Ibrahim Sattah, Junewal Mukhtar, Machzumi Dawood, Rida K Liamsi, dan Sutardji Calzoum Bachri, yang menjadi sosok sesepuh dan tersohor dalam dunia kepenulisan di Kepulauan Riau bahkan di nasional saat ini.
Di tataran yang lebih muda lagi terdapat Abdul Kadir Ibrahim, Husnizar Hood, Teja Al-Habd, Tarmizi Rumahitam, Heru Untung Leksono, Prof. Abdul Malik, Raja Malik Hafrizal, Dedi Arman, Dr. Wiwik Anastasia, Dr. Raja Suzanna Fitri, dan Dr Atmadinata.
Pada tataran kaum millenial muncul nama-nama seperti dirinya, Yoan S Nugraha, Fatih Muftih, M. Febriyadi, Zainal Takdir, Barozi Alaika, Priyo Joko Purnomo, dan Al Mukhlis.
Bahkan di generasi Z pun muncul nama seperti Nabila Akhyar yang sudah bersastra sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga ini yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah.
Baca juga: Gubernur Kepri Ansar Ahmad Bangun Monumen Bahasa Nasional di Pulau Penyengat
Kemudian masih terdapat beberapa nama yang kini mulai memantapkan langkahnya untuk menghasilkan karya yang dibukukan dan diterbitkan, seperti nama-nama seperti Sabri, Mizuardi, Khairil Ramadhan dan sejumlah nama lainnya.
“Nama-nama ini muncul sebagai tokoh-tokoh penerus yang sama juga menghasilkan karya-karya dalam bentuk buku dan karya ilmiah lainnya, bukan saja menulis puisi, akan tetapi menulis dalam bidang sejarah, kajian filologi, esai bahasa, sastra dan budaya, pengetahuan pengobatan, pantun, syair, cerita pendek, cerita rakyat, bahkan komik sejarah,” jelasnya yang juga Dosen STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang.
Taman Para Penulis harus dibuktikan terus dengan lahirnya karya-karya penerbitan yang mampu dibaca oleh masyarakat baik itu buku, karya ilmiah, esai, dan lain-lain.
Sebagaimana tradisi kepenulisan di era Kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang, yang banyak menghasilkan buku-buku dan karya-karya yang diterbitkan.
Karena karya itulah hakikat “bunga-bunga” di taman itu. Sebuah bunga harus tampak keindahannya, dan menyenangkan ketika berada di taman itu.
Bukan sesuatu yang abstrak, asumsi, cerita-cerita khayal, atau eufuria masa lalu yang kemudian diglorifikasi tanpa bentuk.
Jadilah seperti penulis kesusesteraan Riau yang tunak dalam menuliskan ilmu pengetahuan yang dapat dilihat dan dibaca serta dipelajari hingga kini.(TribunBatam.id/Endra Kaputra)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News