POLEMIK SISWA TAK NAIK KELAS

Orangtua di Lingga Protes Anaknya Tak Naik Kelas, Minta Sekolah Pertimbangkan Prestasi Non-Akademik

Orangtua di Lingga yang protes karena anaknya tak naik kelas meminta SMAN 1 Selayar mempertimbangkan prestasi non-akademik anaknya.

Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
Istimewa untuk Tribun Batam
PELAJAR DI LINGGA - Ilustrasi polemik siswa SMAN 1 Selayar, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri tak naik kelas. Orangtua meminta sekolah mempertimbangkan prestasi non-akademik. 

TRIBUNBATAM.id, LINGGA - Proses penetapan keputusan siswa untuk naik kelas di SMA Negeri 1 Selayar, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tiba-tiba mencuat di publik.

Polemik kenaikan kelas SMAN di Lingga itu muncul setelah Awalludin protes anaknya tak naik kelas.

Pembagian rapor secara serentak dilakukan Kamis (26/6), membuat Awalludin kecewa.

Sebab anaknya berinisial Mf tinggal di kelas XI atau tak naik ke kelas XII.

Menurutnya, proses ini minim komunikasi dan dilakukan secara sepihak oleh pihak sekolah.

Baca juga: Polemik Pelajar SMAN di Lingga Tak Naik Kelas, Orangtua Singgung Aturan Menteri, Kepsek Kasih Paham

Awalludin mengungkapkan bahwa selama anaknya menjalani pendidikan di SMAN 1 Selayar, hanya satu kali ia dipanggil secara resmi oleh pihak sekolah.

"Itu untuk membahas persoalan kehadiran, jadi saya beranggapan semua nya baik baik saja," ungkap Awalludin kepada TribunBatam.id, Selasa (1/7/2025).

Namun, ia tak menyangkal sebelumnya, bahwa MF tercatat tidak hadir di sekolah tanpa keterangan mencapai 14 hari.

Meski begitu, menurutnya hal itu bukan kesalahan fatal.

"Anak saya nakal di sekolah, tapi biasalah namanya anak-anak. Dia tak hadir tanpa keterangan cuma 14 hari," ungkap dia.

Menurutnya, sebelum keputusan akhir ditetapkan, pihak sekolah memanggil dirinya secara resmi dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi anaknya.

"Bukan langsung mengambil keputusan tanpa koordinasi atau komunikasi terlebih dahulu," ujar Awalludin.

Baca juga: Tak Ada Perpanjangan, Pasar Malam di Singkep Lingga Akan Berakhir 3 Juli Mendatang

Ia menegaskan bahwa keberatannya bukan semata-mata bentuk pembelaan buta terhadap anaknya.

Namun, lebih kepada hak sebagai orang tua untuk mengetahui secara transparan dasar dari keputusan yang diambil.

Menurutnya, persoalan yang dihadapi anaknya tergolong ringan, yaitu terkait absensi dan tugas, yang dinilainya masih dapat dibina dan diperbaiki.

Awalludin juga menyoroti bahwa prestasi non-akademik yang pernah diraih anaknya tidak dijadikan pertimbangan dalam penilaian secara menyeluruh.

Anak tersebut, kata dia, pernah mewakili sekolah menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibraka) dalam upacara 17 Agustus 2024 tingkat Kecamatan Selayar.

"Ini seharusnya juga menjadi bagian dari penilaian terhadap tanggung jawab dan kontribusi siswa. Jangan hanya dilihat dari kekurangannya saja," imbuhnya.

Situasi ini, menurut Awalludin, menjadi cerminan perlunya komunikasi yang terbuka dan terstruktur antara pihak sekolah dengan orang tua atau wali murid dalam setiap pengambilan keputusan penting yang menyangkut masa depan siswa.

Dia berharap kepada Dinas Pendidikan Provinsi Kepri dan pihak berkompeten, untuk dapat melakukan evaluasi terkait keputusan yang diambil pihak SMAN 1 Selayar 

"Sebagai wali murid saya merasa keberatan dan sudah menyurati pihak sekolah dengan Nomor: 01/WL-SMAN1S/VI/2025 Perihal: Permintaan Klarifikasi Kebijakan Penetapan Kenaikan Kelas dengan  tembusan ,Dinas Pendidikan Provinsi Kepri, Ketua Komite sekolah, dan Camat Selayar untuk meminta penjelasan klarifikasi terkait keputusan final yang di ambil pihak sekolah," tambahnya.

Di sisi lain, Kepala SMAN 1 Selayar, Josua Ginting, menyatakan bahwa keputusan naik atau tidak kelasnya siswa berdasarkan proses belajar mereka di sekolah.

Beberapa siswa juga tak naik kelas, termasuk salah satunya MF.

Josua Ginting mengungkapkan bahwa pertimbangan sekolah sangat berat, untuk memutuskan siswa tersebut naik atau tidaknya.

Sebelum pembagian raport, majelis guru juga melaksanakan rapat intensi, terkait siswa hal ini.

Namun, dengan melihat seringnya ketidakhadiran MF tanpa keterangan, nilai yang di bawah rata-rata dan tidak mau memperbaiki nilai ujian, hingga sikap yang dianggap sering bermasalah, menjadi keputusan sekolah untuk tidak menaikkan siswa di Desa Penuba, Kecamatan Selayar, tersebut.

Atas pertimbangan tersebut, MF dianggap tidak memenuhi kategori untuk bisa naik kelas, sehingga harus mengulang di kelas yang sama di tahun ajaran baru pada Juli mendatang.

"Kami sudah memberikan solusi, jika memang orangtua tetap ingin menaikkan anaknya boleh pindah sekolah, tetapi jika tidak ingin pindah, tetap di SMAN 1 Selayar dengan mengulang atau tak naik kelas," terangnya. (TribunBatam.id/Febriyuanda)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved