FEATURE

Nasib TPA Desa Sungai Buluh Lingga, Belasan Tahun Berjuang Dapat Sarana Layak

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para santri TPA di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. Meski telah melahirkan banyak tenaga pendidik hingga Qori dn Qoriah berprestasi, namun nasib tenaga pendidik dan sarana penunjang TPQ masih jauh dari kata layak.

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Sore hari menjadi aktivitas rutin bagi pelajar SD Desa Sungai Buluh, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri meluangkan waktunya belajar ilmu agama di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Al Hidayah.

Dari jarak ratusan meter, sudah terdengar lantunan ayat suci Al-Qur'an dari gedung sekolah Islam di Desa Sungai Buluh, Kabupaten Lingga ini.

Lantunan itu keluar dari suara putra putri Desa Sungai Buluh dari TPA Al Hidayah.

Dengan semangat lantunan ayat suci memuja Tuhan Sang Maha Pencipta keluar dari lisan mereka.

Suasana di sini masih asri karena dikelilingi pepohonan dan tumbuhan yang masih terjaga.

TPA Al Hidayah di Desa Sungai Buluh, Kabupaten Lingga ini seakan sudah menjadi sekolah kedua bagi pelajar di sini.

Baca juga: Tahun Ini, 28 Titik Tower Telekomunikasi di Lingga Bakal Dibangun

Baca juga: TPA di Lingga Ini Minim Ruang Kelas, Tenaga Pendidik Berharap Bantuan Pemda

Untuk membekali diri mereka dengan ilmu yang tak mereka dapatkan di SD.

Tiga hari dalam sepekan, para orang tua mendatangi tempat ini mengantarkan anak mereka sesudah pulang sekolah.

Dengan harapan putra atau putrinya menjadi orang berguna di masa mendatang kelak.

Mereka memanfaatkan waktu itu pada Senin hingga Rabu, yang dimulai pada pukul 14.00-16.00 WIB.

Dilihat dari historisnya, TPA Al Hidayah Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri) ini telah banyak melahirkan putra putri yang berprestasi hingga saat ini.

Ada dari mereka yang menyandang juara Tilawatil Quran hingga tingkat nasional.

Ada pula dari mereka yang menjadi tenaga pendidik Ustadz maupun Ustadzah di dalam hingga luar daerah Lingga hingga saat ini.

Baca juga: ACT Kepri Sebar Paket Bahan Pokok untuk Warga TPA Punggur Batam, Ini Rencana Lainnya

Namun, dunia nyaris tak melihat keberadaan sekolah agama Islam ini.

Sejak belasan tahun lalu, TPA ini hanya memakai gedung sekolah bekas melahirkan lulusan terbaik.

Kayu yang lusuh, atap seng yang sudah berkarat, hingga kursi dan meja lapuk menjadi saksi bisu keprihatinan pelajar di Desa Sungai Buluh ini dalam menuntut ilmu agama.

Berselang waktu, sudah satu tahun akhirnya jerih payah tenaga pendidik di sini sedikit lega.

Bangunan baru yang telah lama mereka idam-idamkan, akhirnya berdiri, yang saat ini dipakai proses belajar mengajar ilmu agama.

Bangunan tersebut berdiri dari anggaran Dana Desa tahun 2021.

Para santri TPA di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri.

Baca juga: PERJUANGAN Para Penuntut Ilmu Agama di Lingga, Belasan Tahun Pakai Sarana Seadanya

Meski begitu, tampaknya sarana pendidikan ilmu agama yang memuaskan belum mereka rasakan.

Mereka masih kekurangan kelas, sehingga harus pas-pasan memakai ruangan kelas dengan gedung yang sudah dibangun.

Namun, kepolosan santri di sini tetap semangat belajar.

Walaupun tenaga pendidik, masih menunggu angin segar dari para pejabat yang berkompeten, untuk menambah dua ruangan kelas sebagai sarana pembelajaran.

Tahun ini, sedikitnya sebanyak 46 orang santri yang belajar di sana.

Namun di tahun-tahun sebelumnya, bahkan ada yang masuk 70 hingga ratusan pelajar.

Empat tenaga pendidik masih berusaha dan berharap sarana tersebut dapat terpenuhi.

Meski gaji mereka tak sebanding dengan perjuangan mereka.

Baca juga: Pemkab Lingga Gandeng POS Indonesia Salurkan BLT Pengendalian Dampak Inflasi

Dalam sebulan, tenaga pendidik hanya menerima imbalan dari desa sebesar Rp 150 ribu per bulan.

Sementara itu, uang insentif dari Provinsi Kepri mereka dapatkan sebesar Rp 900 ribu per tahun, yang telah mereka terima Desember 2022 ini.

"Tahun 2020 dan 2021 kemarin memang tak dapat uang insentif. Jadi sudah dua tahun tak keluar. Baru keluar Rp 900 ribu bulan Desember 2022 ini," kata salah seorang tenaga pendidik TPA, Basira kepada TribunBatam.id, Sabtu (17/12/2022).

Kini tinggal empat tenaga pendidik yang tersisa.

Basira mengungkapkan, bahwa kepala TPA seringkali menawarkan orang-orang untuk mengajar, namun tak ada yang menyanggupi.

"Karena imbalan tak sesuai yang diterima, jadi banyak yang nolak. Ada yang sudah keluar (tenaga pendidik-red)," ungkapnya.

Sementara itu, tiap bulan santri hanya dikenakan uang SPP sebesar Rp 15 ribu.

"Itu lah hasil yang kami pakai buat bagi-bagi ke tenaga pendidik lain," ujarnya.

Meski dengan imbalan yang tak seberapa itu, Basira bersama tenaga pendidik lainnya berharap ada tambahan kelas buat santri.

Baca juga: Di Depan Kepala OPD, Bupati Lingga Minta Pengelolaan Aset Daerah Jadi Perhatian

Saat ini, santri TPA dibagi menjadi 4 kelas, dari kelas 1 hingga kelas 4.

Dalam bangunan baru ini, dibangun 2 kelas belajar, 1 bangunan berbentuk musala, dan satu bangunan lebih kecil yang sebenarnya dipakai untuk ruangan para tenaga pendidik.

Namun karena kekurangan tersebut, para santri terpaksa memakai empat kelas bangunan tersebut.

"Ya rencananya kalau ada dua kelas lagi, satu bangunan itu untuk dipakai santri buat salat Ashar tiap hari," ujarnya.

Bahkan usulan ini, sempat dia ungkapkan kepada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Riau (Kepri) Dapil Bintan-Lingga, Khazalik saat reses ke Desa Buluh.

Baca juga: Warga Lingga Resah, Ulat Bulu Muncul di Desa Jagoh Kecamatan Singkep Barat

Sebab menurutnya, pembangunan itu pernah dijanjikan oleh Khazalik namun belum terealisasikan hingga saat ini.

"Kami para guru TPA menunggu kapan direalisasikan, jadi kalau bisa mohon dibangun dua kelas lagi," ungkapnya.

Dia pun berharap kepada Pemerintah Daerah, agar lebih bisa membantu penambahan pembangunan tersebut.

Meski pun dengan gaji tenaga pendidik yang rendah, namun pondasi agama menurutnya sangat penting untuk masa depan para anak di desanya itu.

"Untuk akses jalan di TPA Alhamdulillah sudah dibangun sehingga tak becek lagi, meja belajar juga sudah kami dapatkan bantuan. Tinggal lagi ruang kelas yang masih belum cukup," ucapnya.

Menurutnya, untuk pembangunan dua kelas masih ada lahan yang tercukupi.

Apalagi pembangunan tersebut berlokasi di belakang rumahnya.

Sehingga semangatnya untuk mengharapkan bantuan pembangunan itu pun terus ada.

"Mohon lah dibantu TPA kami, kemarin lama kami menggunakan bangunan sekolah yang usang, sekarang Alhamdulillah sudah bagus, kelas aja kurang," ujarnya. (TribunBatam.id/Febriyuanda)

Berita Terkini