Menurutnya, berbusana merah terlihat lebih ceria meski saat ini usianya tidak mudah lagi.
"Begitu memakai pakaian merah, bagi saya sangat wow, terlihat cerah dan awet muda," ungkapnya begitu kepada TribunBatam.id.
Beberapa kali ia ingin mencoba dengan warna lain, namun tidak berhasil.
Hatinya seakan beronta dan ingin kembali menggunakan pakaian bercorak merah.
"Perasaan saya beda saja, kalau mengenakan pakaian warna lain. Pokonya saya tetap suka merah," ucap wanita kelahiran Tarempa, 7 November 1954 itu.
Perlahan, dia mengenang kembali mulai merantau ke Kabupaten Bintan saat ia masih berumur 20 tahun-an.
Rasa bangga sebagai penjahit bendera, ia tunjukkan dengan tidak meninggalkan eusahanya itu.
Meski sempat bangkrut ia tetap semangat menjahit.
Baca juga: Bintan Punya Satgas Kebersihan RW, Pastikan Lingkungan Bersih dari Sampah
Setelah memutuskan menjadi tukang jahit bendera dan pakaian lain, ada sejumlah pekerjaan yang pernah ia lakukan.
Di antaranya menjadi pembantu rumah tangga, dan tukang cuci di restauran.
Hasil jahit itu ia tabung untuk keperluan hidupnya dan suami, termasuk ketiga buah hatinya saat itu.
Alang dan sang suami mulai beralih profesi menjadi penjahit sejak 40 tahun silam.
Sejak menggeluti usaha itu, jatuh bangun pernah dirasakan mereka.
"Kami nyaris bangkrut. Namun dengan tekad kami bangun lagi meskipun perlahan," ucap wanita berkacamata itu.
Selain ramah dan baik kepada masyarakat, ia mengaku menjualnya dengan harga miring untuk menarik pelanggan.