HUMAN INTEREST

Kisah Sunardi Nelayan Bintan yang Hanyut 7 Hari di Laut, Bertahan Hidup dengan Sisa Bekal

Penulis: Alfandi Simamora
Editor: Dewi Haryati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sunardi nelayan Bintan yang hanyut di laut sampai ke perairan Bangka, bersama istrinya Marini saat duduk bersama di rumah mereka, Kamis (2/2/2023)

BINTAN, TRIBUNBATAM.id - Kepulangan Sunardi, nelayan Bintan yang hanyut sampai ke perairan Bangka Belitung, disambut hangat keluarganya di Kampung Keke, Kelurahan Kijang Kota, Kabupaten Bintan, Kamis (3/2/2023).

Dari kejauhan, senyum lebar dan bahagia terpancar dari raut wajah anak dan istri Sunardi, menyambut kembali pulangnya anggota keluarga mereka.

Sunardi tiba di rumahnya sekitar pukul 15.00 WIB, setelah perjalanan panjang dari Jakarta ke Batam dan Tanjunguban, Bintan menuju rumahnya.

Selama perjalanan itu, Sunardi didampingi tim dari Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Bintan.

Setibanya di depan rumah, pria berusia 52 tahun itu turun dari mobil dan disambut pelukan dari sang anak.

Begitu juga istri Sunardi yang menyalami dan memeluk eratnya.

Baca juga: Nelayan Bintan Hanyut Sampai Bangka Kondisinya Selamat, Istri Ungkap Kisahnya

"Alhamdulillah suami saya sudah sampai di rumah dalam keadaan sehat," ucap Marini, istri Sunardi sembari terseyum memandangi suaminya.

Marini yang berada di samping suaminya bersyukur, suaminya selamat dan bisa berkumpul lagi bersama keluarga.

"Saya merasa bersyukur dan senang suami sudah sampai di rumah dengan sehat. Kekhawatiran saya dan anak-anak sudah berkurang dan sudah bisa berkumpul bersama lagi," ucapnya.

Rasa syukur juga diucapkan Sunardi setelah bisa kembali berkumpul bersama orang yang dicintainya.

Ia juga menceritakan mengenai kisahnya bertahan hidup selama 7 hari di laut saat hanyut dari perairan Bintan sampai ke perairan Bangka Belitung.

Potret rumah Sunardi, nelayan Bintan RT 05/RW 12 Kampung Keke, Kelurahan Kijang Kota, Kabupaten Bintan, Selasa (31/1/2023). Pria 52 tahun itu ditemukan selamat di perairan Bangka oleh awak kapal tanker yang melintas. (TribunBatam.id/Alfandi Simamora)


Kejadian berawal pada Kamis (26/1/2023). Saat itu kapalnya mengalami mati mesin di sekitaran Numbing, Kecamatan Bintan Pesisir.

Baca juga: Kisah Iman, Kru Kapal Asal Karimun yang Hilang dan Diselamatkan Nelayan Vietnam

Namun, ia tidak berjangkar karena ombak yang sangat kuat.

Saat itu Sunardi juga sudah tidak memancing dan membereskan segala peralatan pancingnya karena ombak sangat tinggi.

Kapalnya yang diterpa ombak dengan kondisi mesin mati secara perlahan mulai hanyut dan dibawa arus hingga ke sekitaran perairan Merapas, Kecamatan Bintan Timur sekitar pukul 19.00 WIB.

Ia pun sempat kelelahan dan tidur. Namun, sebelum itu, ia sudah menyiapkan segala peralatan dan kebutuhan yang diperlukannya di sebuah fiber ikan miliknya yang ada di kapal.

Ya, Sunardi memang sudah memprediksi kapal boat miliknya itu akan tenggelam.

Setelah mempersiapkan segalanya dan memasukkan sisa bekal makanan dan air minum yang ada ke dalam fiber ikan, ia lalu tidur di bagian tengah boat miliknya.

Namun, tidak lama dirinya istirahat, kapalnya tenggelam pada Sabtu (28/1/2023) sekitar pukul 23.00 WIB karena terombang ambing dengan kondisi satelit rusak.

Baca juga: Nelayan Asal Karimun Hilang Ditemukan di Vietnam, Segera Dipulangkan ke Indonesia

"Tanpa pikir panjang, saya langsung berlari ke arah fiber ikan yang sudah saya siapkan dan isi perlengkapan," terangnya.

Pada saat itu, dirinya juga mengaku sempat kesulitan ketika hendak masuk ke fiber.

Sebab air hujan dan air laut dari ombak cukup banyak masuk ke dalam fiber, sekitar 5 menit berusaha dan membuang air yang berada di dalam, baru dirinya bisa masuk.

“Soalnya air sudah banyak masuk, baik air laut dan air hujan yang saat itu memang sangat deras,” ucapnya.

Selama berada di fiber, ia tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatannya.

Marini, istri Sunardi, nelayan Bintan yang ditemukan selamat di perairan Bangka setelah terombang ambing di laut dengan fiber ikan saat ditemui di rumahnya di Rt 05/Rw 12 Kampung Keke, Kelurahan Kijang Kota, Kabupaten Bintan, Selasa (31/1/2023). (TribunBatam.id/Alfandi Simamora)


Selain itu, jika dirinya terlelap air hujan dan air laut yang masuk ke dalam fiber akan menenggelamkannya.

"Jadi saya terus berusaha membuang air yang masuk ke dalam fiber menggunakan gayung yang sebelumnya sudah dibawa," ucapnya.

Badan menggigil karena kedinginan, hingga kelaparan dan rasa haus juga menerpa perjalanannya bertahan hidup selama terombang-ambing di laut.

Ia bertahan dengan memakan gula dan Indomie dan meminum sedikit demi sedikit air minum yang sudah disiapkannya sebelumnya. Itu untuk menahan rasa haus dan lapar.

"Jadi selama itu saya hanya makan gula dan sisa Indomie. Soalnya perbekalan saya tiga hari saja. Air minum ada, tapi tinggal sedikit saat itu dan saya irit-irit," ucapnya.

Ia pun terus berpikir positif untuk bisa melewati penderitaan itu dan bertahan dengan harapan bisa selamat.

"Soalnya di lokasi saya hanyut merupakan jalur kapal. Cuma yang saya takutkan itu jangan sampai ada kapal besar lewat di saat malam hari," ujarnya.

"Kalau malam atau sekitar jam 4-5 lewat, saya pasti tidak selamat dan tidak ditemukan," ucapnya.

Nasib baik pun datang pada Sunardi. Ia ditemukan oleh kru kapal tanker besar yang melintas di pagi hari.

Baca juga: Kapal Nelayan Brebes Tenggelam di Laut Utara Jakarta, 22 ABK Selamat, Enam Hilang

"Saya saat itu sangat senang bisa ditemukan oleh kru kapal tanker yang melintas," terangnya.

Tidak lama menunggu, kru kapal tanker langsung mendekati dan menurunkan tangga.

"Alhamdulilah saya pun langsung diselamatkan saat itu, dan naik ke dalam kapal serta langsung diberikan pertolongan pertama," ucapnya.

Sunardi sempat trauma dengan kejadian yang menimpanya itu. Namun setelah kembali ke rumahnya, Sunardi mengaku rasa traumanya secara berlahan mulai pudar.

"Trauma saya tidak ada lagi. Soalnya sudah bertemu dengan keluarga saya di rumah," ungkapnya.

Bagaimana selanjutnya?

Sunardi mengaku apabila diizinkan keluarganya, ia akan kembali turun melaut.

"Soalnya mata pencaharian saya dari sana, dan nelayan merupakan pekerjaan saya untuk memenuhi kebutuhan hidup," tutupnya.

Ucapkan Terima Kasih

Marini berterimakasih kepada pemerintah yang telah turut andil dalam kepulangan suaminya dari Jakarta hingga ke Bintan.

"Saya sangat berterima kasih dengan pemerintah yang telah membiayai kepulangan suami dan mengecek kondisi kesehatan suami saya sampai di sini," ucapnya.

Ucapan terima kasih juga diutarakan Sunardi kepada kru kapal tanker yang telah membantunya.

Ayah tiga anak ini juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah, khususnya Dinas Sosial dan Dinkes Bintan yang telah peduli kepadanya selama berada di rumah singgah.

"Di sana juga saya dicek kesehatan. Intinya segala kebutuhan saya dari kapal, rumah singgah, sampai di rumah saya terjamin dan dibantu. Maka dari itu saya sangat bersyukur dan berterima kasih," katanya.

(tribunbatam.id/Alfandi Simamora)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Terkini