Akibat Virus Corona, Singapura Terancam Resesi, Turunkan Target Pertumbuhan Ekonomi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Singapura antre membayar belanjaannya, pasca pemerintah Singapura menaikkan level wabah virus corona dari kuning ke oranye di wilayah Negeri Singa itu, Jumat (7/2/2020)

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Virus Corona memukul ekonomi Singapura.

Kemungkinan resesi membayangi ekonomi Singapura.

Nilai tukar dolar Singapura pun melemah, nyaris menembus ke bawah Rp 9.800.

Dolar Singapura melemah 0,07% ke Rp 9.811,24/SG$, berada di dekat level terlemah sejak September 2017. Posisi mata uang Negeri Merlion ini membaik, berada di level Rp 9.840.31/SG$ atau menguat 0,22% di pasar spot, melansir data Refnitiv.

Singapura menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 menjadi di kisaran -0,5 persen dan 1,5 persen tahun ini.

Singapura merupakan negara kedua dengan jumlah kasus virus corona terbesar setelah China. Kementerian Perdagangan dan Industri setempat sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Singapura akan ada di kisaran 0,5 persen dan 2,5 persen.

Per 2019 lalu, perekonomian Singapura tumbuh 1 persen (yoy) di kuartal IV. Angka tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 yang sebesar 0,8 persen.

Adapun untuk keseluruhan tahun 2019, Negeri Singa mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,7 persen.

Angka tersebut merupakan rekor pertumbuhan ekonomi Singapura yang terlemah sejak 2009. Kementerian Perdagangan dan Industri setempat menilai hambatan utama pada kuartal Oktober-Desember adalah manufaktur, yang menyusut 2,3 persen dari tahun lalu.

Adapun terkait virus corona, pihak kementerian menilai terdapat beberapa sektor perekonomian yang bakal terdampak seperti manufaktur dan penjualan grosir, transportasi dan pariwisata sekaligus permintaan domestik yang merosot lantaran orang-orang memutuskan untuk mengurangi aktifitas seperti belanja.

"Karena situasi COVID-19 masih berkembang, kementerian akan terus memantau perkembangan dan dampaknya terhadap ekonomi Singapura secara erat," ujar mereka.

Menurut Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, dampak wabah virus corona terhadap ekonomi telah melebihi dampak Sars, atau sindrom pernafasan akut yang parah, pada tahun 2003.

"Saya tidak bisa mengatakan apakah kita akan mengalami resesi atau tidak. Itu mungkin, tapi pasti ekonomi kita akan terpukul," katanya kepada wartawan, Jumat (14 Februari) saat berkunjung ke Terminal 3 Bandara Changi seperti yang dikutip Straits Times.

Dampaknya, khususnya di beberapa kuartal mendatang, akan menjadi signifikan karena negara itu memerangi "wabah yang sangat hebat".

"Ini sudah jauh lebih banyak daripada Sars, dan ekonomi kawasan itu saling terkait. China, khususnya, terkena dampak yang jauh lebih besar di kawasan itu," tambahnya.

Halaman
12

Berita Terkini