BATAM, TRIBUNBATAM.id - Menjadi seorang guru di hinterland Batam bukanlah sesuatu yang mudah.
Butuh kesabaran, dan butuh perjuangan di tengah keterbatasan yang ada.
Hal inilah yang dialami Norma, guru sekaligus Wakil Kepala Sekolah SD 006 Lokal Jauh Pulau Bertam.
Tempatnya mengajar ini terletak di Kelurahan Kasu, Kecamatan Belakangpadang, Kota Batam.
Selain letaknya yang terpencil, kondisi sekolah juga masih jauh dari kata layak.
Sekolah ini masih kekurangan ruang kelas dan guru pengajar.
Diketahui, sekolah yang ada di ujung Pulau Belakangpadang itu hanya memiliki empat ruang sekolah dan empat tenaga pengajar.
Mirisnya lagi, satu orang guru di sekolah ini harus mengajar dua kelas dalam waktu bersamaan.
Baca juga: Menteri Sosial Ungkap Tujuan Kunjungi Pulau Bertam, Belakang Padang Batam
Baca juga: Menteri Sosial RI Tri Rismaharini Kunjungi Pulau Bertam Belakang Padang Batam, Ini Agendanya
Sekolah SD 006 lokal jauh Pulau Bertam sampai saat ini juga masih belum memiliki ruangan untuk majelis guru atau pun kantor sekolah.
Norma mengakui, sekolahnya hanya memiliki empat guru.
Dua orang guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan dua tenaga honorer.
"SD 006 Lokal Jauh Pulau Bertam memiliki 65 orang siswa, dari kelas 1 hingga kelas 6. Siswa ini merupakan anak-anak dari tiga pulau di Kelurahan Kasu yakni Pulau Bertam, Gara dan Pulau Lingka," ujar Norma saat ditemui Tribun Batam, Selasa (7/6/2022).
Dengan kondisi seperti ini, Norma berharap ada tambahan guru, dan penambahan ruang untuk kantor.
Sebab ruangan yang ada saat ini hanya untuk kelas. Itu pun hanya empat ruangan.
Ditambah lagi, anak-anak yang berasal dari Pulau Gara dan Lingka harus naik sampan untuk sampai ke Pulau Bertam.
Terkadang anak-anak itu juga mengalami kesulitan menuju sekolah, lantaran pasang surut air laut dan menyebabkan air laut kering.
Sehingga anak-anak dari dua pulau tersebut tidak bisa berangkat ke sekolahnya.
Adapun kendala lain, yakni saat air kering atau pun saat hujan lebat, banyak orang tua yang tidak mau mengantar anaknya ke sekolah.
Norma juga mengakui selama pandemi covid-19, Pemerintah Kota Batam sempat melarang belajar tatap muka di sekolah dan menggantinya dengan belajar online.
Di sinilah kendalanya. Lantaran siswa di sana tidak bisa belajar online karena tidak memiliki hp hingga jaringan yang tidak stabil.
"Ketika mereka hendak belajar, mereka harus datang ke sekolah untuk dikasih PR dan selanjutnya dikerjakan di rumah masing-masing," kata Norma.
Perempuan berhijab itu sendiri sudah mengajar di SD 006 Lokal Jauh Pulau Bertam sejak tahun 2001 lalu.
Selama ini, banyak suka dan duka yang ia lalui, termasuk minimnya sarana belajar-mengajar di sekolah tersebut.
Kendati demikian, ia mengaku tetap semangat mengajar di SD 006 Lokal Jauh Pulau Bertam, sejak pukul 07.00 hingga 13.00 WIB.
Tanggapan Disdik
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Hendri Arulan membenarkan, jika saat ini masih banyak sekolah yang kekurangan guru dan kelas. Termasuk di SD 006 Lokal Jauh Pulau Bertam.
"Sekolah yang berada di daerah hinterland, permasalahannya adalah guru dan kelas. Dua hal ini tetap menjadi prioritas utama kami, sehingga anak-anak di pulau bisa belajar lebih baik," katanya.
Terkait ruang kelas sendiri, sudah masuk pembahasan Dinas Pendidikan.
Meski begitu pembangunan ruang kelas baru ini tidak bisa serta merta langsung dibangun, masih ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui.
"Semoga tahun depan kita bisa tambah kelas lagi, sehingga tak ada lagi satu ruangan diisi dua kelas," harapnya.
Pantauan TribunBatam.id, sekolah bercat putih itu hanya memiliki empat ruang kelas saja.
Di dalam ruangan terlihat ada dua papan tulis yang digunakan untuk belajar mengajar.
Satu ruang kelas digunakan oleh beberapa kelas.
Kelas 1, 2 dan 3 masuk sekolah pada pukul 07.00 hingga pukul 10.10 WIB.
Sementara kelas 4, 5 dan 6 mulai belajar sejak pukul 10.30 hingga pukul 13.00 WIB.
Letak sekolah itu, tidak jauh dari pemukiman warga setempat.
Saat hendak ke sekola,h siswa harus berjalan kaki dari rumah dan harus melewati sedikit tanjakan yang cukup tinggi.
Adapun lapangan sekolah itu tampak luas. Namun tidak disemen, hanya tanah kosong saja, sehingga saat hujan turun, lapangan itu tidak bisa digunakan oleh anak-anak untuk bermain. (TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google