Di atas bubu, telah dipasang pelampung atau gabus sebagai penanda agar bubu tersebut bisa dicek kembali beberapa jam setelahnya.
Awang tampak sudah hapal betul, di mana saja sudut bakau paling berpotensi tempat kepiting tersebut bersembunyi.
Bubu ini Awang beli seharga Rp 30 ribu per satuannya. Sementara, dia mempunyai 13 bubu yang dibawa setiap hari.
Pemasangan bubu tersebut dilakukan saat air laut hendak pasang.
Di dalam bubu sebelumnya sudah diletakkan sebuah umpan agar kepitingnya bisa masuk ke perangkap.
Umpan yang biasanya dibawanya seperti daging ikan hiu ataupun ikan tamban.
"Jadi mancing dulu ikan hiunya untuk bisa dijadikan umpan," ujarnya.
Baca juga: Pemkab Lingga Soal Potensi Perikanan, Nizar-Neko Dukung Budidaya Kepiting Bakau
Setelah dipasang, bubu itu diangkat atau dicek kembali saat air sudah mulai kembali surut.
Biasanya Awang bisa mendapatkan banyak kepiting bakau saat musim utara atau air laut pasang besar.
"Kalau air laut pasang besar atau musim banjir rob, biasanya itu paling banyak dapat," ungkapnya.
Meski harga jual per kilonya mahal, bukan hal yang mudah bagi Awang untuk menangkap kepiting bakau.
Terkadang ia hanya mendapat kepiting bakau berukuran kecil dan bisa menjadi santapan lauk bagi Awang. (TribunBatam.id/Febriyuanda)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google