TRIBUNBATAM.id - Dimulai awal tahun 2020 dunia disibukkan dengan kemunculan virus corona atau Covid-19.
Virus ini dikabarkan berasal dari pasar basah di Wuhan, China yang kemudian terus dibantah Negeri Panda.
Terus menjalar dan merenggut banyak nyawa, penyakit-penyakit yang sudah lama tak muncul malah datang lagi.
Kondisi ini kian menyulitkan dunia. Manusia yang menghuni Bumi diteror banyak virus penyebb penyakit.
Di India misalnya, beberapa pasien positif Covid-19 terserang jamur hitam, yang menyerang area mata dan hidung.
Sama seperti Covid-19 yang mematikan, jamur hitam tak kalah mematikan dan kini kasunya naik lagi di India.
Baca juga: Kengerian Covid-19 Belum Berakhir Kasus Jamur Hitam Mematikan Serang Negeri Anak Benua
Menyusul beberapa negara melaporkan temuan kasus jamur hitam yang sebenarnya sangat langka terjadi.
Belum selesai Covid-19 dan jamur hitam, lebih dari 200 orang yang tersebar di 27 negara bagian di Amerika Serikat, sedang dilacak terkait kemungkinan munculnya penularan cacar monyet.
Otoritas Negeri Paman Sam waswas para individu tersebut telah berkontak dengan seorang pria Texas, yang membawa penyakit itu dari Nigeria awal bulan ini.
Adapun pria yang bersangkutan telah dibawa ke rumah sakit dalam kini dalam kondisi stabil.
Dia diyakini sebagai pasien cacar monyet pertama di AS sejak 2003 silam.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) mengatakan individu-individu yang dilacak adalah para penumpang di dalam pesawat yang sama dengan si pria asal Texas.
Baca juga: Mengenal Penyakit Cacar Monyet, Ditularkan Kepada Manusia Melalui Hewan, Terutama di Afrika Tengah
Mereka dikhawatirkan ikut terpapar penyakit cacar monyet. Disebutkan CDC, pihak maskapai turut memeriksa "potensi risiko pada mereka yang mungkin berkontak dekat dengan si pria".
Meski demikian, tambah CDC, kemungkinan penyakit itu menyebar di dalam pesawat terbilang kecil karena para penumpang diharuskan memakai masker.
Pria asal Texas itu bertolak dari Lagos, Nigeria, menuju Atlanta, negara bagian Georgia, AS, pada 9 Juli.
Dia kemudian melanjutkan penerbangan ke Dallas, tempat dia sekarang dirawat, menurut CDC.
Juru bicara CDC menuturkan kepada BBC menjelaskan, mereka bekerja sama dengan dinas kesehatan negara bagian dan daerah untuk menelusuri para individu yang mungkin terpapar cacar monyet.
"Risiko terhadap masyarakat umum ditengarai rendah," kata juru bicara CDC, seraya menambahkan bahwa tidak satupun dari 200 orang yang dilacak masuk dalam golongan "risiko tinggi".
Cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus.
Penyakit itu masuk dalam keluarga yang sama dengan cacar air, tapi relatif kurang ganas.
Dilansir dari Kompas.com, cacar monyet umumnya menular di sejumlah kawasan tengah dan barat Afrika, dekat hutan tropis.
Gejala-gejalanya mencakup demam, pusing, bengkak, nyeri punggung, nyeri otot dan kurang bergairah.
Setelah demam, ruam pada kulit bisa terjadi.
Ruam kerap muncul pada bagian wajah kemudian menyebar ke bagian lain tubuh, biasanya pada telapak tangan dan telapak kaki.
Ruam tersebut sangat gatal dan bisa mencapai beberapa tahap sampai akhirnya pengidap mengalami kapalan, yang kemudian rontok.
Baca juga: Mengenal Penyakit Cacar Monyet, Ditularkan Kepada Manusia Melalui Hewan, Terutama di Afrika Tengah
Rangkaian ruam itu bisa menimbulkan bekas luka pada kulit.
Sebagian besar kasus cacar monyet tergolong tidak serius, kadangkala menyerupai cacar air dan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa pekan.
Namun, cacar monyet bisa menjadi ganas.
Bahkan, menurut CDC, satu dalam 100 kasus menyebabkan kematian.
Meski langka, penyakit ini pernah menjalar di AS.
Wabah pada 2003 menimbulkan 47 kasus terkonfirmasi atau probable yang berkaitan dengan tikus-tikus yang didatangkan dari luar negeri.
.
.
.
Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google
(*/ TRIBUNBATAM.id/ Kompas.com)