Provinsi Hubei, pusat wabah, melaporkan 4.823 kasus baru dan menunjukkan bahwa 10 hari berturut-turut, tidak ada penurunan kasus.
Direktur Komisi Kesehatan China Zheng Yixin menyebutkan, penggunaan metrik scanner terbaru yang lebih baik daripada thermal scan, membuat jumlah penderita naik dengan cepat. Sehingga Beijing akan mencoba alat ini ke provinsi lain.
Alat ini mampu mendeteksi virus meskipun orang tersebut tidak memiliki gejala, seperti demam dan batuk.
Plasma Pasien Sembuh Jadi Antibodi
Meskipun peningkatan epidemi terlihat mencemaskan, namun ada harapan baru dalam pengobatan pasien. Plasma dari pasien yang pulih dari virus akan digunakan untuk melawan COVID-19, kata China National Biotec Group, Kamis malam.
Plasma ini akan menjadi antibodi penawar virus. Dari percobaan yang dilakukan membuktikan bahwa plasma ini dapat secara efektif membunuh virus, menurut laporan Beijing News, Jumat.
Perusahaan itu mengklaim berhasil menghasilkan plasma untuk perawatan klinis setelah tes keamanan biologis darah yang ketat, inaktivasi virus dan pengujian aktivitas antivirus.
Plasma telah digunakan untuk mengobati 11 pasien dalam kondisi kritis dan hasilnya signifikan, kata perusahan itu.
Fase pertama perawatan dilakukan pada tiga pasien sakit kritis di Wuhan pada 8 Februari dan plasma saat ini sedang digunakan untuk merawat lebih dari 10 pasien sakit kritis.
Tes klinis menunjukkan bahwa setelah 12 hingga 24 jam perawatan, indikator inflamasi utama di laboratorium menurun secara signifikan.
Begitu juga proporsi limfosit meningkat. Indikator kunci seperti saturasi oksigen darah dan viral load juga meningkat.
“Produk untuk mengobati virus corona baru ini berasal dari plasma yang diisi antibodi sumbangan pasien yang pulih,” menurut keterangan perusahaan.