Jembatan Perahu Haji Endang Terancam Ditutup, Omzet Rp 20 Juta per Hari Bakal Melayang
Setelah beroperasi 15 tahun, jembatan perahu Haji Endang di Karawang terancam ditutup. Haji Endang terancam kehilangan omzet Rp 20 juta sehari.
"Pendapatannya tak kurang Rp 20 juta per hari," ucapnya.
Meski begitu, kata dia, tiap hari biaya operasional berkisar Rp 8 juta, mulai dari perawatan, penerangan, hingga upah.
"Perawatan itu termasuk juga perawatan jalan akses ke sini," ucap Endang.
Jembatan ini ramai dilintasi pengendara saat jam berangkat dan pulang kerja karyawan pabrik.
Sebab, banyak pekerja maupun warga menjadikannya jalan pintas.
Profil Haji Endang
H Endang atau bernama lengkap Muhammad Endang Junaedi ini lahir pada 14 Juli 1961 di Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Karawang. H Endang di kalangan warganya, sangat dikenal sebagai sosok yang ramah dan suka menolong.
Bahkan, warga mengenalnya kini sebagai 'Sultan Anggadita' atau sosok tersohor di Desa Anggadita.
Di balik itu semua, pada masa muda dulu, H Endang hanya anak tentara yang gagal melanjutkan sekolah. H Endang menuturkan bahwa ia hanya sekolah sampai bangku kelas dua sekolah menengah pertama (SMP).
Pada tahun 1977 menjadi awal karir H Endang, pasca tidak melanjutkan sekolahnya, Endang muda mulai belajar mengemudikan kendaraan milik kerabatnya. Dari proses belajar itulah, ia kemudian mampu menjadi seorang sopir yang andal untuk membawa penumpang.
Selama satu tahun, ia menjadi sopir angkutan umum dan berpenghasilan sekitar Rp 200 hingga Rp 300 per hari.
Kemudian, ia ditawari pekerjaan oleh kakaknya untuk menjadi supir truk dan mengurusi pabrik beras pada tahun 1979 hingga 1980.
Tahun 1981, ia lalu menikah dengan Siti Suwarni (58) lulusan sekolah pertanian ini. Pertemuan dengan istrinya diakuinya saat ia sedang membawa truk untuk menyuplai pasir ke sebuah proyek milik kakaknya.
Selang setahun pernikahannya, ia lalu dikarunia anak pertama. Di masa itulah, ia lalu bekerja lebih giat untuk menafkahi keluarganya. Bahkan, sang istri pun ikut menjadi bagian dari pekerjaannya.
Setelah itu, pada tahun 1984 sampai 1986 ia bekerja sebagai supir mobil box di sebuah perusahaan penyedap rasa. Pekerjaan itu, ia lakoni selama dua tahun.
Usai bekerja sebagai supir box, ia akhirnya membuka sebuah warung yang berada di kompleks area parkir mobil-mobil angkutan umum milik kakaknya.
Di sela membuka warung, ia juga menyempatkan menjadi calo para pedagang, yakni dengan menjajakan makanan dari pedagang ke penumpang yang berada di mobil angkutan.
Kemudian, pada tahun 1989 ia mengambil peluang kerja menjadi seorang OB di pabrik rotan di desanya. Namun selang setahun perusahaannya pailit.
Dan kemudian, dari hasil tabungannya selama bekerja ia lalu memutuskan untuk pergi haji. Meski, ia mengaku memaksakan diri untuk berangkat.
Pasca naik haji itulah, ia mengaku dimudahkan dari urusan mencari rezeki. Berbagai peluang pun akhirnya bermunculan, salah satunya ia dipercaya menjadi suplier bahan bangunan untuk proyek.
Dari relasi di proyek tersebut, ia kemudian ditawari untuk mengolah limbah sebuah perusahaan. Perusahaan demi perusahaan limbahnya ia tampung dan akhirnya ia mulai dikenal sebagai 'pemain limbah'.
Dari pemain limbah itu, pada tahun 2000 ia mencoba merambah ke usaha jasa angkut atau ekspedisi. Ia pun mendapatkan kontrak kerjasama dengan sebuah perusahaan multinasional hingga tahun 2004.
Keberuntungan lain pun menghampiri H Endang, setelah salah satu tokoh masyarakat di desanya meminta ia membuat sebuah jembatan agar perekonomian terbangun.
Dari permintaan itulah, ia lalu meminta izin ke Bupati (Saat itu masih dipimpin Dasim) untuk menghidupkan akses jalan.
Setelah mendapat izin, ia lalu membuat tim untuk membangun akses jalan.
Salah satu ide yang muncul saat itu adalah dengan membuat perahu eretan. (Bangkapos.com/ Tribun Jatim)
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Jembatan Perahu Haji Endang di Kerawang Beromzet Rp20 Juta Terancam Ditutup, Pemerintah Diingatkan
Proyeksi Dana Desa 2026 Dipangkas, 48 Desa di Pangandaran Terima Rp 1 Miliar Lebih di 2025 |
![]() |
---|
Proyeksi Dana Desa 2026 Dipangkas, 163 Desa di Bandung Barat Terima Rp 1 Miliar Lebih di 2025 |
![]() |
---|
Kecelakaan Maut di Bandung Barat, Pelajar Putri Tewas Terlindas Truk Saat Berangkat Sekolah |
![]() |
---|
Proyeksi Dana Desa 2026 Dipangkas, 302 Desa di Cirebon Terima Rp 1 Miliar Lebih di 2025 |
![]() |
---|
Proyeksi Dana Desa 2026 Dipangkas, 302 Desa di Cianjur Terima Rp 1 Miliar Lebih di 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.