Lagu ini sempat populer pada masa Orde Lama karena sering diputar di radio, sekitar 1960.
Pencipta lagu Gendjer-gendjer, Muhammad Arief, menciptakan lagu tersebut untuk menggambarkan penderitaan masyarakat pada zaman penjajahan Jepang, yaitu tahun 1943.
Hal itu disampaikan putranya Sinar Syamsi.
• FAKTA-FAKTA Kehidupan DN Aidit Setelah Peristiwa G30S PKI, Menghilang dan Tak Pernah Kembali
Pascakejadian G30S PKI, Muhammad Arief ditahan oleh tentara dan sampai saat ini tak pernah kembali.
2. Makanan Wong Cilik
Sejarawan yang juga akademisi Jurusan Sejarah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, mengatakan sejak dahulu sayur genjer telah menjadi makanan keseharian wong cilik.
"Wong cilik terbiasa mengolah bahan yang ada di sekitarnya, termasuk genjer atau paku rawan (limnocharis flava).
Sayuran ini cukup akrab dalam ekologi persawahan," kata Heri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/9/2019).
Petani desa dahulu mengandalkan persawahan dan tumbuhan di lingkungan sekitar untuk santapan ini.
3. Dipercaya baik bagi kesehatan
Masyarakat Jawa pada umumnya sejak dulu meyakini bahwa genjer berguna bagi kesehatan.
Tanpa harus bicara khasiat yang terukur lewat kerja laboratorium, mereka tetap menyantap sayur genjer.
• Lagu Genjer Genjer Dicap Identik PKI, Padahal Tentang Penjajahan, Begini Nasib Tragis Pengarangnya
Heri mengatakan, kakek moyang orang Jawa meyakini segala sayuran yang tumbuh di pekarangan maupun persawahan pasti memiliki manfaat bagi tubuh.
"Sayuran bagian dari tombo atau ramuan," kata Heri.
Ia menjelaskan hal ini dipahami dengan metode 'ilmu'.
• Hari-hari Menjelang Peristiwa G30S/PKI Lagu Genjer-genjer Adalah yang Paling Populer Saat Itu