Jika perahu tak dikendalikan, mungkin perahu yang dinakhodai Rahman akan sampai ke Singapura.
Kapal yang dikemudi Rahman pun mampu menghindari alur perairan Singapura menuju Perairan Sambu, itu alur lomba yang telah ditentukan panitia.
Rute start nya, dari dermaga Elang Laut menuju Sambu, lalu ke Pulau Meriam.
Setelah dari pulau Meriam kembali ke Sambu Kecil, balik lagi ke Pulau Meriam.
Lalu dari Meriam kembali ke bantaran Elang Laut.
Sembilan awak kapal layar asal Tanjung Gundap ini nampaknya sudah terbiasa mengawaki perahu layar.
Tak ubah seperti nama lumbung kapal ‘Penguasa Laut’. Sembilan kawanan ini mampuh menakluhkan lautan.
Perahu dengan nama ‘Penguasa Laut’ itu berukuran lima meter.
Layarnya menjulang ke langit, lebar layarnya cukup luas menggunakan kain parasut.
Di lokasi perlombaan, ada sebanyak 24 perahu lainnya yang ikut berlomba.
Perahu dengan layar warna warni itu berbaris rapi di perairan perbatasan.
Sampan-sampan itu datang dari berbagai pulau di Batam bersama nakhodanya, ada yang dari pulau Karimun, Selat Nenek, Bulang, dan Batam sekitarnya. Perahu itu telah siap mengembangkan layarnya untuk mewarnai semarak kemerdekaan Indonesia.
Mereka berlayar mengitari area pulau terluar di Belakang Padang.
Empat katogeri sampan layar atau sampan kolek diperlombakan di sana. Kolek tiga, lima, tujuh dan sembilan. Setiap sampan dinakhodai sesuai kategorinya, kolek tiga dinakhodai tiga orang, begitu seterusnya.
Lomba sampan layar ini telah menjadi tradisi tahunan di Belakang Padang sejak tahun 1959. Perlombaan kali ini juga di yakni untuk merawat dan melestarikan budaya tradisi agar tidak punah.