FEATURE
Di Tengah Tren Kekinian, Griya Jamu Batam Rintisan Ayna Bertahan dengan Ramuan Tradisional
Di tengah tren minuman kekinian dan gempuran herbal modern yang dikemas estetik, Ayna tetap teguh memegang akar tradisi.
Penulis: Ucik Suwaibah | Editor: Mairi Nandarson
Laporan Wartawan Tribun Batam, Ucik Suwaibah
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Di tengah tren minuman kekinian dan gempuran herbal modern yang dikemas estetik, Ayna tetap teguh memegang akar tradisi.
Sejak 2015, ia mendirikan Griya Jamu Batam karena kecintaannya terhadap kesehatan dan warisan budaya Indonesia.
"Pertama-tama Griya Jamu Batam ini berdiri karena memang saya suka jamu dan kesehatan."
"Saya juga seorang terapis. Setelah tahu tentang terapi, saya pikir kalau diimbangi dengan jamu, itu jadi kombinasi yang sangat baik untuk kesehatan," ujar Ayna.
Menurutnya, jamu bukan sekadar minuman pahit untuk orang tua, tetapi solusi alami yang menyatu dengan gaya hidup sehat.
"Yang penting itu bukan cuma diminum, tapi tahu manfaatnya," tambahnya.
Salah satu produk unggulan Griya Jamu adalah Na&No Herbal Drink, kombinasi dari tanaman rimpang, kayu herbal, daun, buah, hingga madu dan kurma.
"Na&No ini bisa diminum anak-anak sampai dewasa. Bisa untuk lelaki maupun perempuan."
"Rasanya seperti jus kental yang bisa ditambah madu," kata Ayna.
Manfaatnya juga beragam, mulai dari menjaga kesehatan, mencegah kanker serviks, mengobati maag, asam lambung, hingga membantu pemulihan pasca operasi.
Selain itu, ada juga Na&No Therapy Oil, minyak herbal untuk mengatasi luka, pegal, stres, bahkan perawatan kulit.

"Semua kita racik sendiri dari bahan alami, tidak instan. Itulah yang membedakan kami dengan produk jamu yang hanya ikut tren," jelasnya.
Aneka produk jamu mulai dari beras kencur, kunyit asam yang diracik langsung disini dan beberapa aneka wedhang yang bermanfaat untuk menghangatkan badan.
Dalam pembuatannya tak luput dari bahan alami yang diolah langsung, meliputi kunyit, jahe, temulawak, daun sirih, sereh, kencur, asam jawa dan masih banyak lagi.
Terkait dengan pemasaran, Ayna mengaku memasarkan produknya secara daring dan lewat promosi mulut ke mulut.
Pembeli bisa datang langsung ke tempat produksinya atau memesan lewat kontak pribadi.
"Alhamdulillah, kami pernah kirim ke Hongkong dan Taiwan. Dalam negeri juga sudah banyak yang pesan dari luar Batam," ungkapnya.
Namun ia juga menyampaikan tantangannta terhadap hambatan pajak yang kini membatasi pengiriman produk keluar daerah.
"Setelah ada aturan pajak di Batam, pengiriman kami turun sampai 90 persen. Itu memberatkan sekali bagi pelaku UMKM seperti kami," keluhnya.

Meski begitu, Ayna tetap optimis. Ia berencana memperluas produksi ke Jawa demi menjangkau pasar yang lebih luas dan memudahkan logistik.
"Insya Allah tahun depan kami akan mulai produksi juga di Jawa. Semoga bisa lebih lancar," katanya.
( tribunbatam.id/ucik suwaibah )
Kampung Tua Bakau Serip, Nasib Si Sabuk Hijau di Ujung Nongsa yang Sunyi |
![]() |
---|
Cerita Petugas Damkar Bintan, Disambut Warga Bak Pahlawan Setelah Respons Cepat Kebakaran |
![]() |
---|
Sekolah di Anambas Raup Cuan dari Pisang Usai Sulap Lahan Kosong Jadi Kebun Produktif |
![]() |
---|
Sosok Idrus M Tahar, Sastrawan yang Kini Diabadikan Jadi Nama Perpustakaan Natuna |
![]() |
---|
Mengenal Nasi Dagang, Makanan Khas Melayu di Natuna Kepri yang Laris hingga Kini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.