Hasil dari peninjauan tersebut, persiapan lokasi penempatan WNI telah mencapai 85 persen.
Melihat perkembangan persiapan yang dilakukan tim gabungan di lapangan, Panglima TNI meminta agar proses persiapan rampung, Jumat (28/2/2020) sebelum pukul 08.00 WIB.
Hal itu disesuaikan dengan waktu perkiraaan KRI dr. Soeharso yang membawa WNI dari titik temu (rendesvouz) kapal pesiar World Dream di Kepuauan Riau tiba di Pulau Sebaru.
“Kesiapan sudah 85 persen. Tinggal melengkapi fasilitas pendukung lain,” kata Panglima TNI Hadi Tjahjanto.
Proses persiapan kelengkapan fasilitas, personel serta alutsista menyambut peserta observasi tergolong cepat.
Seluruh kelengkapan dikirim dari Jakarta sejak, Rabu (26/2/2020) petang menggunakan KRI Banda Aceh, dan dibongkar di perairan Sebaru pada, Kamis (27/2/2020) dini hari.
Kemudian setelah mendarat di Pulau Sebaru, tim segera melakukan pengerjaan persiapan kelengkapan fasilitas tersebut.
Sebelumnya, BNPB melalui Direktur Pengelolaan Logistik, Rustian memastikan fasilitas disiapkan untuk observasi WNI “jilid 2” lebih bagus dari yang sudah pernah dilakukan di Natuna, akhir Januari 2020.
"Pulau Sebaru adalah rumah. Jadi ada kamar-kamarnya bagus, fasilitasnya sudah lengkap dan jauh lebih bagus dari Natuna sebelumnya. Diestimasikan dapat menampung sekitar 200 orang,” ungkap Rustian di Jakarta.
Melalui keterangan tertulis yang diterima Tribun Batam, untuk melancarkan proses observasi selama 14 hari sesuai ketentuan Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 760 lebih sumber daya manusia dari Tentara Nasional Indonesia, BNPB, dan tim tenaga kesehatan dari Kementerian Kesehatan disiagakan di Pulau Sebaru.
TNI juga membuat helipad khusus untuk menyiagakan helikopter sebagai salah satu penunjang kebutuhan observasi.
Sebagai informasi, Pulau Sebaru menjadi lokasi yang dipilih Pemerintah Indonesia untuk observasi sebanyak 188 WNI yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) kapal pesiar World Dream terkait virus corona (COVID-19).
Pulau Sebaru merupakan pulau kecil tak berpenghuni yang pernah digunakan untuk rehabilitasi pecandu narkoba pada 2003-2007 dan berlanjut pada 2012.
Di dalam pulau yang berada di gugusan Kepulauan Seribu tersebut terdapat delapan bangunan yang dapat digunakan dengan kondisi terawat.
Dalam hal ini, tiga bangunan akan dipakai untuk tempat tinggal sementara bagi WNI laki-laki selama observasi, satu bangunan untuk WNI wanita dan satu bangunan akan digunakan untuk ruangan isolasi.
Kemudian, satu bangunan akan disiagakan untuk posko kesehatan, satu bangunan untuk ruang karantina dan satu bangunan untuk ruangan ring satu.(TribunBatam.id/Endra Kaputra)