Paling penting, jangan sampai jebol,” kata Yerry, dilansir dari Kompas.com (10/1/2020).
Ia mengatakan, saat ini modus kejahatan di dunia maya semakin beragam.
Oleh karena itu, mereka yang memiliki itikad jahat bisa berlaku meniru gaya bicara orang yang akunnya diretas.
“Mereka pintar meniru karena dia melakukan pengamatan mengecek catatan-catatan dan bisa meniru temannya," ujar Yerry.
Pihak kepolisian, menurut dia, seharusnya juga proaktif merespons modus penipuan seperti ini meski yang lapor belum mengalami kerugian materil.
“Karena kejadian seperti ini sudah banyak dan meresahkan. Mereka harus mempermudah kalau ada laporan-laporan seperti ini,” kata dia.
Awal mula peretasan
Peretasan berantai itu berawal ketika ia tiba-tiba mendapatkan pesan melalui Instagram dari akun temannya.
Seseorang - yang ternyata telah meretas akun teman Ilham - meminta bantuan untuk memverifikasi e-mail.
Si peretas yang disangka Ilham adalah temannya, meminta Ilham mengetikkan angka verifikasi yang muncul.
“Awalnya enggak saya iyakan. Akhirnya ya sudahlah sudah kenal,” kata dia.
Setelah memberikan kode verifikasi itu, tiba-tiba akun InstagramIlham ter-log out sendiri dan akun e-mailnya sudah tidak bisa diakses.
Ilham mencoba menghubungi temannya yang mengirim pesan lewat Instagram tersebut.
“Saya panik. Saya cari kontaknya dia. Saya kontak ternyataInstagram dia ke-hack duluan,” kisah Ilham.
Setelah mengetahui bahwa ia telah menjadi korban peretasan juga, Ilham langsung mengirim pesan ke teman-temannya memberitahukan bahwa akunnya diretas.