Karena waktu itu memang kami belum CV, jadi nitiplah begitu.
Di awal-awal untuk pengiriman ke sana dibantu teman. Kecuali untuk Malaysia dan Singapura itu ngirim sendiri.
TB: Kalau kirim keluar negeri itu susah tidak bu?
TS: Di bilang susah, ya susah bagi yang belum mempunyai CV. Karena untuk di luar itu memang membutuhkan itu.
Kalau untuk biaya ongkosnya juga lebih mahal, karena keluar Batam kena FTZ ya. Pajaknya lebih mahal.
Waktu itu pernah juga dapat pesanan dari London, akhirnya kami cancel. Waktu itu pesanan dijembatani oleh BI. Jadi kami cancel karena ongkosnya jauh lebih mahal dari harga barang kami.
Kendalanya di tarif sama CV nya itu.
Baca juga: Pembersihan Eceng Gondok Terus Dilakukan Demi Ketersediaan Air di Batam
TB: Sekarang ibu dikenal orang dengan kerajinan tangannya yang tembus sampai ke pasar internasional seperti Amerika, Tokyo, Malaysia dan Singapura.
Tetapi belum banyak yang tahu bagaimana awal mula ibu merintis usaha kerajinan eceng gondok?
TS: Kalau awal mulanya itu sekadar iseng ya. Biasalah emak-emak pengangguran. Jadi iseng-iseng terus bikin otodidak gitu. Karena saya pernah lihat di TV, eh ternyata eceng gondok bisa loh bahkan bisa go internasional.
Eh di Batam kan banyak (eceng gondok), terus ini kan terbuang kadang juga penyumbatan, mengakibatkan banjir juga. Jadi kenapa enggak saya coba? Jadi saya coba-coba terus, Alhamdulillah diikutkan bazar.
Waktu itu masih belum yakin sekali. Iya enggak sih begini? Tapi alhamdulillah dukungan dari dinas support-nya luar biasa. terutama Pak Sugeng Widigdo (kini pensiunan Pemko Batam, terakhir di Dinas Perindustrian dan Perdagangan).
Karena beliau yang memang mensupport produk saya yang belum berbentuk sampai dengan go internasional, mengikuti dan mendapatkan penghargaan itu atas support beliau memang.
TB: Tadi ibu cerita di awal-awal sempat satu bulan gimana nih cara membuat kerajinan dari eceng gondok. Masih belum tahu polanya. Pertama kali apa yang ibu buat?
TS: Saya buat tas kecil, sebenarnya saya pakai sendiri. Tas untuk hand karena saya bawa untuk taklim. Jadi muat yasin, terus Alhamdulillah teman-teman pada suka juga.
Jadi kemudian saya buat sandal, ada juga yang senang, terus saya buat sepatu ada juga.