LGBT DI BINTAN
Pelajar di Bintan Terindikasi LGBT, Kemenag Minta Orangtua dan Guru Jangan Saling Menyalahkan
Kemenag Bintan merepons temuan LGBT pada sejumlah pelajar di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Septyan Mulia Rohman
TRIBUNBATAM.id, BINTAN - Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender alias LGBT di Bintan menyita perhatian sejumlah pihak.
Itu terungkap setelah sejumlah pelajar Bintan menjalani treatment di Rumah Sakita Jiwa dan Ketergantungan Obat Engku Haji Daud (RSJKO EHD) Tanjunguban, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Direktur RSJKO EHD, dr Asep Guntur Sapari memastikan jika para pelajar itu dalam pengawasan.
Meski sudah sembuh, pelajar tersebut perlu pengawasan terus menerus karena kemungkinan bisa kambuh lagi.
Fenomena LGBT di Kabupaten Bintan kini jadi perhatian Kepala Kantor Kemenag Bintan, Abu Sufyan.
Kepada TribunBatam.id, Abu menyampaikan keprihatinannya terhadap kasus LGBT saat ini.
Untuk mengatasi persoalan ini, Abu meminta orangtua dan guru agama bersikap aktif dalam memperhatikan gerak gerik anak, baik di rumah hingga lingkungan sekolah.
"Orangtua dan guru jangan saling menyalahkan, jika ada laporan dari guru soal penyimpangan anak orangtua harus siap terima dan sama-sama membuktikan kebenarannya," kata Abu, Jumat (14/11/2025).
Kepribadian kata dia yang paling berpengaruh adalah pendidikan rumah tangga.
Untuk itu, orangtua harus benar-benar memperhatikan anak-anak mulai sejak bangun tidur hingga tidur lagi.
Perhatian itu, bisa dipantau dari pergaulan anak, bersama siapa dia berinteraksi dan aktivitas harian anak.
Pelajaran agama itu menjadi penting untuk mengubah anak menjadi baik.
Oleh karena itu, guru agama juga harus benar-benar melihat tingkah laku anak didiknya.
Ketika sang anak sudah bersifat aneh, tidak boleh dijatuhi, tapi dirangkul dan diberi pemahaman.
"Guru atau orangtua dilarang hukum atau tindas jika ada pelajar terindikasi LGBT. Tapi harus dinasihati mereka, bukan dengan kekerasan," akunya.
Langkah berikutnya adalah selalu ingatkan anak hindari tempat berkumpul-kumpul dengan sejenis di tempat remang-remang hingga larut malam.
"Nasihati anak ngumpul sama teman-teman hingga larut malam, apalagi sampai subuh," ujarnya.
Sejauh ini lingkungan di Bintan, kata dia masih lingkungan yang bagus dan agamis.
"Kemenag juga selalu memberikan pengertian kepada anak-anak saat salat Jumat dan moment-moment tertentu," kata dia.
Sementara itu, Guru SMPN 20 Toapaya, Arfan menyampaikan, selama ini pihak sekolah sudah melakukan sejumlah cara untuk mencegah LGBT ini.
Salah satunya adalah sekolah sudah membentuk tim khusus untuk memberikan pemahaman soal LGBT dan pelanggaran siswa-siswi lainnya.
"Biasanya kami lakukan sosialisasi saat ospek dan moment penting di sekolah. Langkah itu kami lakukan secara terus menerus," tegasnya.
Langkah ini rutin dilakukan setiap ada kesempatan meski di SMPN 20 Bintan belum ada pelajar terindikasi LGBT.
"Guru-guru juga melakukan pemantauan rutin kepada siswa-siswi di sekolah. Jika ada hal-hal yang menyimpang biasanya langsung kami tegur dan beri nasihat," katanya.
Selanjutnya, sekolah akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan atau RSJKO EHD Tanjunguban untuk mengambil langkah-langkah penyembuhan.
Dia berharap ke depan pelajar di Bintan tidak ada lagi terindikasi LGBT.
"Mari sama-sama kita perhatikan anak-anak, baik di rumah, sekolah dan lingkungan lainnya, agar tidak terpengaruh dengan fenomena LGBT ini," harap Arfan. (TribunBatam.id/ Ronnye Lodo Laleng)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/batam/foto/bank/originals/Kepala-Kemenag-Bintan-Abu-77677.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.