News Analysis

Dijuluki ‘Kota Denda Dunia' Satu Alasan Singapura Tinggi Infeksi Tapi Minim Kematian Akibat Corona

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - KOTA DENDA, kaus jenaka inilah julukan untuk penegakan hukum di Kota Singapura.

Toh, sebagai negara tujuan wisata modern dunia, Singapura juga dikenal dengan julukan “the Fine City”  atau kota seribu denda. 

Sejak kasus pertama, 23 January 2020, World Health Organisation (WHO), memang memuji upaya sistematis pemerintah Singapura menegakkan hukum “social distancing’

Kota Singapura memiliki 0,85 kematian per 1.000 infeksi. Itu dibandingkan dengan 17 per 1.000 di Malaysia dan 84 per 1.000 di Indonesia. 

Secara global, rata-rata sekitar 70 kematian per 1.000 infeksi. 

Tingkat kematian Belgia adalah yang tertinggi di hampir 153 per 1.000, sementara Amerika Serikat dan Cina memiliki sekitar 56 kematian per 1.000 infeksi. 

Jumlah kematian di Singapura juga jauh di bawah 1.305 kematian yang tercatat di Meksiko dan 372 di Jepang, keduanya memiliki jumlah infeksi yang serupa walaupun memiliki populasi yang jauh lebih besar.

Singapura memiliki sekitar 5,7 juta penduduk, sementara Jepang dan Meksiko keduanya memiliki sekitar 126 kematian.

Jeremy menyebutkan, kini tugas pemerintah adalah  "membuat semua orang Singapura mengerti bahwa setiap orang sebenarnya ada di garis depan". dalam penanganan COVID-19.

Pada 29 Februari, hanya 6 kluster infeksi lokal. Dia awal April menjasi 20, di antaranya dari  studio pengantin, asrama pekerja, dan sebuah panti jompo dengan 11 kasus.Ini sudah termasuk seorang wanita berusia 102 tahun. 

Kluster infeksi yang mengejutkan di awal Maret adalah Mustafa Centre, lokasi belanja populer bagi penduduk dan turis di distrik Little India, ada 11 kasus infeksi.

"Tentunya, kita semua harus khawatir tentang gelombang kedua," kata Associate Professor Jeremy Lim dari program kesehatan global di Sekolah Kesehatan Publik Saw Swee Hock. Dia mengemukakan dua alasan;

Pertama, sebagian besar kasus baru Singapura adalah orang-orang muda, sebagian besar terdiri dari pekerja migran yang tinggal di asrama besar.

Kedua, orang lanjut usia dengan kondisi kronis yang paling rentan telah mendengarkan saran pemerintah untuk tinggal di rumah untuk mengurangi kemungkinan infeksi mereka.

Lebih dari 90 persen kasus baru-baru ini di Singapura adalah pekerja asing dengan upah rendah yang tinggal di asrama khusus. Usia mereka pun relatif masih muda.

 Sementara kementerian kesehatan bulan ini berhenti memberikan rincian usia pasien, pihak berwenang telah menekankan bahwa sebagian besar masih muda dan banyak yang memiliki gejala ringan atau tidak sama sekali.

Leong Hoe Nam, seorang spesialis penyakit menular, mengatakan kasus-kasus seperti itu telah “melemahkan” angka kematian negara itu. (thamzil thahir)

Berita Terkini