ANAMBAS TERKINI
Tradisi Makan Bubur Asyura Bulan Muharam Masih Lestari di Anambas, Ini Sejarahnya
0807_Anambas_Tradisi Makan Bubur Asyura Bulan Muharam Masih Lestari di Anambas, Ini Sejarahnya
Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Eko Setiawan
TRIBUNBATAM.id, ANAMBAS - Bubur Asyura kerap ditemui pada tradisi keagamaan umat Islam di berbagai daerah di Indonesia.
Panganan ini identik dihidangkan sebagai santapan dalam memperingati hari ke-10 Muharam atau Tahun Baru Islam.
Di Kabupaten Kepulauan Anambas, tradisi keagamaan ini masih dapat dijumpai dan dilestarikan di beberapa pulau.
Salah satunya di Pulau Siantan, makan Bubur Asyura ini kerap digelar bersama-sama baik di Masjid, Surau maupun lingkungan dusun atau desa.
Makan Bubur Asyura ini tak terlepas dari tradisi khusus umat Islam menunaikan Puasa Asyura.
Merayakan puasa itu, biasanya mereka akan membuat makanan spesial Bubur Asyura atau Bubur Sure untuk dijadikan panganan.
Di balik itu semua, ternyata Bubur syura memiliki makna yang sangat mendalam.
Bubur Asyura merupakan bentuk pengungkapan rasa syukur umat Islam atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT.
"Ya makan bersama Bubur Asyura ini sudah jadi tradisi di Kabupaten Anambas khusunya di Pulau Siantan. Ini bentuk ucapan syukur," ujar Ketua Masjid Besar Baiturrahim, Ardan, Selasa (8/7/2025).
Sebagai tradisi, Masjid Besar Baiturrahim, katanya, kerap melaksanakan makan Bubur Asyura ini setiap tahun bersama jemaah dan warga.
"Itu sebabnya, bubur ini hanya ada setahun sekali saat peringatan hari ke-10 Muharam," terangnya.
Ia menjelaskan, tradisi makan Bubur Asyura ini berkaitan dengan sejumlah peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Beberapa peristiwa itu bertepatan dengan Perang Badar yang berlansung saat Nabi Muhammad masih hidup.
"Saat perang itu sahabat Nabi memasak bubur hanya saja tidak cukup untuk jumlah pasukan. Maka atas perintah Nabi ditambahkan dan dicampurkan lah sejumlah bahan yang ada," terangnya singkat.
Selain itu, 10 Muharam, lanjutnya, juga bertepatan dengan peristiwa Perang di Karbala ketika Husain, cucu Nabi Muhammad, terbunuh.
Masih merujuk pada peristiwa sejarah, Bubur Asyura ini kata Ardan, juga sudah ada sejak masa Nabi Nuh kala bersama kaumnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki kapal.
"Dari peristiwa Nabi Nuh yang selamat dari Tsunami dan cucu Nabi Muhammad, Husein yang terbunuh dalam Perang Karbala menjadi momentum peringatan ini. Itu makanya Nabi berpesan dalam haditsnya, berpuasa lah kamu di Bulan Muharam," tuturnya.
Atas peristiwa penting dalam sejarah Islam itu, maka Puasa Asyura di Bulan Muharam dengan santapan Bubur Asyura dijadikan kebiasaan.
Disinggung terkait bahan Bubur Asyura, menurut Ardan akan selalu berbeda-beda di setiap daerah.
Untuk di Kabupaten Kepulauan Anambas khususnya Pulau Siantan, campuran bahan ini terdiri dari berbagai jenis dengan bahan utama beras.
Meski tak mengetahui persis. Namun ia merincikan Bubur Asyura terdiri dari beras, jagung, kacang-kacangan, ubi keladi, ubi jalar, kentang, lemih, irisan ikan salai tongkol, dedauanan, bawang merah kering.
"Itu yang saya ingat. Pastinya bahannya banyak. Kalau resep bumbunya sama dengan pembuatan bubur pedas khas Anambas," pungkasnya. (TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak)
Jadwal Penerbangan Wings Air Rute Anambas-Batam Diwacanakan Pangkas Bulan Depan |
![]() |
---|
Warga Anambas Lega, Damkar Berhasil Buka Pintu Kamarnya yang Terkunci |
![]() |
---|
Mesjid Besar Baiturrahim Tarempa, Wisata Religi Ratusan Tahun yang Pernah Dikunjungi Mohammad Hatta |
![]() |
---|
Turnamen Olahraga Pelajar SMP se Anambas Akan Digelar, Wabup Raja Bayu Harap Lahir Bibit Atlet |
![]() |
---|
Wisata Pantai Tanjung Momong Anambas, Pesona Alam Asri dengan Lautan Bening yang Jarang Tersentuh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.