TRIBUN BATAM PODCAST

Tribun Batam Podcast - Caleg Termuda Kader PKS Lolos DPRD Kepri

Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak
Editor: Septyan Mulia Rohman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saya sebetulnya awal-awal sempat nolak karena saya sempat kebetulan menggantikan orang.

Target realistis kita ya bagaimana mensupport partai supaya tetap bisa memdapatkan satu kursi.

Nah saya pun juga kebetulan tak memiliki ekspektasi seperti itu tapi tahu-tahunya hasil pemilu berbeda.

Satu incumbent kita Bu Suryani punya suara yang luar biasa dan juga caleg-caleg lain di dapil saya itu juga memsupport suara yang luar biasa, sehingga total suara kami mencapai 35 ribu dan itu bisa dua kursi dan kebetulan saya yang nomor duanya, itu yang juga kita gak nyangka kan.

TB: Oke. Bang waktu itu 2019 tujuannya memang ingin mendongkrak suara partai dan pada akhirnya ketiban untung.

Nah setelah bang naik itu pernah gak mendengar suara-suara sumbang kayak' wah itu masih baru, gak bisa apa-apa'. Pernah gak hal itu dikenakan ke abang sebagai seorang caleg muda saat itu?

MSR: Saya gak tahu ya di luar seperti apa, tapi sepengetahuan saya yang berinteraksi dengan saya selama ini merasa bahwa pandangan seperti itu gak begitu.

Tapi entah di luar sepengetahuan saya gak tahu. Contoh di lingkungan partai saya PKS ya.

Baca juga: Anggota DPRD Kepri Ini Soroti Harga Tiket Pesawat Melambung Jelang Idulfitri 2024

Saya kan masih muda dan bukan kader senior, nah kalau lah ada paradigma partai saya mengeluarkan kebijakan harus senior dan saya nanti dulu kan itu bisa saja.

Tapi faktanya gak gitu. Partai secara fair, Rido tang nomor dua dan Rido yang duduk.

Selanjunya di DPRD, saya merasa ketika terpilih pun saya justru diberikan amanah menjabat sebagai sekretaris komisi dengan usia saat itu 28 tahun.

Dan mohon maaf anggota komisi saya itu ada yang mantan kepala daerah ada juga yang mantan wakil kepala daerah artinya banyak tokoh senior, tapi mereka punya respect yang luar biasa.

TB: Ketika masuk ke dunia politik praktis di legislatif, apakah ada rasa syok yang tidak sesuai dengan idealisme saat kita mahasiswa di bangku perkuliahan?

MSR: Pertama sekali saya cerita lah saat gladiresik untuk besok dilantik ini. Di momen itu saya syok karena mental sempat down.

Downnya itu begini, ini loh bapak ini yang sering biasanya saya lihat di baliho.

Ada juga bahkan salah satu anggota DPRD itu yang kita pernah ketemu gitu.

Nah kalau kata anak muda tuh ter struck ya dalam artian kita orang baru, kita gak ada apa-apa kemudian disejejerkan dengan orang-orang yang sudah berpengalaman.

Tapi kemudian saya coba membaur dan berinteraksi dan itu yang kemudian muncul lah keyakinan diri bahwa kita juga bisa nih.

TB: Selain proses adaptasi suasana begitu, bagaimana juga bang beradaptasi dengan dinamika yang ada di dalam DPRD Kepri?

MSR: Satu kalau kita mau lihat kan di DPRD khususnya, memang banyak hal yang membuat saya syok di awal-awal.

Akhirnya mau gak mau saya coba belajar cepat beradaptasi dengan pertama situasi di dalam berteman dengan para senior kemudian berdiskusi dan saya cenderung lebih banyak belajar juga dari mereka dengan bertanya.

Itu yang saya lakukan di DPRD maupun di fraksi partai PKS, bertanya ini bagaimana, ini seperti apa, saya harus bagaimana dan seterusnya.

Jadi saya juga bukan hanya beradaptasi di dinamika internal tapi juga beradaptasi di dinamika pemerintahan, yang mana kita harus tahu juga tata kelola pemerintahan.

Mohon maaf, kita ini yang dilevel membuat policy atau kebijakan, mengkritisi kebijakan dan politik anggaran dan seterusnya. Nah kita harus memahami, paling tidak satu hal saja, proses budgeting atau penganggaran itu seperti apa, alurnya bagaimana.

Apa itu APBD, apa itu KUA-PPAS dan apa saja pembahasannya. Nah itu kan dasar-dasar yang harus kita pahami.

Selanjutnya kita juga beradaptasi dengan bagaimana dinamika di dalamnya.

Seperti apa sih pemerintah ini maunya dan seperti apa sih DPRD ini meresponsnya.

TB: Oke Bang Syahid. Kira-kira pada tahun ke beeapa itu sudah mulai menikmati prodesi ini sebagai seorang dewan yang rileks dan lebih santai?

MSR: Mungkin beberapa bulan lah bang.

Uniknya saya tuh begini, dilantik bulan September dan bulan Oktober atau November itu sudah pembahasan anggaran 2020, nah saat itu kita masih bingung, berhadapan dengan kepala dinas saja masih mikir apa nih-apa nih gitu.

Kemudian Desembernya saya lansung dihadapi dengan agenda reses, pertama kali bertemu dengan konstituen dengan suasana yang formil.

Karena mohon maaf selama saya kampanye gak ada yang mengumpulkan konstituen bang dan itu deg-degan juga.

Nah setelah itu lah saya akhirnya sudah mulai rileks dan enjoy karena sudah mulai ketemu ritmenya dengan banyaknya masukan-masukan pengetahuan dari berbagai pihak.

TB: Kenikmatan paling optimalnya apa sebagai anggota dewan termuda dan pemain baru di periode pertama?

MSR: Begini, satu hal yang ada kepuasan dari diri saya sebagai anggota dewan yaitu ketika apa yang menjadi harapan atau aspirasi masyarakat itu bisa kita perjuangkan dan bisa terselesaikan.

Rasa itu kayak kita bisa bantu orang dan orang itu terbantu, ya rasanya itu gak bisa diungkapkan, Bang.

TB: Bang biasanya kalau kita memulai sesuatu yang awal itu pasti kita agak sungkan, tetapi setelah lama dijalani mulai timbul rasa ketagihan.

Nah apa alasan bang hingga akhirnya maju lagi kedua periode DPRD ini?

MSR: Ya salah satu prinsip atau motto hidup itu saya ingin bilang bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lain.

Saya merasa di satu periode kemarin, dengan kehadiran kita bisa memberi manfaat buat orang lain dan banyak orang sudah merasakan manfaat itu.

Nah itulah kemudian yang menjadi motivasi saya, yang mana kalau orang sudah merasakan manfaatnya kenapa harus selesai.

TB: Oke, ketika maju kedua kalinya, bang tentu juga melihat dari berbagai sisi nih, bang pasti mempertimbangkan lawan atau rival politik. Nah bagaimana bang menyikapi itu dan apa strateginya?

MSR: Ya memang di dapil saya pada pileg tahun ini 2024 beberapa incumbent itu kan ada yang gak maju lagi ke DPRD Kepri karena maju ke DPR RI tapi untuk yang lainnya ada juga yang maju dan bahkan tokoh-tokoh senior ada juga yang chalengger masuk ke dapil itu.

Tapi ya satu memang kalau dulu saya berpikir untuk mensupport suara partai untuk mempertahankan kursi yang sudah ada.

Tahun 2024 ini, secara umum kita juga ingin mempertahankan dua kursi karena kita termasuk incumbent dengan cara mengkapitalisasi apa-apa yang sudah kuta lakukan selama 4 tahun ke belakang dengan bersama-sama maju dengan Pak Yusuf untuk mempertahankan suara dan kursi PKS.

Nah feeling saya melihat sebagian orang melihat bahwa PKS ini sepertinya bakal kehilangan kursinya, itu karena tidak adanya Bu Suryani dan incumbent yang sekarang itu baru maju satu periode dan Pak Yusuf itu baru masuk menggantikan Bu Suryani karena PAW gitu.

Tapi saya selalu bilang kepada teman-teman di PKS bahwa kita harus berusaha mempertahankan kursi kita.

Termasuk saya dan Pak Yusuf juga berjuang maksimal untuk melipat gandakan pemilih kita dari dulunya kecil seperti saya pribadi dulunya hanya 4 ribu suara dan Pak Yusuf sekitar 3.600 suara.

Syukur Alhamdulillah untuk perolehan suara kali ini gak beda jauh dengan tahun lalu yaitu sama-sama 35 ribu suara.

Hanya sayangnya suara rival-rival kita itu jadinya naik sehingga harga kursi di dapil kita itu sudah tinggi.

Dulu 11 ribu sudah bisa duduk, kalau sekarang sudah gak bisa duduk, minimal suara itu 15.500.

TB: Bang lantas ada gak strategi kampanye waktu itu 2019 belajar dengan kondisi hari ini 2024, ada gak pembenahan sedikit strategi kampanye?

MSR: Pertama cara pandang, Bang.

Saat 2019 kita itu chalangger atau penantang. 2024 kita incumbent atau petahana.

Pandangan masyarakat terhadap chalangger dan incumbent tentu itu berbeda.

Sederhananya begini, katakanlah saya datang ke suatu tempat yang saya belum pernah datangi selama saya menjabat, pasti masyarakat bilang 'ahh kenapa baru turun sekarang' nah itulah pandangan masyarakat terhadap incumbent itu.

Jadi memang secara strategi bentuk kampanye dan lainnya tentu berbeda.

TB: Bang saya itu agak jarang melihat abang berkampanye di sosial media, baliho dan sebagainya.

Saya hanya pernah melihat video bang berdurasi 3-4 menitan itu di Pelabuhan Pancung Belakang Padang.

Saya berpikir ini benar gak ya, bisa meraup banyak suara tapi kampanyenya jarang, itu bagaimana bang ?

MSR: Ya memang kemegahan hingar bingar pemilu itu dengan adanya APK (Alat Peraga Kampanye).

Pemilu ini kan sama dengan kita jualan barang bang, hampir mirip karena ada proses marketing di dalamnya.

Jujur memang kalau APK baliho atau spanduk saya akan jarang ditemui.

Budget APK saya juga gak begitu besar, karena saya melihat dengan banyaknya APK semua orang sudah jenuh bang.

Kalau mau ditemui APK saya itu hanya akan ada di tempat orang yang mengenal saya seperti di perumahan, komplek warga, nah itu saya pasang di situ Bang Thom.

Dengan begitu lebih efektif dan terukur karena saya pernah silaturahmi di sini, di sana, di situ.

Ya yang pasti-pasti saja gitu bang.

Kemudian saya juga merasa bahwa sebagian pemikiran, kampanye itu adalah penyambung silaturahmi kembali di saat momentum, nah ini bagi saya keliru.

Seharusnya silaturahmi itu sudah dari jauh-jauh hari dilakukan. Saya bang sangat jarang dan bisa dikatakan tidak ada melakukan pertemuan banyak orang.

Saya lebih secara personal bertemu tokoh-tokoh masyarakat mengingatkan kembali bahwa saya maju lagi, insya allah dari nomor 1 dari PKS begitu Bang Thom.

TB: Oke bang, itu bang rasa efek perolehan suaranya di tahun 2019 dan 2024 itu seperti apa bang?

MSR: Yang saya rasakan contoh di tahun 2019 itu perolehan suara saya hanya sekitaran 4 ribuan dan tahun 2024 ini hampir 14. 997 ya bisa dikatakan hampir mau empat kali lipat.

Jadi kita mengefektifkan cara dan disesuaikan dengan budget.

Saya ini kan walapun incumbent tapi caleg low budget bang.

TB: Perolehan suara yang kuar biasa ini apa penyebabnya dan apa latar belakangnya?

MSR: Saat ini mungkin saya belum tahu dapat suara masyarakat dari mana-mana saja.

Untuk itu saya saat ini lagi minta ke kawan-kawan untuk membreak down atau memetakannya.

Satu yang jelas adalah di komunitas masyarakat yang hari ini kita jalin silaturahmi, pernah kita advokasi, kita beri bantuan dan seterusnya kami jaga terus.

Dalam hal ini kita bukan menjadikannya sebagai objek politik tapi lebih dari itu sebagai saudara dan sahabat.

Jadi satu saya nilai suara saya dari mereka.

Kemudian juga dari kader-kader dan simpatisan PKS dan juga mungkin saya gak tahu nih bang, ngomong-ngomong bang pernah lihat baliho saya gak?

Oh bang gak tahu ya, jadi sebenarnya saya pasang baliho bang, tapi saya tidak pernah pakai foto.

Di baliho itu hanya bertuliskan kata-kata yang receh misal 'Hati-Hati di Jalan, Udah Sering Jalan Tapi Belum Ada Kepastian'.

Nah hanya kata-kata begitu saja dan baris nama saya Muhammad Syahid Rido.

Menurut saya cara itu bukan menyasar tapi lebih membuat generasi anak-anak muda senang karena bermakna soal asmara dan soal hubungan mereka mungkin lebih mengena, gitu Bang Thom. (TRIBUNBATAM.id/Noven Simanjuntak)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Berita Terkini