NEW NORMAL DI BATAM

Tokoh Masyarakat Pulau Buluh Dukung Rencana New Normal, 'Pemerintah Jangan Sampai Lepas Kontrol'

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tokoh masyarakat Pulau Buluh, Rahmat Hidayat. Ia mendukung rencana pemerintah menerapkan New Normal, selama pemerintah benar-benar memperhatikan warganya.

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Rencana New Normal yang bakal diterapkan pada 15 Juni 2020, disambut baik tokoh masyarakat Pulau Buluh, Kecamatan Bulang, Kota Batam, Provinsi Kepri.

Seorang tokoh masyarakat Pulau Buluh, Rahmat Hidayat meminta pemerintah harus lebih aktif dalam melakukan pengawasan.

"Apapun rencana pemerintah kita dukung, hanya saja jangan sampai lepas kontrol," ucap pria berkacamata ini, Jumat (5/6/2020).

Rahmat menjelaskan, New Normal yang akan dilaksanakan bisa membuat masyarakat bernapas, meski harus berdampingan dengan virus Corona yang jumlah pasien positif di Kota Batam kian bertambah.

Dia juga mengatakan pemerintah juga harus lebih memperhatikan kondisi masyarakat.

Contohnya masyarakat yang masih melakukan aktivitas adalah masyarakat yang tidak berpenghasilan tetap.

"Harapan kami ya pemerintah harus lebih aktif lagi dalam memberikan pengawasan, agar masyarakat tetap tertib menjalankan protokol kesehatan," ucapnya.

Dia juga mengatakan pemerintah juga harus lebih selektif dalam memberikan bantuan kepada masyarakat.

Dia mengatakan sejak pandemi Covid-19 terjadi di Kota Batam, warga Pulau Buluh memilih diam di kampung karena takut tertular virus ini.

"Takut keluar dari kampung. Jadi kami ini mengisolasi diri sendiri. Takut kalau keluar kampung bisa membawa virus," keluhnya.

Rahmat juga mengatakan saat New Normal dilaksanakan pemerintah juga harus siap. "Jangan sampai nanti warga menjadi korban," sebutnya.

Jelang New Normal di Batam, Penumpang dari Luar Kepri Wajib Kantongi Surat Bebas Gejala Penyakit

Tepergok Boncengan dengan Anak Hilang, Nasib Pemuda di Bintan Ini Berakhir di Bui

Penambang Boat Pancung Bertahan Hidup saat Corona

Kehidupan boat pancung di Pelabuhan Sagulung, Kota Batam, Provinsi Kepri kian terhimpit sejak pandemi Covid-19.

Sepinya penumpang yang bepergian, berdampak pada penghasilan mereka. Bahkan untuk mencari Rp 20 ribu dalam sehari saja, begitu sulit mereka rasakan.

Trayek boat pancung dari Pelabuhan Sagulung adalah rata-rata ke Pulau Buluh yang berada di depan Pelabuhan Sagulung.

Untuk menggunakan transportasi laut ini, per orangnya dikenakan biaya Rp 15 ribu.

"Bahkan untuk beli minyak pun kadang tidak dapat satu hari. Ini sudah lebih dari dua bulan kami kesulitan mendapatkan uang," ucap seorang penambang boat pancung, Musdi, Rabu (3/6/2020).

Wakil Ketua penambang boat pancung di Pelabuhan Sagulung ini menceritakan, sudah lebih dari dua bulan warga Pulau Buluh lebih memilih berada di rumah mereka daripada pergi ke Kota Batam.

Sejak pandemi virus Corona, warga Pulau buluh juga tidak mau menerima tamu dari luar.

Sebelum wabah virus Corona, Musdi mengaku bisa mengantongi uang antara Rp 100 sampai Rp 150 ribu per hari. Angka ini bisa semakin bertambah ketika ada yang mencarter boat pancung para penambang.

Musdi juga menceritakan sebelum musim virus Corona aktifitas di Pelabuhan rakyat Sagulung jarang sepi."Ya kalau sekarang bisa kita lihat sendiri kadang satu jam belum tentu ada penumpang," kata Musdi

"Paling yang ke luar dari pulau itu perwakilan saja, kalau ada yang harus dibeli dari Batam. Mayoritas penambang ini rata-rata warga Pulau Buluh. Jujur kami khawatir juga kalau ada pendatang ke Pulau Buluh. Khawatir bawa membawa virus Corona," sebutnya.

Saat ini, anggota penambang boat pancung khusus di Pelabuhan Sagulung ke Pulau Buluh sebanyak 73 kapal.

"Kalau yang aktif sebanyak 50 boat pancung. Setiap hari kami menunggu penumpang di pelabuhan ini. Jadi bisa bayangkanlah, 50 boat pancung, sementara penumpang tidak ada," ujarnya.

Terkait Penumpang Bawa Surat Kesehatan Palsu ke Karimun, Ini Syarat & Tarif Urus Suket di Puskesmas

Prediksi BMKG, Hujan Disertai Petir Masih Berpotensi Terjadi di Kota Batam

Penambang boat pancung lainnya, Ameng mengatakan kehidupan penambang boat pancung di Pelabuhan Sangulung saat ini sangat sakit.

Pernah dalam satu hari, ia sama sekali tidak mendapat sewa karena sepinya penumpang yang menggunakan jasanya.

"Kadang kami hanya bakar minyak. Warga tidak berani keluar dari pulau, takut pulang-pulang bawa virus Corona. Ya beginilah setiap hari, nongkrong di pelabuhan. Kadang dari pagi sampai sore tidak ada penumpang," keluh Ameng.

Yang paling mirisnya kata Ameng, satu orang sewa pun tetap harus diantar sementara ongkos tetap sama Rp 15 ribu.

Dia berharap wabah Covid-19 ini cepat berlalu agar penghasilan penambang boat pancung di Pelabuhan Sagulung kembali normal.

"Kami kasihan juga kalau penumpang menunggu lama. Apalagi sampai berjam -jam. Jadi tetap kami antar meski minyak tak nutup," ungkapnya.(TribunBatam.id/Ian Sitanggang)

Berita Terkini