HUMAN INTEREST

Kisah Didik Setiawan, Seniman di Natuna Ubah Kayu Lokal Jadi Karya Bernilai Tinggi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SENIMAN DI NATUNA - Potret Didik Setiawan (41), seniman kayu di Natuna saat memperlihatkan tongkat komando ukiran berbahan kayu hitam hasil karyanya, Selasa (22/7/2025).

"Itu saya belajar otodidak lihat dari YouTube, dan pelan-pelan sampai hasilnya maksimal," tambah Didik.

Kerja keras dan ketekunannya pun membuahkan hasil.

Ia mulai menerima pesanan satu per satu, terutama dari para pejabat militer yang berdinas di Natuna. 

Salah satu produk yang menjadi andalannya adalah tongkat komando dengan ukiran khas, yang disebut-sebut telah dikirim ke berbagai penjuru Indonesia.

"Kebanyakan memang yang pesan tongkat komando itu dari TNI dan Polri. Mereka juga banyak beri dukungan dan masukan," katanya.

Didik menyulap bahan-bahan kayu dengan sentuhan khas alami dan menjadi cendera mata bernilai tinggi.

Harga produknya pun bervariasi tergantung ukuran dan tingkat kerumitan, seperti gelang akar bahar  Rp150 ribu hingga Rp200 ribu.

Lalu, tasbih hingga Rp300 ribu, cincin ukiran mulai dari Rp100 ribu, cincin polos Rp50 ribu.

Sementara, tongkat komando dan tongkat jalan mulai dari Rp2,5 juta hingga Rp5 juta tergantung bahan kayu dan tingkat kerumitan.

"Kalau yang full ukiran tentu butuh waktu dan ketelitian lebih. Semuanya handmade, dan tiap ukiran itu punya cerita," ujar Didik bangga.

Kini, bengkel kecil Didik tak lagi sepi.

Ia telah mempekerjakan beberapa orang termasuk adik dan anak buahnya, bahkan melibatkan keluarganya sendiri.

Bagi Didik, berbagi ilmu justru membuat karya seni semakin hidup.

"Saya sudah ajarin beberapa orang. Saya percaya, meskipun diajarkan hal yang sama, setiap tangan akan hasilkan seni yang berbeda," ungkapnya.

Selain berkarya sebagai seniman kayu, Didik juga kerap mencari kayu gaharu di hutan saat waktu luang, demi mencukupi kebutuhan istri dan empat anaknya.

Halaman
123

Berita Terkini