Hanya ada beberapa saja yang sengaja dipugar lebih baik agar bangunan bisa bertahan lebih lama.
Hal ini dilakukan untuk mempertahankan peninggalan sejarah masa lalu itu.
Pada masa lalu, dapur arang dan orang-orang Suku Laut tidak bisa dipisahkan.
Orang-orang Suku Laut sejak dahulu menggantungkan hidupnya pada hasil laut.
Mereka mencari ikan dengan alat-alat tradisional.
Selain itu, mereka juga mencari nafkah dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di darat.
Pohon-pohon bakau yang sudah mengering akan dibakar sampai menjadi arang.
Nah, arang-arang tersebut kemudian dijual bahkan sampai ke Singapura dan Malaysia.
Di sinilah anda bisa menemukan alasan, mengapa ada beberapa Dapur Arang ada di Kampung Panglong.
Orang-orang Suku Laut harus membangun Dapur Arang agar mereka bisa menghasilkan arang dalam jumlah yang banyak hanya dengan sekali membakar.
Namun demikian, usaha tersebut berdampak juga pada keseimbangan lingkungan.
Pemerintah menilai, usaha memperjual-belikan arang dalam jumlah banyak akan berdampak pada pemusnahan habitat pohon bakau.
Oleh karena itu, pemerintah kemudian melarang upaya membakar bakau untuk menghasilkan arang.
Mulai saat itu, warga lokal pun meninggalkan Dapur Arang tersebut begitu saja dan mencari mata pencaharian yang lain.
Seiring perkembangan zaman, warga lokal mulai terbuka pada dunia luar.