin jahit Ridwan, warga Tanjungpinang masih berputar.
Apalagi di tengah hiruk-pikuk persiapan Idulfitri. Setiap tahunnya menjelang Lebaran, pesanan baju kurung Melayu datang silih berganti ke tempat jahitnya.
Dulu, ia bisa menyelesaikan hingga 10 stel pakaian dalam satu musim. Menjahit dengan teliti untuk keluarga yang ingin tampil serasi di hari raya. Namun, tahun ini suasananya berbeda.
"Memang agak berkurang, banyak yang belanja online sekarang," ujar Ridwan menghela napas, namun tangannya tetap sibuk merapikan jahitan di atas kain.
Baca juga: Program Seragam Gratis, Pemko Tanjungpinang Berdayakan 40 Penjahit Lokal
Tren belanja pakaian untuk Lebaran kini berubah. Banyak pelanggannya yang lebih memilih membeli baju jadi secara daring.
Selain alasan praktis, harga bahan kain yang semakin mahal dan ongkos jahit yang tinggi membuat banyak orang berpikir ulang untuk menjahit pakaian baru.
"Biasanya saya dapat 7 sampai 10 stel, sekarang paling empat atau lima," katanya di tempat usahanya yang terletak di Km2 Tanjungpinang.
Ia melanjutkan, banyak pelanggannya yang lebih memilih belanja online.
"Kalau enggak muat tinggal permak sedikit, lebih murah katanya," ujar Ridwan.
Ia memahami perubahan tren ini. Ridwan sendiri sudah lebih dari 10 tahun menekuni profesi sebagai penjahit dan telah berpindah tempat usaha beberapa kali.
Kini, meski jumlah pesanan menurun, ia masih bersyukur karena tetap ada pelanggan setia yang datang, bahkan dari Batam, demi mendapatkan jahitan yang rapi dan nyaman dikenakan saat Idulfitri.
"Alhamdulillah, masih ada pelanggan yang tetap menjahit di sini," ujarnya dengan senyum tipis.
Meski persaingan dengan produk jadi semakin ketat, Ridwan tetap optimistis. Baginya, menjahit bukan hanya pekerjaan, tetapi juga seni dan keahlian yang harus terus dijaga.
Ia yakin, masih ada orang yang menghargai pakaian buatan tangan yang pas di badan dan nyaman dikenakan, terutama untuk momen istimewa seperti Lebaran.
Baca juga: Mejelang Lebaran, Warga Karimun Antusias Berburu Baju Lebaran di Pusat Perbelanjaan
"Yang penting kita tetap jaga kualitas. Kalau sudah rezeki, pelanggan pasti datang lagi," katanya mantap.
Di tengah era digital, Ridwan tetap bertahan. Dengan mesin jahitnya yang terus berputar, ia berharap tradisi menjahit pakaian untuk Lebaran tetap hidup, meski zaman terus berubah. (TribunBatam.id/Yuki Vegoeista)
Baca berita Tribunbatam.id lainnya di Google News
Di Tengah Tren Kekinian, Griya Jamu Batam Rintisan Ayna Bertahan dengan Ramuan Tradisional |
![]() |
---|
Kampung Tua Bakau Serip, Nasib Si Sabuk Hijau di Ujung Nongsa yang Sunyi |
![]() |
---|
Cerita Petugas Damkar Bintan, Disambut Warga Bak Pahlawan Setelah Respons Cepat Kebakaran |
![]() |
---|
Sekolah di Anambas Raup Cuan dari Pisang Usai Sulap Lahan Kosong Jadi Kebun Produktif |
![]() |
---|
Sosok Idrus M Tahar, Sastrawan yang Kini Diabadikan Jadi Nama Perpustakaan Natuna |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.