Perkembangan mental anak sekarang dengan yang dulu itu sangat berbeda. Sekarang ini banyak sisi anak yang berbeda. Dari lingkungan rumah dan sekolah.
TB : Bagaimana cara menyikapi emosi seorang anak ?
DR : Selama anak punya cara untuk melampaiskan emosi anak ke hal-hal yang tidak merugikan dirinya dan orang lain tidak usah dilarang, dibiarkan saja. Misalnya si anak pukuli samsak, karate, taekwondo dan lainnya. Pasca melakukan kegiatan ini pasti anak lebih rileks begitu juga dengan emosi orang dewasa. Apapun yang bisa membuat kita rilek, dilakukan saja.
TB : Apakah luapan emosi dapat berpengaruh pada kesehatan ?
DR : Iya, berpengaruh. Emosi itu harus diluapkan, dikeluarkan. Dengan cara identifikasi dan meluapkan. Di mana, dan tempatnya harus tepat. Jadi keluarkan lah emosi mu dengan cara yang lembut. Misalnya ada yang nyanyi teriak-teriak nyanyi, dengan lagi sambil joget-joget.
TB : Apa saja jenis emosi ?
DR : Emosi itu tidak hanya marah, emosi itu ada rasa cemas, rasa takut. Misalnya anak kita lagi main sepeda depan rumah lalu terjatuh, si orang tua itu sebenarnya buka marah namun cemas.
Makanya perlu adanya validasi emosi itu, semacam kemampuan kita mengakui emosi yang sedang kita rasakan. Misalnya laki laki, merasa aku gak boleh nangis. Dia beranggapan aku laki-laki.
Padahal, kalau dia lagi sedih Iya sudah diterima saja jangan gengsi.
Misalnya kalau diibaratkan dengan cangkir, kalau emosinya udah penuh tentu itu kan harus dicurahkan jangan sampai meluap, meluber.
Saya dulu punya pasien, dia sedih tapi gak bisa nangis.
Namun saya arahkan dia nonton untuk nonton film sedih, itu sampai berminggu-minggu dan akhirnya dia nangis. (TRIBUNBATAM.id/Beres Lumbantobing)