Keputusan Tarif Baru Membuat Pasar Kacau-balau, AS Malah Tuduh China Manipulator Mata Uang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nilai tukar yuan vs dolar AS

TRIBUNBATAM.ID, NEW YORK - Pasar keuangan global dari Amerika hingga Asia dikacaukan oleh tuduhan Departemen Keuangan AS bahwa China adalah manipulator mata uang setelah bank sentral China membiarkan yuan merosot ke level terendah dalam 11 tahun terakhir.

Aksi bank sentral China ini disebut-sebut sebagai langkah pembalasan nyata terkait tindakan AS yang memberlakukan tarif baru untuk produk-produk China.senilai US$ 300 miliar.

Pasar saham Asia jatuh di seluruh wilayah sepanjang Selasa (6/8/2019) menyusul terjun bebasnya indeks Dow Jones 2,9 persen, Senin. Ini adalah penurunan terbesar Dow Jones Industrial Average sejak malam Natal tahun lalu.

Tidak hanya pasar saham, nilai tukar seluruh mata uang Asia terhadap dolar juga memerah akibat jatuhnya mata uang Yuan untuk hari keempat berturut-turut.

Dituding Beri Perlakuan Khusus ke Orang Tertentu, Begini Jawaban BP Batam

Najib Razak Diberi Julukan Optimus Prime oleh Jho Low saat Mengatur Rekening Bank

Proyek Reklamasi di Batam Masih Berjalan, Pantai Ocarina Batam Centre Ikut Tercemar

China sendiri membantah tuduhan tersebut dan mengatakan"tidak ada yang namanya manipulasi mata uang seperti dituduhkan AS.

Departemen Keuangan AS sebelumnya menuduh Beijing sebagai manipulator mata uang setelah saham-saham di bursa AS berguguran setelah pengumuman Donald Trump, Kamis, bahwa mereka akan menerapkan tarif baru untuk produk-produk China senilai 300 miliar.

China membalas keputusan Trump sehari setelah pertemuan delegasi AS dan China di Shanghai awal Agustus lalu dengan menyatakan menunda memberi barang-barang pertanian AS.

Steven Mnuchin

Perang dagang kedua yang dikobarkan Trump ini membuat guncang dunia karena tarf baru AS sebesar 10 persen itu berlaku untuk hampir seluruh produk China.

Pasar ritel AS mengaku akan mengalami terkanan hebat dengan keputusan itu jika berlaku mulai 1 September nanti. Sebab, hampir 85 persen barang-barang harian yang beredar di AS berasal dari China.

Tiga indeks bursa utama AS kehilangan sekitar 3 persen pada hari Senin, menempatkannya di tempat yang sama setahun lalu.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin menuduh China sebagai manipulator mata uang dalam sebuah pernyataan setelah pasar ditutup.

Departemen Keuangan mengatakan bahwa China dalam beberapa hari terakhir untuk mendevaluasi mata uangnya sambil mempertahankan cadangan devisa yang besar.

"Tujuan devaluasi mata uang China adalah untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak adil dalam perdagangan internasional," tambahnya dalam pernyataan tersebut.

Pernyataan Mnuchin tersebut seakan mengamini tuduhan Trump yang ingin membela diri terhadap para petani yang saat ini gelisah akan nasib produk-produk pertaniannya.

China pernah dituduh sebagai manipulator mata uang oleh administrasi Bill Clinton pada tahun 1994.

Di bawah undang-undang tahun 1998, Departemen Keuangan harus menyebutkan negara mana yang mendapatkan keuntungan perdagangan di atas Amerika Serikat.

China sendiri termasuk negara yang diwaspadai dalam laporan pemerintah ke kongres, Mei lalu, selain Jerman, Irlandia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura dan Vietnam.

Negara-negara tersebut dicurigai karena mengalami surplus perdagangan dengan AS.

Bermotif Politik

Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) membantah telah mendevaluasi yuan sebagai tanggapan atas tarif AS.

Dalam sebuah pernyataan, Gubernur PBOC Yi Gang mengatakan Cina akan "tidak terlibat dalam devaluasi kompetitif, tidak menggunakan nilai tukar untuk tujuan kompetitif dan tidak menggunakan nilai tukar sebagai alat untuk menangani gangguan eksternal seperti sengketa perdagangan."

Pengamat mengatakan, tuduhan tersebut bermotif politik untuk menghindari tekanan dalam negeri setelah kjeputusan tarif Trump yang akan memukul rakyat Amerika.

Tembakan salvo terbaru yakni manuipulator mata uang ini adalah bagian dari pertarungan ekonomi dan politik berisiko tinggi antara dua raksasa yang tidak mau mundur, kata pengamat.

"Ini adalah tuduhan aneh,” kata Derek Scissors, residen sarjana di American Enterprise Institute dan kepala ekonom dengan China Beige Book. “Tiongkok tidak memanipulasi mata uangnya selama bertahun-tahun, jadi mengapa melakukan ini sekarang? Jika memang melakukan manipulasi, semestinya terjadi setahun atau dua tahun yang lalu.”

Yuan sendiri sepenuhnya dikendalikan oleh China dan tidak memiliki sistem keuangan pasar seperti halnya mata uang yang lain.

"Tujuan dari tuduhan itu jelas agar Trump terlihat seperti melakukan reaksi dramatis," tambah Scissors. "Itu adalah presiden yang bisa mengatakan 'saya bisa melakukan apa saja tanpa berpikir panjang'"

Meski demikian, penurunan nilai tukar China memang dapat berlanjut hingga tahun 2020 untuk mengimbangi dampak tarif yang diberlakukan AS.

Balasan China terhadap keputusan tarif baru Donald Trump dengan menunda pembelian produk pertanian AS dipastikan akan memukul pemerintanh Trump pada Pemilu 2020 nanti karena petani adalah pemilih utama Trump.

Berita Terkini