Itu merupakan warisan turun-temurun garis keluarga dari kakek hingga ayahnya yang merupakan pegiat silat.
"Kebetulan moyang dan ayah ngah dulunya juga pegiat silat dan turun ke ngah. Ya bisa dibilang warisan lah," jelasnya.
Meski tak lagi membina dan mengajarkan seni silat melayu kepada generasi, namun dirinya masih kerap tampil pada pertunjukkan berbagai acara.
Asmarandi pun berharap, seni silat melayu tidak punah ditelan zaman dan dapat terus dilestarikan kepada generasi muda.
"Dulunya di Desa Nyamuk ini sempat ramai latihan pembinaan silat, tapi tak tahu kenapa jadi tidak ada lagi. Kalau saya hitung-hitung ada 50 pendekar silat di sini. Semoga saja ke depan dapat dihidupkan lagi pusat latihannya," pungkasnya. (TRIBUNBATAM.id/Novenri Simanjuntak)
Baca berita Tribun Batam lainnya di Google News